Parameter Keberlanjutan Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon

49 sangat terjamin karena berada dibawah pengawasan langsung dari Dinas Peternakan Jakarta Timur yang secara rutin memberikan bantuan berupa pengadaan teknologi baru dan pelatihan kepada anggota kelompok. Bantuan modal berupa alat-alat produksi yang diberikan seperti alat-alat pencacah rumput, gudang pakan kelompok, alat pencampur pakan, tempat penyimpanan susu, penyedot air, milkcan, ember stainless dan induk sapi. Tidak hanya itu, Dinas Peternakan Jakarta Timur senantiasa memberikan kesempatan kepada para anggota kelompok untuk mengikuti seminar atau pun pelatihan mengenai usahaternak berskala nasional yang diadakan di luar kota secara gratis, dengan begitu peran kelompok dalam memberikan akses terhadap informasi sangat dirasakan oleh peternak anggota Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon. Peternak yang mewakili kelompok dalam pelatihan memiliki ilmu dan informasi baru mengenai usahaternak yang dapat dibagikan kepada anggota lainnya seperti kemampuan mengolah hasil produksi susu menjadi produk olahan yang lebih bernilai jual tinggi sehingga dapat meningkatkan pendapatan anggota. Bergabungnya peternak ke dalam kelompok tani juga memberikan akses atau kemudahan untuk menjangkau pasar dikarenakan link yang dimiliki oleh kelompok sehingga produksi susu dapat disalurkan ke pabrik- pabrik besar karena sudah terjamin kualitasnya. Pemanfaatan sumberdaya yang lebih efisien sebagai salah satu keuntungan berternak secara kelompok dapat dirasakan oleh peternak di Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon yaitu dengan melakukan pengolahan limbah kegiatan usaha secara bersama-sama. Para anggota kelompok memanfaatkan sebuah lahan yang berada pada kawasan peternakan kelompok untuk mengelola limbah menjadi limbah cair atau pupuk kandang yang memiliki nilai jual sehingga sumberdaya yang digunakan seperti lahan, tenaga kerja dan biaya yang dibuthkan lebih efisien karena ditanggung dan digunakan secara bersama-sama. Efisiensi sumberdaya dalam Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon juga dilakukan dalam penyediaan pakan dan kebutuhan produksi. Kebutuhan pakan dalam usaha sapi perah tidaklah sedikit dan membutuhkan banyak waktu serta biaya apabila peternak membeli kebutuhan 50 pakannya masing-masing. Berternak secara kelompok dapat membantu para peternak dalam menghemat biaya dan waktu pengiriman pakan, pembelian pakan yang dilakukan sekaligus dalam jumlah banyak dapat menghemat waktu dan ongkos kirim peternak. Tidak hanya itu, penyediaan alat-alat produksi yang mahal seperti induk sapi, milkcan, pendingin dan lain sebagainya apabila dibeli dalam jumlah banyak harganya menjadi lebih murah sehingga dapat menghemat biaya produksi. 6.4 Analisis Pendapatan dan Peran Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon terhadap Peningkatan Pendapatan Anggota Kelompok 6.4.1 Usahaternak Sapi Perah pada Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon Pada sub bab ini dijelaskan mengenai karakteristik usaha sapi perah pada Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon meliputi bangsa dan populasi sapi perah yang ada pada Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon, tata laksana pemeliharaan ternak sapi perah meliputi pakan sapi, perkawinan sapi, tenaga kerja yang diperlukan untuk usaha sapi perah serta pemasaran dan produksi susu pada Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon.

