Berdasarkan Pasal 30 PP No.73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah  diubah dengan PP No.63 tahun 1999, menentukan
bahwa izin pembukaan kantor cabang dapat dicabut, jika dalam jangka waktu 2 dua bulan terhitung sejak tanggal izin pembukaan kantor cabang ditetapkan,  kantor
cabang yang bersangkutan tidak menjalankan kegiatan usahanya dan harus memenuhi tingkat solvabilitas.
B.  Syarat-Syarat Mengajukan Permohonan Pailit Perusahaan Asuransi
Mengenai syarat-syarat mengajukan permohonan pernyataan pailit didasarkan pada ketentuan yang diatur dalam UUK  dan  PKPU. Bahwa menurut
UUK  dan  PKPU terdapat ada 3 tiga syarat ketentuan yang menentukan syarat- syarat permohonan pernyataan pailit, yaitu:
1. Memiliki 2 dua atau lebih kreditor.
2. Debitor tidak membayar sedikitnya satu utangnya
3. Utang tersebut telah jatuh waktu dan dapat ditagih
Syarat pertama memiliki 2 dua kreditor sebagai syarat permohonan pernyataan putusan pailit tersebut ditentukan dalam Pasal 2 ayat 1 UUK dan PKPU,
“Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit
dengan putusan pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih kreditornya”.
Ketentuan normatif ditentukannya 2 dua orang kreditor sehubungan dengan tujuan hukum kepailitan adalah untuk mempergunakan harta debitor membayar
seluruh utang-utang debitor secara adil di bawah pengawasan hakim pengawas. Konsekuensi ketentuan ini berarti jika hanya terdapat 1 satu kreditor saja, maka
Universitas Sumatera Utara
tidak perlu dilakukan melalui upaya hukum kepailitan, cukup dilakukan melalui upaya gugatan perdata dan permohonan sita jaminan terhadap seluruh harta kekayaan
debitor ke pengadilan umum.
112
Utang wajib dipenuhi oleh setiap debitor dan jika tidak dapat dipenuhi maka kreditor berhak dan dapat  melakukan upaya-upaya hukum melalui pelunasan harta
debitor. Tidak mesti harus diatur dalam undang-undang jika kreditornya hanya satu
orang. Sudah dapat dipastikan bahwa seluruh hasil penjualan harta kekayaan debitor melalui sita jaminan itu merupakan sumber  pelunasan bagi kreditor satu-satunya
tersebut. Sehingga tidak mungkin pula kreditor satu-satunya tersebut berlomba memperebutkan pembagian harta debitor.
113
Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung
maupun yang akan timbul di kemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh debitor dan bila tidak
Upaya-upaya hukum tersebut dapat dilakukan melalui 2 dua cara sebagaimana di atas yaitu melalui gugatan perdata biasa jika kreditornya satu orang
dan melalui upaya hukum kepailitan jika kreditornya lebih dari satu orang. Syarat kedua adalah debitor tidak membayar sedikitnya satu utangnya. Sudah
dapat dipastikan bahwa timbulnya perkara kepailitan disebabkan karena persoalan utang yang tidak dibayar. Pengertian tidak membayar adalah debitor tidak atau
belum membayar lunas seluruh utangnya yang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih, baik utang pokok beserta bunganya.
112
Suanrmi, Op. cit., hal. 82-83.
113
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Pedoman Menangani Perkara Kepailitan, Jakarta: Rajawali Press, 2003, hal. 11.
Universitas Sumatera Utara
dipenuhi memberi hak kepada kreditor untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan debitor.
Utang menimbulkan kewajiban yang timbul karena adanya perikatan baik dari perjanjian maupun karena perintah undang-undang.
114
Ikat-mengikat dalam suatu janji menurut perspektif hukum perdata dikenal dengan istilah verbintenis,
yang meliputi tiga terjemahan yaitu perikatan, perutangan, dan perjanjian. Sedangkan overeenskomst ada dua terjemahan yaitu perjanjian dan persetujuan. Overeenskomst
inilah yang diterjemahkan sebagai perjanjian. Namun, keberadaan suatu perjanjian saat ini lazim dikenal sebagai kontrak.
115
114
Pasal 1233 KUH Perdata.
115
Handri Raharjo, Op. Cit., hal. 41.
Syarat ketiga bahwa utang tersebut yang lahir dari perikatan telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Pengertian utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih
merupakan suatu kewajiban untuk membayarnya dengan syarat telah habis masa perjanjian karena jatuh tempowaktu, baik karena ketentuan dalam perjanjian, karena
waktunya dipercepat penagihannya, karena sanksi denda oleh instansi yang berwenang, maupun karena putusan pengadilan.
Untuk menentukan utang yang sudah jatuh tempo dapat dilihat dari ketentuan dalam perjanjian atau penetapan dari pihak yang berwenang. Berpedoman pada Pasal
2 ayat 1 UUK  dan PKPU pengertian utang yang telah jatuh tempo tersebut harus didasarkan pada perjanjian. Masalahnya adalah jika perjanjian tersebut tidak
diwujudkan dengan perjanjian tertulis akan terasa sulit untuk membuktikan utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih sebab tidak ada dasar yang dapat dijadikan
pedoman menyatakan utang yang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih dalam hal ini.
Universitas Sumatera Utara
Ketidakjelasan ini menimbulkan keraguan bagi kreditor untuk menagih utang debitor yang tidak didasarkan pada perjanjian tertulis sehingga berpotensi merugikan
kreditor itu sendiri. Pengadilan sekalipun tidak dapat menentukan gugatan utang yang tidak didasarkan pada suatu perjanjian tertulis. Oleh sebab itu, dalam utang
piutang semestinya dilakukan dengan cara perjanjian secara tertulis untuk mengantisipasi terjadinya tindakan wanprestasi atau karena ketidakmampuan debitor
membayar utang-utangnya tersebut kepada debitor.
C.  Akibat Hukum Terhadap Perusahaan Asuransi yang Telah Dicabut Izin Usahanya