Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

22 Tabel 4.1 Lanjutan No Tujuan Penelitian Data yang dibutuhkan Jenis data Sumber 3 Mengidentifikasi peran kelembagaan Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon terhadap anggota x Upaya kelompok dalam pemecahan masalah usahatani x Kemudahan yang dirasakan anggota dalam akses informasi, pasar, teknologi dan permodalan x Upaya kelompok dalam efisiensi sumberdaya Data Primer Seluruh anggota Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon 4 Menganalisis pendapatan dan peran kelompok terhadap peningkatan pendapatan peternak anggota Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon x Biaya produksi yang dikeluarkan oleh seluruh anggota meliputi biaya penyusutan, listrik, PBB, pakan, IB, upah tenaga kerja dan transportasi x Total penerimaan baik tunai dan non tunai meliputi penerimaan dari penjualan susu, ternak, dan perubahan nilai ternak selama setahun x Keuntungan seluruh peternak x RC Ratio Data Primer Seluruh anggota Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon

4.3 Metode Pengambilan

Contoh Penentuan jumlah responden dalam penelitian menggunakan metode sensus karena jumlah anggota peternak sapi perah yang tergabung dalam Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon tidak terlalu banyak yaitu 25 orang. Penggunaan metode sensus hanya dapat dilakukan bagi populasi terhingga dan subjeknya tidak terlalu banyak Arikunto, 2006.

4.4 Metode Pengelolaan dan Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif kuantitatif dan metode analisis pendapatan. Metode penelitian deksriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai subjek penelitian dan perilaku subjek penelitian pada suatu periode tertentu Mukhtar, 2013. Sedangkan yang dimaksud dengan metode deskriptif kuantitatif ialah metode yang menyajikan data atau angka yang ditransformasikan ke dalam suatu bentuk sehingga pembaca lebih mudah memahami dan menafsirkan maksud dari data atau angka yang ditampilkan Sarwono, 2006. Analisis pendapatan dalam penelitian ini menggunakan program Microsoft Excel 2010 untuk mengolah data secara kuantitatif. Sedangkan untuk 23 menganalisis proses terbentuknya kelembagaan, status keberlanjutan dan peran kelembagaan terhadap anggota digunakan analisis deskriptif kuantitatif. Tabel 4.2 menyajikan matriks keterkaitan antara tujuan penelitian, variabel, dan metode analisis data. Tabel 4.2 Matriks keterkaitan antara tujuan penelitian, variabel dan analisis data No Tujuan Penelitian Variabel atau Indikator Metode Analisis 1 Mengidentifikasi proses terbentuknya Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon. Identifikasi tahapan proses terbentuknya kelembagaan kelompok usahatani meliputi: x Aktor yang berperan dalam pembentukan kelompok serta peran dan keterlibatan masing-masing aktor. x Motivasi awal aktor bergabung dalam kelompok x Tingkat kepentingan aktor terhadap kelompok dalam melaksanakan kegiatan usaha sapi perah Metode Analisis Deskriptif 2 Menganalisis status keberlanjutan sustainability dari Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon. Status keberlanjutan kelompok ditentukan berdasarkan: x Ada tidaknya batasan keanggotaan x Struktur organisasi dan aturan main kelembagaan x Adanya mekanisme pemberian sanksi bagi anggota yang melanggar aturan x Resolusi konflik yang terjadi dalam kelompok tani x Adanya aturan konstitusional kelompok kewenangan mengubah atau membuat aturan x Pengakuan dari pemerintah mengenai keberadaan kelompok Metode Analisis Deskriptif 3 Mengidentifikasi peran kelembagaan Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon terhadap anggota Peran kelompok terhadap anggota dapat ditentukan berdasarkan upaya kelompok dalam: x Pemecahan masalah usahatani yang dialami anggota x Kemudahan akses informasi, pasar, teknologi dan permodalan bagi anggota x Efisiensi sumberdaya yang dilakukan kelompok Metode Analisis Deskriptif 4 Menganalisis pendapatan dan peran kelompok terhadap peningkatan pendapatan peternak anggota Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon Analisis pendapatan usaha peternak dapat ditentukan berdasarkan: x Biaya produksi x Penerimaan x Pendapatan x RC Ratio Metode Analisis Pendapatan. 24

4.4.1 Identifikasi Proses Terbentuknya Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon

Hal-hal yang perlu dikaji dalam menganalisis proses terbentuknya Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon pada penelitian ini adalah aktor utama yang berperan dalam pembentukan kelompok, motivasi awal anggota sehingga memutuskan bergabung dalam kelompok dan tingkat kepentingan masing-masing peternak terhadap kelompok dalam melaksanakan kegiatan usaha sapi perah.