1. Bangsa dan populasi sapi perah pada Kelompok Usahatani Sapi Perah

Swadaya Pondok Ranggon Sapi perah yang dipelihara pada Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon adalah sapi perah peranakan Fries Holland FH dengan bulu berwarna hitam putih. Sapi FH memiliki produksi susu yang paling tinggi dibandingkan jenis sapi perah lainnya, sehingga peternak sapi perah pada Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon memilih memelihara sapi jenis Fries Holland FH. Satuan ternak ST pada penelitian ini digunakan untuk mempermudah perhitungan penelitian. Satuan ternak merupakan satuan untuk ternak yang didasarkan atas konsumsi pakan. Satuan ternak menurut Soekardono 2009 dibagi tiga berdasarkan kelompok usia ternak yaitu dewasa, muda dan anak. Satu ternak dewasa setara dengan dua ternak muda dan empat anak ternak. 51 Tabel 6.7 Daftar satuan ternak untuk sapi Jenis ternak Kelompok umur Umur tahun Satuan Ternak Sapi Dewasa Muda Anak 2 1 – 2 1 1,00 0,50 0,25 Sumber: Soekardono, 2009 Terbatasnya waktu yang digunakan dalam penelitian serta tidak adanya pencatatan usahaternak yang baik pada Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon menyebabkan keterbatasan data populasi sapi perah dalam kelompok. Sehingga dalam penentuan populasi sapi perah yang terdapat di Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon pada awal tahun, digunakan beberapa asumsi yang dapat dilihat pada Tabel 6.8. Tabel 6.8 Penentuan populasi ternak sapi perah pada awal tahun di Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon No Asumsi 1 Pedet betina dan pedet jantan awal tahun adalah sapi dara dan jantan muda akhir tahun 2 Sapi dara awal tahun adalah induk sapi baru yang pertama kali menghasilkan susu pada akhir tahun 3 Jantan muda awal tahun adalah jantan dewasa akhir tahun 4 Jantan dewasa awal tahun adalah jantan dewasa akhir – jantan muda awal + penjualan jantan dewasa 5 Sapi induk awal adalah sapi induk akhir – dara awal + penjualan afkir Penentuan populasi sapi perah pada awal tahun dibutuhkan untuk menghitung penerimaan non tunai yaitu perubahan nilai ternak selama setahun. Populasi sapi perah dari 25 peternak dalam Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 6.9. Tabel 6.9 Populasi ternak sapi perah Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon tahun 2014 Ternak Sapi Inventaris ternak awal tahun Inventaris ternak akhir tahun Ekor ST Ekor ST Pedet betina lahir-11bulan 143 35,75 10,7 124 31,00 9,1 Pedet jantan lahir-11bulan 71 17,75 5,3 67 16,75 4,9 Dara 1-2tahun 149 74,50 11,1 143 71,50 10,4 Jantan muda 1-2tahun 126 63,00 9,4 71 35,50 5,2 Jantan dewasa 2tahun 100 100,00 7.5 126 126,00 9,2 Induk 2tahun 752 752,00 56 837 837,00 61,2 Jumlah 1.341 1.043,00 100 1.368 1.117,75 100 Sumber: Data Primer diolah Induk sapi merupakan jumlah ternak terbanyak yang dimiliki oleh anggota Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon, induk sapi memiliki 52 peran yang sangat penting bagi kelangsungan usaha sapi perah karena hanya induk sapi laktasi yang dapat menghasilkan susu untuk dijual dan menghasilkan pendapatan bagi peternak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Berdasarkan Tabel 6.9 jumlah sapi jantan dewasa merupakan jumlah sapi terbesar kedua setelah sapi induk, para peternak dalam Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon mayoritas memang memelihara sapi jantan yang dilahirkan sebagai tabungan. Sapi jantan yang dipelihara dijual untuk menambah pendapatan pada hari-hari besar seperti Idul Adha dan Idul Fitri, sapi jantan bagi para peternak sapi perah dianggap sebagai aset yang dapat dijual apabila terdapat kebutuhan yang mendesak, sehingga banyak dari para peternak yang sengaja memelihara sapi jantan yang dilahirkan oleh induk sapi sampai besar kemudian dijual. Secara keseluruhan berdasarkan satuan ternak ST populasi sapi perah yang terdapat di Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon mengalami peningkatan, pada awal tahun jumlah satuan ternak di Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon adalah sebesar 1043 ST sedangkan pada akhir tahun meningkat menjadi sebesar 1117,75 ST. Peningkatan jumlah satuan ternak yang ada dalam kelompok menunjukkan bahwa skala usaha pada Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon berkembang dan memiliki dampak terhadap pendapatan peternak. Karena dalam usahaternak sapi perah, perubahan nilai ternak merupakan nilai yang diperhitungkan dalam perolehan pendapatan sebagai penerimaan non tunai.

