I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Adanya standar sangat diperlukan untuk menjamin produk yang dihasilkan oleh suatu negara berkualitas baik dan memiliki daya saing tinggi. Di era
perdagangan bebas seperti saat ini, fungsi standar menjadi sangat penting sebagai alat untuk mempermudah transaksi perdagangan antar negara. Selain itu, standar
juga diperlukan untuk menjamin keamanan produk dan kesehatan konsumen. Di Indonesia, lembaga yang berwenang dalam pengembangan standardisasi
nasional adalah Badan Standardisasi Nasional BSN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 102 tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional, BSN
berwenang mengkoordinasi dalam penyusunan dan penetapan Standar Nasional Indonesia SNI. SNI yang ditetapkan oleh BSN bersifat sukarela voluntary,
sedangkan instansi teknis seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM RI dapat memberlakukan wajib mandatory SNI tersebut yang ditetapkan dalam
suatu peraturan melalui keputusan kepala BPOM BSN, 2009. Jika dilihat dari data penelitian BSN tahun 2006 terlihat bahwa SNI yang
ditetapkan BSN memiliki tingkat penerapan yang sangat rendah oleh pelaku usaha. Hanya 12 dari standar yang dikeluarkan BSN kemudian diterapkan oleh
industri atau lembaga terkait, untuk produk pertanian dan pangan dari total 952 SNI hanya 118 SNI yang diterapkan BSN, 2009. Padahal salah satu tujuan
pembuatan standar adalah untuk meningkatkan daya saing produk Indonesia yang diharapkan standar tersebut diterapkan secara luas oleh para pengguna.
Tingkat penerapan yang rendah oleh pelaku usaha yang menunjukkan bahwa tingkat keberterimaan standar yang masih rendah tersebut mengindikasikan ada
permasalahan di dalam perumusan standar yang dilakukan oleh otoritas pembuat standar. Untuk itu, perlu dilakukan kajian untuk mengidentifikasi faktor-faktor
yang menjadi penghambat dalam penerapan standar di Indonesia serta mencari alternatif pemecahannya. Menurut BSN 2011e agar SNI memperoleh
keberterimaan yang luas antara para stakeholder, maka SNI dirumuskan dengan memenuhi WTO Code of good practice, yaitu transparan, terbuka, konsensus dan
tidak memihak, efektif dan relevan, koheren, dan berdimensi pengembangan.
Prinsip-prinsip perumusan standar tersebut juga perlu diterapkan dalam perumusan peraturan. Kajian dilakukan pada perumusan standar dan peraturan
berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, sehingga diharapkan dapat menghasilkan suatu rekomendasi perumusan untuk menghasilkan standar dan peraturan dengan
tingkat keberterimaan yang tinggi dan dapat diaplikasikan oleh semua pihak.
1.2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan: 1 Menentukan gap penerapan prinsip-prinsip perumusan dan pengembangan
standar dan peraturan pangan yang saat ini berlaku di Indonesia terutama berdasarkan pedoman yang dikeluarkan Badan Standardisasi Nasional BSN
danatau ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM RI dibandingkan dengan prinsip-prinsip perumusan dan pengembangan standar
yang ideal secara teoritis danatau yang dikembangkan Codex Alimentarius Commission CAC
2 Menentukan gap antara prosedur perumusan yang diberlakukan oleh otoritas pembuat standar BSN dan regulator BPOM RI dibandingkan pelaksanaan
prosedur tersebut berdasarkan prinsip-prinsip perumusan dan pengembangan standar
3 Memberikan solusi mekanisme perumusan dan pengembangan standar dan peraturan keamanan pangan berdasarkan prinsip transparan, terbuka,
konsensus dan tidak memihak, efektif dan relevan, koheren, dan berdimensi pengembangan untuk menutupi kesenjangan berdasarkan hasil analisis gap
pada tujuan nomor 1 dan nomor 2.
1.3. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan solusi terhadap permasalahan dalam perumusan dan pengembangan standar dan peraturan dengan
pendekatan ilmiah oleh otoritas pembuat standar dan peraturan keamanan pangan di Indonesia. Dengan pendekatan ilmiah diharapkan mekanisme perumusan
standar dan peraturan dapat berjalan secara efektif dan dihasilkan standar dan peraturan yang dapat diterapkan dengan baik oleh semua stakeholder serta
mendorong pertumbuhan ekonomi dan perlindungan konsumen secara bersamaan.
II. TINJAUAN PUSTAKA