perundang-undangan, tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan tidak bertentangan dengan kesusialaan. Contohnya tertanggung mengasuransikan benda
yang diperoleh dari suatu kajahatan pencucian uang, dan lain-lain adalah dilarang. Dalam perjanjian asuransi, terdapat beberapa unsur yang harus terpenuhi,
antara lain: adanya kaidah hukum, subyek hukum, akibat hukum, kata sepakat, dan adanya prestasi.
72
C. Berakhirnya Perjanjian Asuransi
Adanya kaidah hukum jelas diatur dalam KUH Perdata, KUHD, dan UU Usaha Perasuransian. Subyek hukum dimaksud adalah kedua belah pihak
yaitu tertanggung dan penanggung maupun kuasanya. Adanya prestasi yaitu tertanggung membayar premi, sedangkan penanggung akan menerima peralihan
risiko atas objek yang diasuransikan tertanggung. Kata sepakat dibuktikan dengan adanya persesuaian pernyataan kehendak
antara para pihak yang dibuktikan dengan penandatanganan di dalam perjanjian asuransi, sehingga akan mengikat secara hukum antar kedua belah pihak dalam
pertanggungan. Akibat hukum dari perjanjian asuransi berarti menimbulkan hak dan kewajiban. Jika premi dibayar tertanggung, maka risiko beralih, jika premi tidak
dibayar tertanggung, maka risiko tersebut tidak beralih.
Sebagaimana telah dijelaskan di muka bahwa dalam asuransi terdapat beberapa prinsip-prinsip asuransi dan asuransi merupakan satu di antara banyak
perjanjian. Asuransi dapat berakhir, asuransi tidak bersifat kekal melainkan bergantung pada batas masa tertentu sesuai dengan yang diperjanjikan antara
72
Salim H.S., Hukum Kontrak: Teori Teknik Penyusunan Kontrak, Cet. II, Jakarta: Sinar Grafika, 2004, hal. 4.
Universitas Sumatera Utara
penanggung dengan tertanggung. Berakhirnya suatu perjanjian asuransi, maka berakhir pula kegiatan perasuransian, disebabkan karena:
1. Jangka waktu berlaku sudah habis
Asuransi biasanya diadakan untuk jangka waktu tertentu misalnya 1 satu tahun. Jangka waktu ini biasanya terdapat pada asuransi kebakaran dan asuransi
kendaraan bermotor. Ada juga asuransi yang diadakan untuk jangka waktu yang lebih lama misalnya 10 sepuluh tahun sampai 20 dua puluh tahun atau lebih.
Jangka waktu panjang ini biasa terdapat pada asuransi jiwa. Jangka waktu tersebut ditetapkan dalam polis.
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang tidak mengatur secara tegas mengenai jangka waktu asuransi. Jika jangka waktu yang ditentukan dalam polis tersebut habis,
maka jangka waktu asuransi berakhir. Lain halnya dengan asuransi di Inggris tidak dibolehkan asuransi sampai 12 dua belas bulan atau lebih satu tahun. Asuransi di
Inggris untuk jangka waktu lebih dari 1 satu tahun adalah batal.
73
2. Perjalanan berakhir
Selain ditentukan dengan jangka waktu tertentu, asuransi juga dapat diadakan berdasarkan perjalanan, misalnya asuransi diadakan untuk perjalanan kapal dari
pelabuhan A ke Pelabuhan B. Jike perjalanan telah berakhir atau kapal tiba dipelabuhan tujuan pelabuhan B, maka asuransi tersebut telah berakhir. Asuransi
berdasarkan perjalanan ini pada umumnya digunanakan untuk asuransi pengangkutan barang maupun penumpang dari tempat pemberangkatan embarkasi ke tempat
tujuan tertentu disembarkasi. 3.
Terjadinya evenemen dan diikuti dengan klaim
73
Abdulkadir Muhammad, Op. cit., hal. 133-134.
Universitas Sumatera Utara
Dalam perjanjian asuransi dipastikan dibuat berlaku untuk apa saja evenemen asuransi yang dipertanggungkan. Jika sementara asuransi berjalan terjadi evenemen
peristiwa yang tidak pasti dimaksud dan menimbulkan kerugian, maka penanggung akan menyelidiki apakah benar tertanggung memiliki kepentingan atas benda yang
diasuransikan. Penanggung menyelidiki pula apakah evenemen yang terjadi itubenar- benar karena kesalahan tertanggung dan sesuai dengan evenemen dalam polis
asuransi. Jika benar, maka dilakukan pemberesan berdasarkan klaim tertanggung. Pembayaran ganti kerugian dilakukan oleh penanggung berdasarkan asas
keseimbangan
74
Keseimbangan dimaksud hak pada satu sisi dibatasi oleh kehendak yang dimunculkan oleh pertimbangan atau keadaan yang menguntungkan, dan pada sisi
lain, oleh keyakinan akan kemampuan untuk mengejawantahkan hasil atau akibat yang dikehendaki. Dalam batasan kedua sisi ini tercapailah keseimbangan yang
dimaknai positif. dengan pemenuhan ganti kerugian berdasarkan klaim tertanggung,
maka asuransi berakhir.
