Unsur-unsur dalam Fotografi Tinjauan Umum Tentang Fotografi

Dengan memanfaatkan teknik tersebut, foto akan terlihat lebih menarik dan dinamis serta tidak monoton. b. Unsur Estetis 1 Sudut Pandang Berdasarkan sudut pengambilan gambar camera angle. 13 a Bird Eye View Pengambilan gambar dilakukan dari atas ketinggian tertentu, sehingga memperlihatkan lingkungan yang sedemikian luas dengan benda- benda lain yang tampak di bawah sedemikian kecil. Pengambilan gambar biasanya menggunakan helikopter maupun dari gedung-gedung tinggi. b High Angle Menempatkan objek lebih rendah dari pada kamera, atau kamera lebih tinggi daripada objek, sehingga yang terlihat pada kaca pembidik objek yang terkesan mengecil. Sudut pengambilan gambar tepat di atas objek, pengambilan gambar seperti ini memiliki arti yang dramatis yaitu kecil atau kerdil. c Low Angle Menempatkan kamera lebih rendah dari objek, atau objek lebih tinggi dari kamera, sehingga objek terkesan membesar. Sudut pengambilan gambar ini merupakan kebalikan dari high angle. Kesan yang ditimbulkan dari sudut pandang ini yaitu keagungan atau kejayaan. d Eye Level 13 Audy Mirza Alwi, Foto Jurnalistik, Jakarta: PT Bumi Aksara,2004, h. 46 Pengambilan gambar ini mengambil sudut sejajar dengan mata objek, tidak ada kesan dramatis tertentu yang didapat dari eye level ini, yang ada hanya memperlihatkan pandangan mata seseorang yang berdiri. e Frog Level Sudut pengambilan gambar ini diambil sejajar dengan permukaan tempat objek berdiri, seolah-olah memperlihatkan objek menjadi sangat besar. Pemilihan angle dalam pengambilan sebuah foto dapat memberi kesan keberpihakan, simpati, kekaguman maupun perlawanan dalam pesan yang disampaikan. Selain makna tersirat tersebut, sudut pengambilan gambar juga berfungsi sebagai pengaturan komposisi dan proporsi untuk menempatkan subjek agar lebih menarik secara visual. 2 Komposisi Komposisi merupakan pengaturan atau tatanan gambar dalam satu frame. Komposisi berperan untuk menempatkan subjek secara menarik, serta mengarahkan mata pemandang langsung ke subjek utama dari foto tersebut sehingga dapat segera memahami pesan visual yang disajikan oleh fotografer. Mengatur komposisi sebuah foto dapat dilakukan dengan beberapa tehnik, antara lain dengan menggunakan: a Aturan 13 rule of third Yaitu membagi proporsi sebingkai foto dalam tiga bagian secara vertikal dan tiga bagian horizontal, kemudian menempatkan subjek pada empat titik persilangan garis tak-nyata imaginer pembagi. b Latar depan foreground dan latar belakang background Memanfaatkan latar belakang danatau latar depan sebagai pengisi ruang kosong dalam sebuah bingkai, serta melengkapi informasi tentang pengaturan tempat dari suatu peristiwa. c Sudut pandang perspektif Memanfaatkan elemen garis imaginer untuk mengarahkan mata pemandang foto langsung kepada objek yang dituju. Mengatur komposisi gambar, selain bermafaat sebagai pemanis tampilan foto, juga berguna untuk memperkuat pesan yang ingin disampaikan oleh fotografer dalam sebingkai fotonya.

