commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan Sains atau Ilmu Pengetahuan IPA merupakan pendidikan bidang studi dengan alam semesta serta segala proses yang terjadi di dalamnya
sebagai objeknya. Oleh karena perkembangan ilmu pengetahuan alam erat kaitannya dengan perkembangan teknologi, maka pendidikan ilmu pengetahuan
alam berkaitan pula dengan perkembangan teknologi serta manfaatnya bagi masyarakat. Melalui pendidikan ilmu pengetahuan alam diharapkan peserta didik
memahami proses dan produk sains, nilai sain, memiliki sikap ilmiah, masalah lingkungannya.
Ilmu Pengetahuan Alam IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk mengalami fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip,
proses penemuan, memiliki sikap ilmiah. IPA hakekatnya merupakan suatu cara untuk memecahkan masalah dengan prosedur tertentu mengenai gejala-gejala
alam dalam memahami gejala itu. Tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar SD seperti yang diamanatkan
dalam kurikulum tidaklah hanya sekedar agar siswa memiliki pengetahuan tentang gejala-gejala alam saja, melainkan juga melalui pendidikan IPA diharapkan siswa
memiliki kemampuan berpikir yang kritis dan kreatif. Kritis dalam menganalisis masalah dan kreatif dalam mencarai alternatif pemecahan masalah. Pola pikir
seperti itu dapat diperoleh melalui belajar IPA. Oleh karena itu, IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang penting bagi siswa karena perananannya sangat
besar dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataan yang ada pada saat ini meskipun banyak dimensi kehidupan
sehari-hari yang berhubungan dengan IPA ironisnya pelajaran IPA kurang disukai siswa. Sebagian siswa menganggap IPA sebagai pelajaran yang sulit. Akibatnya
rata-rata prestasi belajar mereka cenderung lebih rendah dibanding pelajaran lainnya.
Mengacu pada kenyataan di atas maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar IPA, yaitu siswa
commit to user
2 terjebak dalam rutinitas yang membosankan sehingga pembelajaran kurang
menarik, pembelajaran lebih banyak terpusat pada guru, media pembelajaran kurang, motivasi belajar siswa rendah, siswa lebih banyak menghafal dan
mengandalkan aspek kognitif yang rendah, siswa kurang terlatih berpikir memecahkan masalah yang dihadapi sehingga pembelajaran menjadi kurang
bermakna. Selain pembelajaran kurang bermakna berdasarkan informasi dari guru
kelas III SD Negeri 02 Lemahbang selama mengajar IPA selama 1 Tahun mendapatkan bahwa nilai mata pelajaran IPA di bawah nilai Kriteria Ketuntasan
Minimal atau KKM yaitu dengan rata-rata nilai 48,63 sedangkan nilai KKM yang telah ditetapkan adalah 65. Berarti pencapaian target daya serap adalah
sangat terbatas. Selain dilihat dari nilai rata-rata kelas yang masih berada di bawah KKM. Rendahnya kualitas pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dapat diamati
dari sikap peserta didik yang merasa jenuh dengan pembelajaran klasikal di kelas. Perasaan jenuh itu terlihat sekali ketika guru menyampaikan materi pembelajaran
banyak siswa yang berbicara dengan teman sebangku, malas mengikuti pelajaran, ada juga beberapa siswa menulis atau menggambar sesuatu yang tidak jelas di
buku mereka sewaktu pembelajaran berlangsung. Masalah ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor salah satu
diantaranya adalah tidak adanya pendekatan praktek. Masalah ini akan diatasi dengan pendekatan Inkuiri. Inkuiri adalah suatu
strategi pembelajaran di mana guru dan murid mempelajari peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan yang dipakai oleh ilmuwan. Arti inkuiri adalah proses
penemuan dan penyelidikan masalah-masalah, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen, mengumpulkan data, dan menarik kesimpulan tentang hasil
pemecahan masalah. Menurut Webster’s New Collegiate Dictionary kata inkuiri ‘inquiry”
pertanyaan atau penyelidikan. Piaget memberikan definisi pendekatan inkuiri sebagai: Pendidikan yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan
eksperimen sendiri. Mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan. Kuslan dan Stone dalam Dahar dan Liliasasi,
commit to user
3 1986 mendefinisikan pendekatan inkuiri sebagai pengajaran guru dan siswa
mempelajari peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan-pendekatan inkuiri mempunyai
karakteristik sebagai
berikut: Menggunakan
keterampilan- keterampilan proses IPA, tidak keharusan untuk menyelesaikan unit tertentu
dalam waktu tertentu, jawaban-jawaban yang dicari tidak diketahui lebih dahulu, dan tidak ada dalam buku pelajaran, buku-buku petunjuk yang dipilih berisi
pertanyaan-pertanyaan dan saran-saran untuk menentukan jawaban, bukan memberi jawaban, siswa bersemangat sekali untuk menemukan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri, proses pembelajaran berpusat pada pertanyaan-pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana kita mengetahui serta betulkah
kesimpulan kita ini, suatu masalah ditemukan lalu dipersempit hingga terlihat kemungkinan masalah itu dapat dipecahkan oleh siswa, hipotesis dirumuskan oleh
siswa, siswa mengusulkan cara-cara pengumpulan data, melakukan eksperimen, pengadaan pengamatan, membaca dan menggunakan sumber-sumber lain, semua
usul ini dinilai bersama, bila ditentukan pula asumsi-asumsi, keterlibatan- keterlibatan dan kesukaran-kesukaran, siswa melakukan penelitian, secara
individu atau kelompok, untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk menguji hipotesis, siswa mengolah data sampai kepada kesimpulan sementara.