75
4. Asuransi berhenti atau dibatalkan
Asuransi akan berhenti disebabkan karena kesepakatan dalam perjanjian asuransi antara penanggung dan tertanggung telah berakhir, misalnya karena premi
74
Mariam Darus Badrulzaman, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Buku III, Bandung: Alumni, 2006, hal. 108-120. Asas keseimbangan adalah suatu asas yang dinyatakan bahwa asas ini
menghendaki kedua belah pihak memenuhi dan melaksanakan perjanjian secara adil. Asas-asas dalam perjanjian, selain asas keseimbangan dianut pula asas kebebasan mengadakan perjanjian,
konsensualisme, kepercayaan, kekuatan mengikat, persamaan hukum, keseimbangan, kepastian hukum, moral, kepatutan, dan kebiasaan. Lihat juga: Tim Naskah Akademis BPHN., Naskah
Akademis Lokakarya Hukum Perikatan, Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional, 1985, hal. 9. Asas keseimbangan adalah asas yang menghendaki kedua belah pihak memenuhi dan melaksanakan
suatu perjanjian, dimana kreditur mempunyai kekuatan untuk menuntut prestasi dan jika diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi melalui kekayaan debitur, namun debitur memikul pula kewajiban
untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik.
75
Herlien Budiono, Op. cit, hal. 305.
Universitas Sumatera Utara
tidak dibayar dan ini biasanya diperjanjikan dalam polis. Berhentinya asuransi juga dapat terjadi karena faktor di luar kemauan penanggung dan tertanggung, mislanya
terjadi pemberatan risiko setelah asuransi berjalan Pasal 293 dan Pasal 638 KUHD. Dalam hal pemberatan risiko setelah asuransi berjalan, seandainya
penanggung mengetahui hal itu dari awal, penanggung tersebut tidak akan membuat asuransi itu dengan syarat-syarat atau janji-janji khusus. Oleh karena dirasakan
kurang adil, maka undang-undang menentukan, jika terjadi pemberatan risiko, asuransi menjadi berhenti. Pengertian berhenti dapat juga diartikan dibatalkan.
Penanggung atau tertanggung masing-masing berhak sewaktu-waktu menghentikan asuransi itu tanpa diwajibkan memberitahukan alasannya. Dalam hal
penanggung yang membatalkannya, maka penanggung wajib mengembalikan premi untuk jangka waktu yang belum habis. Dalam hal tertanggung yang
membatalkannya, tertanggung wajib membayar premi untuk jangka waktu yang sudah dijalani.
76
5. Asuransi gugur
Asuransi gugur biasanya terdapat dalam asuransi pengangkutan. Jika barang yang diangkut diasuransikan kemudian tidak jadi diangkut, maka asuransi gugur.
Tidak jadi diangkut dapat terjadi karena kapal tidak jadi berangkat akan melakukan perjalanan, tetapi dihentikan Pasal 635 KUHD. Dalam hal ini asuransi bukan
dibatalkan atau batal, melinkan gugur aborted. Perbedaan antara asuransi dibatalkan atau batal dengan asuransi gugur adalah pada bahaya evenemen. Pada
76
Abdulkadir Muhammad, Op. cit., hal. 135.
Universitas Sumatera Utara
asuransi dibatalkan atau batal, bahaya sedang atau sudah dijalani, sedangkan pada asuransi gugur, bahaya belum dijalani sama sekali.
77
6. Perusahaan Asuransi dipailitkan
Selain dari kelima hal di atas yang dapat membuat kegiatan pertanggungan atau asuransi berakhir, ada pula ketentuan yang menentukan berakhirnya asuransi
karena perusahaan yang menjalankan kegiatan perasuransian perusahaan perasuransian tersebut dipailitkan atau dicabut izin usahanya.
Ditentukan dalam Pasal 20 UU Usaha Perasuransian, adalah: a.
Dengan tidak mengurangi berlakunya ketentuan dalam Peraturan Kepailitan, dalam hal terdapat pencabutan izin usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal
18, maka Menteri, berdasarkan kepentingan umum dapat memintakan kepada Pengadilan agar perusahaan yang bersangkutan dinyatakan pailit.
b. Hak pemegang polis atas pembagian harta kekayaan Perusahaan Asuransi
Kerugian atau Perusahaan Asuransi Jiwa yang dilikuidasi merupakan hak utama.
Maksud ketentuan di atas adalah jika suatu perusahaan asuransi telah dicabut izin usahanya, maka kekayaan perusahaan tersebut perlu dilindungi agar para
pemegang polis tetap dapat memperoleh haknya secara proporsional. Untuk melindungi kepentingan para pemegang polis tersebut, Menteri Keuangan Republik
Indonesia dalam hal debitornya perusahaan asuransi diberi wewenang berdasarkan undang-undang untuk meminta pengadilan agar perusahaan asuransi yang
bersangkutan dinyatakan pailit. Tujuan perusahaan asuransi dinyatakan pailit agar kekayaan perusahaan
asuransi tersebut tidak dipergunakan untuk kepentingan pengurus atau pemilik perusahaan tanpa mengindahkan kepentingan para pemegang polis. Selain itu,
dengan adanya kewenangan untuk mengajukan permintaan pailit tersebut, maka
77
Ibid., hal. 136.
Universitas Sumatera Utara
Menteri Keuangan dapat mencegah berlangsungnya kegiatan tidak sah dari perusahaan yang telah dicabut izin usahanya, sehingga kemungkinan terjadinya
kerugian yang lebih luas pada masyarakat dapat dihindarkan. Hak utama yang dimaksud dalam Pasal 20 ayat 2 UU Usaha Perasuransian
mengandung pengertian bahwa dalam hal kepailitan, hak pemegang polis mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada hak pihak-pihak lainnya, kecuali
dalam hal kewajiban untuk negara, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
D. Pengaturan Kegiatan Usaha Perusahaan Asuransi Dalam Menjalankan Kegiatan Perasuransian