B. Foto Jurnalistik

1. Pengertian Foto Jurnalistik

Fotografi dalam dunia jurnalistik dikenal dengan istilah foto jurnalistik atau foto berita. Sebagaimana pada penjelasan diatas mengenai aliran journalism photography, dikatakan sebagai foto berita, sebab unsur dasar dari foto jurnalistik adalah nilai berita yang mutlak terkandung di dalamnya. Foto juga harus memuat informasi 5W+H, yaitu: what, who, when, where, way + how, asupan informasi yang harus dipenuhi sehingga dapat dikategorikan sebagai sebuah berita. Foto berita biasanya dilengkapi pula oleh caption keterangan foto. Foto jurnalistik merupakan sajian gambar atau foto yang dapat berdiri sendiri sebagai visualisasi suatu peristiwa. Foto jurnalistik pun dapat menjadi pelengkap dan penguat pesan yang disampaikan dalam berita. 14 Sehingga dapat diasumsikan bahwasanya foto jurnalistik atau foto berita dapat memiliki peran 14 Syafrudin Yunus, Jurnalistik Terapan, Jakarta: PT Ghalia Indonesia, 2010,hal 91. ganda, yang pertama sebagai pendamping atau pelengkap berita, selanjutnya disisi lain dapat menjadi berita itu sendiri. Sejarah mencatat, adalah surat kabar harian The Daily Graphic, pada hari Senin tanggal 16 April 1877 memuat gambar yang berisi berita kebakaran hotel dan salon pada halaman satu yang disebut taufan Wijaya dalam bukunya Foto Jurnalistik, merupakan embrio foto jurnalistik. 15 Kemudian pada tahun 1937-1950, terbit majalah Life di Amerika Serikat, Majalah tersebut menghadirkan foto dalam porsi yang lebih besar dari pada tulisan dalam penyajian beritanya. Wilson Hicks merupakan pelopor foto jurnalis yang juga adalah editor foto majalah tersebut membuat kehadiran fotografi sebagai salah satu elemen berita, berkembang semakin pesat. Pada tahap ini foto jurnalistik telah hadir dengan derajat yang sama dengan tulisan, karena kehadirannya telah menjadi elemen berita itu sendiri, bukan hanya sebagai unsur pelengkap semata. Dalam buku Fotobiografi Kartono Riyadi: Pendobrak Fotografi Jurnalistik Indonesia Modern yang ditulis oleh Atok Sugiarto, dikatakan bahwa seiring perjalananya, keberadaan foto memang bisa sejajar dengan berita tulis, bahkan sering dikatakan bahwa sebuah foto dapat lebih hebat dari ribuan kata-kata karena mampu menggambarkan atau menceritakan suatu kejadian dengan amat baik. 16 Foto jurnalistik dituntut memuat informasi atau pesan. Pesan dalam foto jurnalistik bisa sekadar bagian penting dari sebuah peristiwa yang berlangsung singkat, bisa juga sengaja diciptakan fotografer dari cerita dibalik sebuah 15 Taufan Wijaya, Foto Jurnalistik,Klaten: CV SAHABAT,2011,h.1 16 Atok Sugiarto, Fotobiografi Kartono Riyadi: Pendobrak Fotografi Jurnalistik Indonesia Modern, Jakarta:PT Kompas Media Nusantara, 2011, hal.89 peristiwa. 17 Esensi pesan menjadi hal yang seolah mutlak lekat dalam praktik foto jurnalistik. Karena secara sederhana dapat dipahami bahwasanya foto jurnalistik adalah foto yang sifatnya informatif dan menarik bagi pembaca. Seiring berjalannya waktu, ketika foto telah mengisi setiap halaman pada surat kabar, kehadiran foto jurnalistik pun mendapat perhatian dari banyak pakar Ilmu Komunikasi. Selain karena foto mampu membekukan suatu peristiwa, bahkan merekam peristiwa yang berdurasi hanya sekejap, sifatnya yang statis juga membuat foto dapat dilihat berulang-ulang, tidak seperti video yang sifatnya lebih dinamis atau sepintas lalu, yang pada akhirnya sebuah foto dapat menampilkan gambar lebih detail dari suatu peristiwa. Oleh karenanya foto dapat lebih mudah dicerna berbagai kalangan dan dapat menimbulkan efek psikologis secara langsung terhadap pembaca surat kabar.

