1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi menyebabkan kemajuan yang begitu cepat pada alat penangkapan ikan dan terus berkembang seiring berjalannya waktu. Alat-alat
penangkapan ikan tersebut diciptakan dan dimodifikasi agar lebih efektif dan efisien terhadap sasaran tangkap, namun dari hasil modifikasi ini menimbulkan
berbagai permasalahan yang menimbulkan konflik antar nelayan. Trawl
merupakan alat tangkap yang paling efektif untuk menangkap ikan demersal dan udang. Hal ini dikarenakan prinsip dasar pengoperasian alat tangkap
trawl adalah menyaring ikan dan biota lainnya untuk masuk ke dalam kantong
dengan cara menyeret jaring menggunakan kapal. Alat tangkap trawl umumnya memiliki ukuran mata jaring 1-1,5 inchi. Oleh karena itu, organisme laut yang
ikut tertangkap memiliki ukuran yang beragam. Alat tangkap ini dianggap efektif karena memiliki selektivitas yang rendah, sehingga banyak digunakan untuk
menangkap ikan demersal dan udang. Menurut Solihin 2010, adanya penghapusan trawl melalui Keputusan
Presiden Kepres Nomor 39 Tahun 1980 menyebabkan pengadaan bahan baku udang nasional tersendat. Hal ini memaksa nelayan berusaha mencari alat tangkap
pengganti trawl agar dapat terus melaksanakan pemanfaatan sumberdaya udang dan ikan demersal, diantaranya jaring arad.
Jaring arad merupakan alat penangkapan ikan yang digolongkan ke dalam kelompok pukat berkantong. Hal ini dapat dilihat dari konstruksinya yang
memiliki kantong. Berdasarkan cara pengoperasiannya, pukat berkantong dikelompokkan menjadi pukat tarik dan pukat kantong. Jaring arad dioperasikan
dengan harapan dapat menggantikan fungsi trawl dalam pemanfaatan sumberdaya udang atau ikan demersal lainnya. Kenyataan di lapangan, ada yang menyebutkan
jaring arad adalah mini trawl yang termasuk ke dalam pukat tarik, namun ada yang menyebutnya kelompok pukat kantong.
Tahun 2010 di perairan utara Kabupaten Subang Jawa Barat, sedang terjadi pertentangan terhadap larangan penggunaan alat tangkap jaring arad.
Sebagian pihak mengatakan bahwa jaring arad adalah jaring berkantong, akan
tetapi ada pihak lain, terutama nelayan yang tidak menggunakan jaring arad, menyebutkan jaring arad adalah sejenis alat tangkap trawl yang sudah dilarang
pengoperasiannya di bagian Barat Indonesia. Pelarangan penggunaan jaring arad dalam kegiatan penangkapan ikan mengundang protes berbagai pihak, terutama
nelayan jaring arad. Di lapangan belum ada peraturan yang tegas menyatakan bahwa alat tangkap jaring arad merupakan alat tangkap yang sama dengan trawl,
dengan alasan belum ada kajian ilmiah tentang hal ini. Hal tersebut menjadikan inspirasi bagi penulis untuk meneliti mengenai keragaan teknis jaring arad,
sehingga lebih lanjut dapat dikaji tentang legalitasnya.
1.2 Perumusan Masalah