Asuransi sebagai Suatu Perjanjian

yang diajukan oleh sebahagian dari peserta asuransi ditanggung oleh seluruh peserta asuransi yang lain. 63 Kecuali jika terjadi risiko inti core risk, sebab core risk ini adalah risko yang terjadi karena kegagalan strategi bisnis dan investasi serta salah kelola mismanagement dan kegagalan ini potensial mengakibatkan munculnya tuntutan pihak ketiga untuk mempailitkan perusahaan asuransi. Sedangkan risiko perusahaan asuransi yang diperlukan klaim asuransi adalah terjadi karena risiko bisnis yang murni disebabkan karena peristiwa yang tidak pasti. Dengan prinsip the losses of a few are borne by a group ini perusahaan asuransi tidak akan dirugikan atau pailit jika ada klaim dari pihak tertanggung, karena dalam suatu kejadian yang dikalim tertanggung tersebut, semua peserta atau tertanggung yang lainnya juga ikut berpartisipasi secara tidak langsung membiayai klaim tersebut. Secara tidak langsung disebut karena tertanggung yang lain telah memberikan premi yang terus-menerus dikumpulkan oleh perusahaan asuransi dan perusahaan asuransi tersebut dipastikan tetap memperoleh keuntungan dari premi. 64

B. Asuransi sebagai Suatu Perjanjian

Asuransi merupakan satu di antara jenis-jenis perjanjian. Perjanjian asuransi diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD atau Wetboek van Koophandel voor Indonesie S. 1847-23. Asuransi sebagai suatu perjanjian, maka ketentuan syarat-syarat sah suatu perjanjian dalam KUH Perdata berlaku dalam 63 Junaedy Ganie, Op. cit., hal. 46. 64 Ibid., hal. 42. Universitas Sumatera Utara perjanjian asuransi. Oleh karena itu, ketentuan syarat-syarat sah suatu perjanjian, berlaku juga syarat-syarat yang diatur dalam KUHD. 65 1. Kesepakatan consensus Syarat-syarat sah suatu perjanjian diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata yang menurut ketentuan tersebut terdapat 4 empat syarat-syarat sah suatu perjanjian, yaitu kesepakatan para pihak, kewenangan berbuat, objek tertentu, dan kuasa yang halal. Suatu perjanjian asuransi dapat dipastikan tidak terlepas dari terpenuhinya syarat-syarat sahnya perjanjian dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Jika keempat syarat tersebut sudah dipenuhi, maka suatu perjanjian menjadi sah dan mengikat secara hukum bagi para pihak yang membuatnya, khususnya bagi penanggung dan tertanggung. Penanggung perusahaan perasuransian dan tertanggung sepakat mengadakan perjanjian asuransi. Kesepakatan tersebut pada pokoknya meliputi: benda yang menjadi objek asuransi, pengalihan risiko dan pembayaran premi, evenemen peristiwa yang tidak pasti dan ganti kerugian, syarat-syarat khusus asuransi, dan polis asuransi. 66 Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. 67 65 Handri Raharjo, Hukum Perjanjian di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2009, hal. 61. 66 Abdulkadir Muhammad, Op. cit., hal. 49. 67 Pasal 1 angka UU Usaha Perasuransian. Universitas Sumatera Utara Perjanjian asuransi dapat dilakukan secara langsung maupun secara tidak langsung antara pihak penanggung dan pihak tertanggung. dilakukan secara langsung artinya kedua belah pihak mengadakan perjanjian asuransi tanpa melalui perantara sedangkan dilakukan secara tidak langsung artinya dilakukan melalui jasa perantara. 68 Dengan adanya kesepakatan consensus untuk mengikatkan diri antara penanggung dan tertanggung bahwa kedua belah pihak menyetujui materi atau muatan dalam perjanjian asuransi yang diperjanjikan, tidak ada paksaan atau di bawah tekanan pihak manapun. Semua pihak harus bebas menentukan pilihan. Maksud dibolehkannya perjanjian asuransi secara tidak langsung melalui perantara bertujuan untuk melindungi pihak tertanggung sebagai pihak yang paling berkepentingan menentukan objek yang diasuransikan. Penggunaan jasa perantara diperbolehkan dalam Pasal 260 KUHD, jika asuransi dilakukan dengan perantara seorang makelar, maka polis yang sudah ditandatangani harus diserahkan dalam waktu 8 delapan hari setelah perjanjian dibuat. Inilah yang disebutkan dalam Pasal 1 angka 8 UU Usaha Perasuransian sebagai Perusahaan Pialang Asuransi, yaitu perusahaan yang memberikan jasa keperantaraan dalam penutupan asuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi asuransi dengan bertindak untuk kepentingan tertanggung. 