Juga diusahakan untuk memberikan penjelasan-penjelasan secara ilmiah. Proses inkuiri adalah menemukan masalah, menyusun hipotesis
merencanakan eksperimen untuk menguji hopotesis, mensintensis pengetahuan pengembangan beberapa sikap yaitu sikap objektif, ingin tahu, terbuka dan
bertanggung jawab. Jadi pendekatan inkuiri lebih menekankan pada pencarian pengetahuan daripada perolehan pengetahuan. Dalam pelaksanaan pendekatan
inkuiri keterampilan guru bertanya berperan penting dalam membimbing siswa- siswa melakukan semua kegiatan yang dipandang perlu.
Untuk siswa SD guru membimbing penuh langkah demi langkah menuju kesimpulan. Pertanyaan-pertanyaan guru memegang peranan penting dalam
pendekatan inkuiri, karena dianjurkan agar guru mengajukan pertanyaan yang meminta murid berpikir tingkat tinggi. Dalam kelas, pendekatan inkuiri dapat
dillaksanakan dengan berbagai cara. setiap cara mempunyai lima karakteristik
commit to user
4 yaitu: Situasi yang menyediakan stimulus untuk inkuiri, masalah yang akan di cari
pemecahannya, perumusan masalah, pencarian pemecahan masalah, kesimpulan yang diperoleh.
Adapun kelebihan pembelajaran menggunakan model inkuiri adalah: Kemungkinan yang besar untuk membantu, memperbaiki, memperluas
keterampilan proses kognitif siswa, memungkinkan pengetahuan yang melekat erat pada diri siswa, menimbulkan gairah belajar pada siswa, memberikan
kesempatan pada siswa untuk maju berkelanjutan, menyebabkan siswa termotivasi untuk belajar, membantu memperkuat konsep diri siswa, berpusat pada siswa,
berperan aktif sebagai fasilitator dan pendinamisator di penemuan, membantu perkembangan siswa, dan tidak menjadikan guru satu-satunya sumber belajar.
Ada juga kekurangan dalam pembelajaran menggunakan model inkuiri antara lain adalah: Kurang efektif untuk mengajar siswa dengan jumlah yang
banyak, memerlukan fasilitas yang memadahi, kebebasan yang dapat diberikan kepada peserta didik selamanya dapat dimanfaatkan secara optimal.
Pembelajaran IPA akan dapat memberikan pengalaman yang bermakna pada siswa terutama siswa kelas III. Apabila siswa dalam memahami berbagai
konsep mereka mempelajari melalui pengalaman langsung. Untuk itu sudah menjadi tugas dan tanggungjawab guru untuk memilih model pembelajaran yang
tepat agar pembelajaran IPA lebih menarik siswa, dan pembelajaran lebih bermakna. Metode pembelajaran yang diharapkan adalah model pembelajaran
melalui pendekatan inkuiri. Pembelajaran Inkuiri adalah suatu srategi pembelajaran di mana guru dan siswa mempelajari peristiwa-peristiwa ilmiah
dengan pendekatan yang dipakai oleh ilmuwan yang melibatkan siswa secara langsung menyelidiki masalah-masalah, menyusun hipotesis, merencanakan
eksperimen, mengumpulkan data, dan menarik kesimpulan tentang hasil pemecahan masalah. Sehingga dapat menemukan kesimpulan yang meyakinkan.
Metode pembelajaran tersebut adalah Model Pembelajaran Inkuiri. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik mempelajari lebih dalam
tentang “Peningkatan Prestasi Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Inkuiri
commit to user
5 pada Siswa Kelas III SDN 02 Lemahbang Kecamatan Jumapolo Kabupaten
Karanganyar Tahun Pelajaran 20092010.
B. RUMUSAN MASALAH