4.4.1.1 Analisis Aktor yang Berperan dalam Pembentukan Kelompok Tani

Analisis aktor merupakan tahapan awal yang dilakukan untuk mengidentifikasi proses terbentuknya kelompok. Aktor-aktor yang terlibat dalam pembentukan Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan dengan key person atau orang yang mengetahui dengan sangat baik mengenai Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon, yaitu ketua kelompok. Berikut matriks analisis proses terbentuknya kelompok yang disajikan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Matriks analisis proses terbentuknya kelembagaan kelompok tani No Parameter Analisis 1. Aktor yang berperan dalam pembentukan kelompok serta peran dan keterlibatan masing-masing aktor. Mapping peran dan keterlibatan aktor dalam pembentukan Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon ke dalam tabel dan dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Setelah diketahui aktor yang berperan dalam pembentukan kelompok, masing-masing aktor diidentifikasi peran dan keterlibatannya dalam pembentukan kelompok. Setelah itu, dilakukan mapping peran dan keterlibatan aktor ke dalam tabel. Hal ini dilakukan untuk memudahkan identifikasi peran masing-masing aktor dalam pembentukan kelompok sehingga dapat diketahui aktor yang memiliki peran dan keterlibatan dalam pembentukan kelompok. 4.4.1.2 Analisis Motivasi Awal Anggota Bergabung dalam Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon Terbentuknya Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon adalah karena adanya kesamaan motivasi dan tujuan antar sesama anggota sehingga memutuskan bergabung dalam kelompok. Motivasi awal para aktor dalam pembentukan Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok 25 Ranggon perlu dianalisis untuk mengetahui kekuatan kelompok. Semakin tinggi kesamaan motivasi awal pembentukan kelompok antar anggota, semakin kuat kelompok tani yang terbentuk karena anggota kelompok memiliki tujuan yang sama. Analisis motivasi awal pembentukan kelompok tani dibagi menjadi tiga berdasarkan motifnya, yaitu motif ekonomi untuk meningkatkan pendapatan, meningkatkan posisi tawarbargaining position, dan untuk kemudahan akses dalam menerima bantuan dari pemerintah. Data yang diperlukan diperoleh dari hasil wawancara kepada anggota kelompok mengenai motivasi awal bergabung ke dalam kelompok, sehingga dapat diketahui berapa persentase anggota yang bergabung ke dalam kelompok karena motif ekonomi, bargaining position atau akses terhadap bantuan. Tabel 4.4 menyajikan matriks motivasi awal aktor dalam pembentukan kelompok tani. Tabel 4.4 Matriks motif aktor dalam pembentukan kelompok tani No Parameter Keterangan 1 Motivasi awal aktor bergabung dalam Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon Motif aktor bergabung dalam kelompok diantaranya adalah: 1. Motif ekonomi x Meningkatkan pendapatan x Meningkatkan kesejahteraan ekonomi 2. Peningkatan posisi tawar bargaining position x Memiliki kekuatan pasar x Meningkatkan tingkat produksi x Memiliki kekuatan di pemerintahan 3. Akses terhadap modal dan bantuan lainnya x Lebih mudah mendapatkan modal x Lebih mudah mendapatkan bantuan alat dan teknologi baru Sumber: Permentan No 82, 2013 4.4.1.3 Analisis Tingkat Kepentingan Aktor terhadap Kelompok dalam Melaksanakan Kegiatan Usaha Sapi Perah Tingkat kepentingan aktor terhadap kelompok dalam melaksanakan kegiatan usaha sapi perah menentukan kekuatan kelompok yang terbentuk. Analisis tingkat kepentingan aktor terhadap kelompok dalam melaksanakan kegiatan usaha sapi perah diperoleh melalui wawancara kepada seluruh anggota kelompok mengenai persepsi mereka terhadap peran kelompok dalam membantu melaksanakan kegiatan usaha sapi perah yang mereka jalankan dan kesediaan mereka untuk terus bergabung dalam kelompok. 