69 2. Kewenangan authority Mengenai kewenangan authority yang dimaksud adalah kecakapan untuk membuat suatu perikatan. Para pihak penanggung dan tertanggung harus mampu dan 68 Abdulkadir Muhammad, Op. cit., hal. 50. 69 Ibid. Universitas Sumatera Utara cakap membuat suatu perjanjian asuransi yang berarti kata mampu dalam hal ini adalah bahwa penanggung dan teratnggung telah dewasa, tidak di bawah pengawasan karena prilaku yang tidak stabil dan bukan orang-orang yang dalam undang-undang dilarang membuat suatu perjanjian tertentu. Kewenangan berbuata tersebut ada yang bersifat subjektif dan ada yang bersifat objektif. Kewenangan subjektif artinya para pihak sudah dewasa, sehat ingatan, tidak berada dalam perwalian trusteeship, atau pemegang kuasa yang sah. Kewenangan objektif artinya tertanggung memiliki hubungan yang sah dengan objek asuransi karena benda tersebut merupakan kekayaan miliknya sendiri. Sedangkan penanggung merupakan pihak yang berwenang mewakili perusahaan asuransi berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan. Jika asuransi yang diadakan itu untuk pihak ketiga, maka tertanggung yang mengadakan asuransi tersebut mendapat kuasa dari pihak ketiga yang bersangkutan. 70 3. Objek tertentu fixed object Mengenai objek tertentu fixed object diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata adalah suatu hal tertentu. Maksud suatu hal tertentu bahwa dalam perjanjian asuransi tersebut ada hal yang diperjanjikan memiliki makna suatu perjanjian yang dilakukan menyangkut suatu objek atau hal yang jelas. Objek asuransi ditentukan dalam Pasal 1 angka 2 UU Usaha Perasuransian adalah benda dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan manusia, tanggung jawab hukum, serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi, dan atau berkurang nilainya. Objek tertentu berupa harta kekayaan dan kepentingan yang melekat pada harta kekayaan dalam hal asuransi kerugian. Objek tertentu berupa jiwa atau raga 70 Ibid., hal. 50-51. Universitas Sumatera Utara manusia dalam hal asuransi jiwa. Objek tertentu harus jelas dan pasti. Jika berupa harta kekayaan, harta kekayaan apa, berapa jumlah dan ukurannya, di mana letaknya, apa mereknya, buatan mana, berapa nilainya, dan sebagainya. Jika berupa jiwa atau raga, nama siapa, berapa umurnya, apa hubungan kelaurganya, di mana alamatnya, dan sebagainya. Oleh karena yang mengasuransikan objek tersebut adalah tertanggung, maka tertanggung harus memiliki hubungan langsung atau tidak langsung dengan objek asuransi tersebut. Dikatakan ada hubungan langsung jika tertanggung memiliki sendiri harta kekayaan, jiwa atau raga yang menjadi objek asuransi. Dikatakan ada hubungan tidak langsung jika tertanggung hanya memiliki kepentingan atas objek asuransi. Tertanggung harus dapat membuktikan bahwa tertanggung lah yang benar sebagai pemilik sah atau memiliki kepentingan atas objek tersebut. Jika tertanggung tidak dapat membuktikan objek asuransi tersebut, maka akan timbul anggapan bahwa tertanggung tidak memiliki hubungan hukum dengan objek asuransi tersebut, sehingga pertanggungan dapat dibatalkan atau batal demi hukum null and void. Undang-undang tidak membenarkan dan tidak akan mengakui bagi orang yang melakukan perasuransian jika tidak ada kepentingan interest. 71 4. Kausa yang halal. Dilakukan atas sebab yang halal atau kausa yang halal maksudnya adalah suatu perjanjian dilakukan dengan itikad baik bukan ditujukan untuk suatu kejahatan. Kausa yang halal dalam perjanjian asuransi mengandung makna bahwa isi atau muatan dalam perjanjian asuransi tersebut benar-benar tidak dilarang oleh ketentuan 71 Ibid., hal. 52. Universitas Sumatera Utara perundang-undangan, tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan tidak bertentangan dengan kesusialaan. Contohnya tertanggung mengasuransikan benda yang diperoleh dari suatu kajahatan pencucian uang, dan lain-lain adalah dilarang. Dalam perjanjian asuransi, terdapat beberapa unsur yang harus terpenuhi, antara lain: adanya kaidah hukum, subyek hukum, akibat hukum, kata sepakat, dan adanya prestasi. 72

C. Berakhirnya Perjanjian Asuransi