Rekomendasi Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Perumusan Standar

Gambar 35. Umur SNI Pangan Hingga November 2011 diolah dari BSN, 2011d

4.3.2. Rekomendasi Prinsip-Prinsip

Perumusan dan Pengembangan Standar dan Peraturan Keamanan Pangan Berdasarkan hasil analisis gap 1 dan gap 2, maka perumusan dan pengembangan standar dan peraturan keamanan pangan perlu dilakukan dengan menerapkan dan memperkuat prinsip-prinsip perumusan dan pengembangan standar, yaitu: 1. Transparan Perlu diberikan akses informasi seluas-luasnya mengenai prosedur penyusunan dan perkembangan perumusan standar pangan kepada pihak yang berkepentingan. Media informasi yang dapat dimanfaatkan adalah melalui internet dengan menyampaikan prosedur perumusan standar dan peraturan pangan pada situs website lembaga pemerintah yang berwenang dalam pengembangan standardisasi nasional BSN dan instansi teknis. 2. Terbuka  Prinsip terbuka dalam perumusan dan pengembangan standar pangan dapat diwujudkan dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada semua pihak yang berkepentingan pemerintah, industri, akademisi, dan konsumen untuk berpartisipasi aktif dalam memberikan usulan dan masukan serta keterlibatan dalam pembahasan standar dan peraturan pangan. Usulan dan masukan masing-masing pihak dapat disampaikan melalui asosiasi agar berjalan secara tertib dan efektif.  Keterlibatan semua pihak harus didorong agar tingkat penerimaan standar pangan dan peraturan yang akan ditetapkan menjadi tinggi, termasuk mendorong usulan, masukan, dan pertimbangan dari lembaga yang ada di daerah.  Diperlukan tim atau lembaga independen sebagai pengkaji risiko dengan anggota terdiri atas para pakar dan ahli yang kredibel dan mempunyai kapabilitas sesuai dengan bidang pembahasan standar dan peraturan pangan. 3. Konsensus dan tidak memihak Di dalam penetapan standar dan peraturan pangan harus diterapkan prinsip konsensus dengan mempertimbangkan semua masukan dari pihak yang terlibat pemerintah, industri, akademisi, dan konsumen. Prosedur yang telah ditetapkan oleh BSN mengenai konsensus dalam pengambilan keputusan saat penetapan standar perlu diterapkan dengan lebih efektif, sehingga semua perwakilan yang hadir merasa dihargai pendapatnya dan diperoleh keputusan standar dan peraturan yang merupakan hasil kesepakatan bersama. 4. Efektif dan relevan  Diperlukan data yang valid mengenai kondisi Indonesia sebagai bahan pertimbangan dan dasar dalam penetapan suatu standar dan peraturan pangan, misalkan data tentang paparan jumlah bahan pangan yang dikonsumsi setiap individu.  Di dalam perumusan standar pangan perlu diterapkan analisis risiko, khususnya kajian risiko. Kajian risiko diperlukan dalam penetapan kriteria di dalam standar dan peraturan pangan.  Di dalam pemberlakuan standar pangan perlu diperhatikan kesiapan pelaku usaha industri yang akan menerapkannya. Salah satu hal yang penting diperhatikan adalah kesiapan infrastruktur laboratorium pengujian yang mampu menguji parameter yang ditetapkan dalam standar.  Sebelum standar SNI pangan diberlakukan secara wajib oleh instansi teknis dalam bentuk peraturan, diperlukan kajian mengenai dampak regulasi melalui Regulatory Impact Analysis RIA. 5. Koheren  Kajian terhadap standar atau peraturan lain di dalam negeri saat merumuskan suatu standar pangan perlu dilaksanakan dengan lebih efektif.  Di dalam merumuskan suatu standar dan peraturan pangan juga diperlukan harmonisasi terhadap standar dan peraturan yang berlaku secara internasional dan berlaku di negara lain terutama negara tujuan ekspor produk pangan Indonesia.  Standar Codex yang telah ditetapkan oleh CAC dapat dijadikan rujukan utama dalam menetapkan ketentuan dan kriteria di dalam standar dan peraturan pangan Indonesia, terlebih jika data tentang profil kualitas produk pangan di Indonesia belum tersedia atau masih terbatas. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi jika terjadi perselisihan perdagangan antar negara anggota WTO yang menjadikan standar Codex sebagai acuan. 6. Berdimensi pengembangan  Kepentingan UMKM usaha mikro, kecil, dan menengah, pengembangan bahan baku lokal, dan peningkatan daya saing produk Indonesia perlu menjadi pertimbangan dalam merumuskan standar pangan, sehingga standar yang dihasilkan berguna bagi kepentingan nasional dan dapat diterima secara luas khususnya oleh pelaku usaha pangan di dalam negeri.  Faktor pertama dan utama yang perlu diperhatikan dalam perumusan standar dan peraturan keamanan pangan adalah faktor kesehatan masyarakat. Jika prinsip-prinsip perumusan dan pengembangan standar dan peraturan tersebut diterapkan dengan baik, diharapkan dapat meminimalisir bahkan menghilangkan perbedaan persepsi antar lembaga terutama pemerintah dan industri dalam perumusan dan pengembangan standar dan peraturan pangan. Semua pihak akan merasa memiliki, bertanggung jawab, dan beritikad baik untuk menerapkan standar yang telah ditetapkan sebagai keputusan bersama melalui konsensus.

V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan

Saat ini standar dan peraturan keamanan pangan di Indonesia masih dirasakan belum efektif diterapkan oleh pelaku usaha. Hasil analisis gap antara perumusan standar dan peraturan secara teoritis dengan dokumen yang berlaku oleh otoritas pembuat standar terutama BSN tidak terjadi gap yang terlalu lebar. Akan tetapi jika dilihat gap antara dokumen perumusan yang berlaku dan pelaksanaannya terdapat gap yang cukup lebar. Hasil FGD dan survei menunjukkan bahwa secara umum faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat penerapan standar dan peraturan keamanan pangan adalah tidak dipraktikannya prinsip-prinsip pengembangan standar dan peraturan yang baik. Secara khusus, faktor-faktor yang menghambat penerapan standar dan peraturan pangan, yaitu rendahnya: i penyebaran informasi perkembangan penyusunan peraturan, terutama dari BPOM RI, ii pembahasan yang mempertimbangkan kepentingan dan keterlibatan semua pihak yang berkepentingan, terutama pelaku usahaindustri, iii relevansi standar yang ditetapkan dengan tujuan perlindungan kesehatan konsumen dan kondisi produk pangan Indonesia, iv pertimbangan akan kesiapan pelaku usaha dan unsur penunjangnya, seperti laboratorium uji. Faktor-faktor tersebut muncul antara lain karena adanya perbedaan persepsi antara pemerintah dan industri; dimana pemerintah menilai bahwa proses perumusan dan pengembangan standar dan peraturan saat ini sudah sesuai dengan prinsip-prinsip perumusan dan pengembangan standar yang baik; namun menurut Industri prinsip-prinsip yang baik itu belum sepenuhnya dilakukan. Perbedaan persepsi ini terutama terjadi pada aspek i transparan, dan ii efektif dan relevan dalam prinsip perumusan dan pengembangan standar. Prinsip transparan perlu diperkuat dengan i memberikan informasi perumusan dan perkembangan standar dan peraturan melalui internetwebsite dalam situs lembaga pemerintah yang berwenang BSN dan instansi teknis - BPOM, ii memberikan akses seluas-luasnya kepada semua pihak yang berkepentingan untuk berpartisipasi aktif dalam memberikan usulan dan masukan