26 Analisis tingkat kepentingan aktor terhadap kelompok diperoleh dengan melakukan penilaian atau scoring dari skala 1 sampai 3 berdasarkan tingkat kepentingan yang telah ditentukan yaitu tinggi, sedang dan rendah. Skor 3 = tinggi, 2 = sedang dan 1 = rendah Septian, 2010. Selanjutnya ditentukan selang untuk dapat menentukan tingkat kepentingan aktor terhadap kelompok secara keseluruhan. Selang diperoleh dari selisih skor tertinggi dengan skor terendah dibagi jumlah kategori jawaban Umar, 2005. Tabel 4.5 menyajikan matriks tingkat kepentingan aktor terhadap kelompok dalam melaksanakan kegiatan usaha sapi perah. Tabel 4.5 Parameter tingkat kepentingan aktor terhadap kelompok No Parameter Keterangan 1 Tingkat kepentingan aktor terhadap kelompok x Tinggi, anggota merasakan peran kelompok dalam membantu menjalankan usaha ternak sapi perah mereka dan ingin terus berada dalam kelompok x Sedang, anggota tidak merasakan peran kelompok dalam membantu menjalankan usaha ternak sapi perah mereka namun tetap ingin terus berada dalam kelompok x Rendah, anggota tidak merasakan peran kelompok dalam membantu menjalankan usaha ternak sapi perah mereka dan ingin keluar dari kelompok Sumber: Permentan No 82, 2013 Selanjutnya ditentukan tingkat kepentingan aktor terhadap kelompok secara keseluruhan berdasarkan selang tingkat kepentingan yang telah ditentukan. Nilai atau skor yang diperoleh untuk menentukan selang tingkat kepentingan aktor terhadap kelompok adalah 25–75. Nilai skor 25 didapat dari hasil pengalian skor terendah 1 dengan jumlah parameter yang digunakan dikalikan jumlah responden yaitu 25, atau dapat ditulis 1 x 1 x 25 = 25. Sedangkan nilai skor 75 diperoleh dari hasil pengalian skor tertinggi 3 dengan jumlah parameter yang digunakan dikalikan jumlah responden yaitu 25 atau dapat ditulis 3 x 1 x 25 = 75. Penentuan selang dilakukan dengan cara pengurangan antara nilai skor maksimum dengan nilai minimum kemudian dibagi dengan banyaknya kategori penilaian. Nilai 17 merupakan hasil dari perhitungan tersebut atau dapat ditulis: ͹ͷ െ ʹͷ ͵ ൌ ͳ͹ Sehingga didapat selang sebesar 17 untuk menentukan tingkat kepentingan seluruh peternak anggota terhadap kelompok dalam melaksanakan kegiatan usaha sapi perah yang dapat dilihat pada Tabel 4.6. 27 Tabel 4.6 Selang tingkat kepentingan peternak terhadap kelompok dalam melaksanakan kegiatan usaha sapi perah No Tingkat kepentingan Jumlah nilai 1 Tinggi 59 – 75 2 Sedang 42 – 58 3 Rendah 25 – 41 4.4.2 Analisis Status Keberlanjutan Sustainability Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon Kelompok tani yang berkelanjutan menunjukkan bahwa kelompok memiliki pengelolaan kelembagaan yang baik. Pengelolaan kelembagaan kelompok tani yang baik adalah kelompok tani yang memiliki kejelasan dalam batasan keanggotaan, struktur organisasi dan aturan main, mekanisme pemberian sanksi dan resolusi konflik, aturan konstitusional kelompok yang dapat mengubah atau membuat peraturan kelompok serta mendapat pengakuan dari pemerintah mengenai keberadaan kelompok. Analisis keberlanjutan kelembagaan dilakukan dengan memberikan penilaian atau scoring dari skala 1 sampai 3 terhadap parameter yang telah ditentukan. Skor 3 = tinggi, 2 = sedang dan 1 = rendah Septian, 2010. Selanjutnya ditentukan selang untuk dapat menentukan status keberlanjutan Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon. Penentuan nilai selang diperoleh dari selisih skor tertinggi dengan skor terendah dibagi jumlah kategori jawaban Umar, 2005. Tabel 4.7 menyajikan parameter dalam menentukan status keberlanjutan dari kelompok tani. Tabel 4.7 Parameter dalam menentukan status keberlanjutan kelembagaan Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon No Parameter Keterangan 1 Ada tidaknya batasan keanggotaan - Tinggi, terdapat peraturan mengenai batasan keanggotaan kelompok dan syarat-syarat bergabung menjadi anggota yang tertulis secara jelas dalam ADART kelompok - Sedang, terdapat peraturan mengenai batasan keanggotaan kelompok dan syarat-syarat bergabung menjadi anggota namun tidak tertulis dalam ADART kelompok - Rendah, tidak terdapat peraturan mengenai batasan keanggotaan kelompok dan syarat-syarat bergabung menjadi anggota dan tidak memiliki ADART kelompok 2 Adanya struktur organisasi dan aturan main kelembagaan - Tinggi, memiliki struktur organisasi dan aturan main dalam ADART kelompok yang dijalankan dengan baik oleh anggota - Sedang, memiliki struktur organisasi namun tidak memiliki aturan main dalam ADART kelompok - Rendah, tidak memiliki struktur organisasi dan aturan main dalam ADART kelompok