2. Pakan

Pakan ternak merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap produksi susu yang dihasilkan, sehingga kualitas pemberian pakan selalu diperhatikan dengan baik. Pakan yang diberikan pada sapi perah di Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon terbagi menjadi tiga macam yaitu konsentrat, ampas tahu dan hijauan. Konsentrat dan ampas tahu yang digunakan oleh peternak diantar langsung dari pabrik ke tempat peternak masing-masing, pembelian pakan dilakukan sekaligus dalam jumlah banyak untung menghemat ongkos kirim dan biaya produksi. Setelah itu, pakan yang dikirim dibagikan ke masing-masing peternak sesuai dengan jumlah pakan yang dipesan. 53 Hijauan yang digunakan sebagai pakan umumnya dicari sendiri oleh tenaga kerja yang dimiliki masing-masing peternak sehingga peternak tidak mengeluarkan biaya untuk pembelian pakan hijauan. Para pekerja biasanya mencari pakan hijauan di kawasan Kranggan, Ciangsana, Cikeas dan kawasan lainnya yang masih memiliki lahan luas yang ditumbuhi rumput dan ilalang. Jumlah pakan konsentrat, ampas tahu dan hijauan yang dibutuhkan oleh para peternak selama setahun dalam Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon disajikan pada Tabel 6.10. Tabel 6.10 Jenis dan jumlah pakan yang digunakan dalam Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon tahun 2014 No Jenis pakan Jumlah pakan dalam setahun kg 1 Konsentrat 215.655 2 Ampas tahu 7.270.800 3 Hijauan 4.936.625 Sumber: Data Primer diolah Berdasarkan Tabel 6.10, jumlah konsentrat yang digunakan oleh Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon adalah sebanyak 215.655 kg konsentrat per tahun atau rata-rata sebanyak 0,52 kgSThari. Ampas tahu merupakan jumlah pakan terbesar yang digunakan oleh para peternak, jumlah ampas tahu yang digunakan adalah sebanyak 7.270.800 kg ampas tahu per tahun atau sebanyak rata-rata 17,82 kgSThari. Selain konsentrat dan ampas tahu juga diberikan hijauan sebagai pakan sapi sebesar 4.936.625 kg hijauan per tahun atau rata-rata sebanyak 12,10 kgSThari.

