Prinsip Efektif dan Relevan

D. Prinsip Efektif dan Relevan

Prinsip efektif dan relevan dapat diartikan bahwa standar yang dibuat harus dapat digunakan dan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan para pelaku usaha. Kesiapan pelaku usaha di dalam menerapkan standar yang dibuat harus diperhatikan agar standar dapat digunakan secara efektif. Gambar 17. Pengetahuan Responden terhadap SNI produknya Gambar 17 memperlihatkan bahwa hampir semua responden 92,73 dari 55 responden mengetahui standar SNI untuk produk yang dihasilkannya. Sebanyak 100 dari 23 responden kelompok industri mengetahui SNI produknya. Hal ini menjadi indikator awal kemungkinan semua responden, terutama pelaku usaha industri untuk menerapkan standar pangan yang telah ditetapkan. Akan tetapi, pengetahuan responden industri akan SNI produknya belum tentu akan berimplikasi pada penerapan SNI tersebut pada produk yang dihasilkan responden industri. Tingkat penerapan standar oleh responden industri dapat dilihat pada Gambar 18, Gambar 19, dan Gambar 20. Gambar 18. Pendapat Responden Mengenai Penerapan Standar Gambar 18 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden 65,38 dari 52 responden, termasuk pelaku usaha industri telah menerapkan standar yang dikeluarkan oleh BSNBPOM. Akan tetapi jika dilihat per kelompok responden, terlihat masih banyak pelaku industri 30,43 dari 23 responden menyatakan hanya sebagian standar yang dikeluarkanditetapkan BPOM dan BSN diterapkan di instansinya. Hal ini mengindikasikan bahwa penerapan standar yang dikeluarkan BPOM dan BSN belum sepenuhnya efektif diterapkan oleh pelaku usaha. Kondisi rendahnya penerapan standar pangan terutama yang telah dikeluarkan oleh BSN dapat dilihat kajian BSN 2009. Gambar 19. Pendapat Responden Mengenai Manfaat Penerapan Standar Gambar 19 memperlihatkan bahwa hampir semua responden 90,38 dari 52 responden menyatakan bahwa penerapan standar memberikan manfaat bagi diri atau instansinya. Hanya sebagian kecil 9,62 dari 52 responden terutama dari responden kelompok industri dan akademisi yang menyatakan bahwa penerapan standar memberikan manfaat sebagian tidak sepenuhnya. Sebanyak 17,39 dari 23 responden kelompok industri menyatakan bahwa penerapan standar hanya sebagian memberikan manfaat. Gambar 20. Pendapat Responden Mengenai Hambatan dalam Penerapan Standar Kajian BSN 2009 menunjukkan bahwa penerapan penerapan standar pangan SNI yang bersifat sukarela masih rendah, untuk itu perlu dicari faktor- faktor yang menjadi penghambat di dalam penerapan standar pangan SNI tersebut. Gambar 20 menunjukkan bahwa sebagian besar responden 53,33 dari 60 responden menyatakan bahwa kesiapan lab uji adalah faktor penghambat utama di dalam penerapan standar keamanan pangan. Selain itu, faktor biaya dan teknologi juga menjadi penghambat dalam penerapan suatu standar keamanan pangan dengan jumlah responden masing-masing 33,33 dan 13,33 dari total 60 responden. Jika dilihat secara khusus pada jawaban kelompok responden industri sebagai kelompok yang akan menerapkan standar, terlihat bahwa sebanyak 58,62, 31,03, 10,35 dari 29 jawaban responden kelompok industri berturut- turut memberikan jawaban faktor kesiapan lab uji, biaya, dan teknologi yang menjadi penghambat di dalam penerapan standar. Untuk itu, di dalam menyusun dan menetapkan suatu standar keamanan pangan faktor tersebut kesiapan lab uji, biaya, dan teknologi dan terutama faktor kesiapan lab uji harus diperhatikan agar standar yang dibuat efektif diterapkan oleh pelaku usaha. Menurut Othman 2006 infrastruktur labororatorium yang memadai sangat dibutuhkan untuk mendukung kegiatan monitoring, surveilan, dan penegakan peraturan dalam meningkatkan sistem keamanan pangan. Kesiapan laboratorium meliputi peralatan pada laboratorium pengawasan pangan, analis yang terlatih, dan implementasi Sistem Jaminan Mutu yang sesuai dengan standar internasional. Tantangan terbesar bagi negara-negara di kawasan Asia Tenggara dalam meningkatkan kemampuan laboratorium pengawasan pangan adalah dengan memperkecil nilai limit of detection LOD pada alat laboratorium yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan zat yang dilarang menurut peraturan. Gambar 21. Pendapat Responden Mengenai Faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam Perumusan Standar Gambar 21 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa faktor perdagangan, kesehatan, kesiapan teknologi, gizi, dan lingkungan sangat penting dan penting diperhatikan dalam perumusan standar. Lebih dari 50 pada setiap faktor, responden menyatakan bahwa faktor-faktor tersebut sangat penting dipertimbangkan dalam perumusan standar. Responden sepakat bahwa faktor utama yang perlu diperhatikan adalah kesehatan 98,28 dari 58 responden.

E. Prinsip Koheren