3. Perkawinan

Perkawinan merupakan hal yang sangat penting dalam usahaternak sapi perah, sapi yang tidak dikawinkan tidak dapat menghasilkan anak sehingga tidak dapat memproduksi susu. Perkawinan juga dapat meningkatkan populasi ternak yang dimiliki sehingga usahaternak dapat berkembang. Perlu diketahui ciri-ciri birahi sapi agar berhasil dalam melakukan perkawinan. Menurut Sudono 1999, tanda-tanda birahi yang umum pada sapi perah diantaranya adalah sapi betina yang birahi akan menaiki sapi betina lainnya, sapi gelisah dan berjalan kesana kemari, keluar cairan yang kental, jernih dan berkaca-kaca keluar dari alat kelaminnya serta kemaluannya berwarna merah, bengkak dan hangat. Umumnya perkawinan sapi yang dilakukan pada Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon adalah dengan menggunakan inseminasi buatan 54 IB dan kawin alami. Dinas Peternakan Jakarta Timur memberikan bantuan inseminasi buatan kepada para peternak di Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon, namun karena kualitas bibitnya yang kurang baik dan jarak kedatangan petugas dengan pelaporan peternak bahwa terdapat sapi birahi seringkali terlalu lama, mengakibatkan perkawinan sering kali gagal. Oleh sebab itu, peternak lebih memilih untuk memanggil jasa petugas IB sendiri untuk mengawinkan sapinya, sehingga bibit yang digunakan dapat dipilih sesuai dengan keinginan peternak dan waktu perkawinan yang tepat dapat meningkatkan tingkat keberhasilan kebuntingan sapi. Biaya yang dibutuhkan untuk sekali IB adalah sebesar Rp 70.000,00 atau dapat lebih tergantung kualitas bibit yang digunakan. Beberapa peternak pada Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon lebih memilih untuk melakukan perkawinan dengan cara alami dibandingkan dengan inseminasi buatan. Perkawinan alami memang memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dibandingkan inseminasi buatan, dan tidak membutuhkan biaya dalam pelaksanaannya. Namun, tahapan pelaksanaan yang cukup panjang dan membutuhkan banyak tenaga dalam melakukan perkawinan alami, seperti menyediakan kandang untuk perkawinan alami dan mengeluarkan sapi betina dan jantan ke dalam kandang yang sama menyebabkan para peternak lebih banyak memilih menggunakan inseminasi buatan karena alasan lebih praktis dan tidak membutuhkan waktu lama.

4. Tenaga kerja

Mayoritas pekerja yang bekerja pada Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon adalah tenaga kerja yang berasal dari Jawa Tengah. Para pekerja diberikan tempat tinggal di sekitaran kandang oleh para pemilik ternak sehingga dapat mengontrol sapi dengan baik. Tenaga kerja yang dipekerjakan dalam usaha sapi perah biasa disebut dengan anak kandang, anak kandang bertugas untuk membersihkan kandang, memandikan sapi, memberikan makan dan minum sapi, memerah susu dan mencari hijauan untuk pakan sapi. Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan pada Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon adalah sebanyak 80 orang. Rata-rata pekerja yang dipekerjakan di Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon menangani 14 ST per tenaga kerja. Rata-rata upah yang diberikan kepada tenaga 55 kerja di Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon adalah sebesar Rp 2.054.000,00 per bulan. Upah yang diberikan kepada pekerja ini masih berada di bawah Upah Minimum Provinsi UMP DKI Jakarta tahun 2014 berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 1232013 yaitu sebesar Rp 2.441.000,00 per bulan, dengan adanya peningkatan produktivitas dan berkembangnya skala usaha peternak pada Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon diharapkan dapat memberikan peningkatan upah bagi para pekerja yang dipekerjakan pada Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon sampai dengan batas UMP DKI Jakarta yaitu Rp 2.441.000,00 per bulan.

5. Pemasaran dan produksi susu

Jumlah produksi susu yang dihasilkan oleh Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon adalah1.986.480 liter per tahun pada tahun 2014. Rata- rata produksi susu per ekor sapi pada Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon adalah 8 liter per hari. Mayoritas rata-rata produksi susu sapi Fries Holland di Indonesia adalah 10 liter per hari Sudono, 1999. Pemasaran susu dalam Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon dibagi menjadi tiga, yaitu dijual ke pengecer, konsumen langsung dan kelompok, yang masing-masing berbeda harganya. Biasanya harga jual ke konsumen langsung lebih tinggi dibandingkan harga jual ke pengecer dan kelompok tergantung masing-masing peternak. Peternak pada Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon menjual susu ke konsumen dan pengecer mulai dari harga Rp 5.000,00liter sampai Rp 8.000,00liternya, sedangkan harga jual ke kelompok hanya sebesar Rp 4.000,00liter. Rendahnya harga jual ke kelompok mengakibatkan para peternak pada Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon lebih banyak menjual susu hasil produksi mereka ke pengecer dan konsumen langsung untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar. Susu yang dijual peternak ke kelompok hanya apabila ada kelebihan susu yang tidak habis terjual. Tabel 6.11 menyajikan penerimaan yang di dapat oleh Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok ranggon dari hasil penjualan susu pada tahun 2014. 56 Tabel 6.11 Penerimaan anggota Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon dari hasil penjualan susu tahun 2014 No Res Induk ekor Harga jual susu Rp Penerimaan bulan Rp Penerimaan harga min. 6rb Rp No Res Induk ekor Harga jual susu Rp Penerimaan bulan Rp Penerimaan harga min. 6rb Rp 1 70 8000 103.200.000 103.200.000 15 3 4000 3.600.000 5.400.000 2 8 8000 12.000.000 12.000.000 16 44 5000 37.500.000 45.000.000 3 20 8000 24.000.000 24.000.000 17 34 5000 37.500.000 45.000.000 4 22 7000 31.500.000 31.500.000 18 165 6500 156.000.000 156.000.000 5 21 7000 35.700.000 35.700.000 19 23 6000 21.600.000 21.600.000 6 25 7000 37.800.000 37.800.000 20 96 8000 168.000.000 168.000.000 7 11 5000 12.000.000 14.400.000 21 15 6500 15.600.000 15.600.000 8 8 5000 10.200.000 12.240.000 22 21 5500 28.875.000 31.500.000 9 29 7000 39.900.000 39.900.000 23 37 6000 45.000.000 45.000.000 10 28 6000 37.800.000 37.800.000 24 30 5000 30.000.000 36.000.000 11 17 6000 23.400.000 23.400.000 25 10 5500 18.975.000 20.700.000 12 39 5500 49.500.000 54.000.000 Jlh 837 151500 1.053.150.000 1.103.940.000 13 32 5000 30.000.000 36.000.000 Rata- rata 33 6000 42.126.000 44.157.600 14 29 5000 43.500.000 52.200.000 Sumber: Data Primer diolah Perhitungan penerimaan dari hasil penjualan susu secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 17. Berdasarkan Tabel 6.11, dapat dilihat bahwa harga jual susu anggota Kelompok Usahatani Swadaya Pondok Ranggon berbeda masing- masing peternak sehingga mengakibatkan ketimpangan penerimaan antar anggota. Hal ini disebabkan karena perbedaan kualitas susu yang dihasilkan dan pasar yang dimiliki masing-masing peternak pada Kelompok Usahatani Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon berbeda satu sama lain. Beberapa faktor penentu harga susu menurut Santosa 2009 dapat dikaji dari beberapa sudut pandang, yaitu dari perilaku konsumen, kondisi usaha peternakan sapi perah rakyat dan IPS yang berkaitan dengan perdagangan global. Ada pun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas susu antara lain adalah bangsa sapi, lama bunting, masa laktasi, besarnya sapi, estrus birahi, umur, selang beranak, masa kering, frekuensi pemerahan serta makanan dan tata laksana pemeliharaan sapi perah yang dilakukan Sudono, 1999. Kualitas susu juga ditentukan berdasarkan kadar mineral yang dikandungnya, konsentrasi mineral yang rendah dapat menurunkan bobot jenis air susu. Bobot jenis air susu merupakan salah satu kriteria kualitas air susu yang sangat diperhatikan Toharmat, 1985. Upaya kelompok untuk dapat meminimalisir ketimpangan penerimaan antar anggota adalah dengan memberikan penyuluhan dan pelatihan mengenai pemeliharaan ternak sapi perah yang baik untuk menghasilkan susu dengan kualitas tinggi dengan biaya seminimal mungkin. Upaya tersebut diharapkan dapat membantu para peternak meningkatkan harga jual susu per liternya,