2. Jenis Foto Jurnalistik atau Foto Berita

World Press Photo, organisasi foto jurnalis yang kerap menjadi acuan para fotografer dunia mengkategorikan beberapa foto berita, antara lain: 18 a Spot Photo Foto yang dibuat dari peristiwa yang tidak terjadwal. Misalnya foto kebakaran, kecelakaan dan sebagainya. Foto jenis ini harus segera disiarkan karena merupakan sesuatu yang up to date. b General News Photo Adalah foto yang diabadikan dari peristiwa yang terjadwal, rutin dan biasa. Temanya bisa bermacam-macam, yaitu : politik, ekonomi dan humor. 17 Syafrudin Yunus, Jurnalistik Terapan 18 Audy Mirza Alwi, Foto Jurnalistik, h.5 c People in The News Photo Adalah foto tentang orang atau masyarakat dalam suatu berita, yang ditampilkan adalah pribadi atau sosok orang yang menjadi berita itu. d Daily Life Photo Adalah foto yang tentang kehidupan sehari-hari manusia dipandang dari segi kemanusiawiannya human interest. e Portrait Adalah foto yang menampilkan seseorang secara personal sesuai karakter ketokohannya. Ditampilkan karena adanya kekhasan pada wajah yang dimiliki atau kekhasan lainnya. f Sport Photo Adalah foto yang dibuat dari peristiwa olah raga. g Science and Technology Photo Adalah foto yang diambil dari peristiwa-peristiwa yang ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. h Art and Culture Photo Adalah foto yang dibuat dari peristiwa seni dan budaya. i Social and Environment Adalah foto tentang kehidupan sosial masyarakat serta lingkungan hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhan pemberitaan serta penyajiannya, foto berita terbagi menjadi dua, yaitu: foto tunggal single photo, dan foto seri storie photo. a. Foto Tunggal

Dokumen yang terkait

Representasi Buruh dalam Rubrik Foto Pekan Ini (Analisis Semiotik Foto Dokumenter “Los, Ruang Cita Rasa Kelas Atas” karya Raditya Mahendra Yasa KOMPAS edisi 7 Agustus 2011)

0 5 61

BAHASA FOTO JURNALISTIK SURAT KABAR MALANG (Analisis Isi Foto Jurnalistik Karya Jurnalis Foto Pada Harian KOMPAS, SURYA dan RADAR MALANG)

0 14 57

Representasi Buruh dalam Rubrik Foto Pekan Ini (Analisis Semiotik Foto Dokumenter “Los, Ruang Cita Rasa Kelas Atas” karya Raditya Mahendra Yasa KOMPAS edisi 7 Agustus 2011)

0 3 61

Analisis bahasa jurnalistik berita utama surat kabar republika edisi Desember 2008

5 24 109

Nilai Budaya dalam Foto Jurnalistik (Analisis Semiotik Foto Headline di Surat Kabar Harian Kompas Edisi Ramadan 1434 H./2013 M.)

4 20 147

Profil Foto Berita Dalam Surat Kabar Republika Edisi Tahun 2004

0 7 253

BAB I PENDAHULUAN SEMIOTIKA FOTO JURNALISTIK TENTANG BANJIR (Analisis Semiotika Pierce dalam Foto-Foto Jurnalistik tentang Bencana Alam Banjir di Jakarta pada Surat Kabar Harian Koran Tempo).

0 2 20

PENUTUP SEMIOTIKA FOTO JURNALISTIK TENTANG BANJIR (Analisis Semiotika Pierce dalam Foto-Foto Jurnalistik tentang Bencana Alam Banjir di Jakarta pada Surat Kabar Harian Koran Tempo).

0 7 16

TRAGEDI KEMANUSIAAN DALAM FOTO JURNALISTIK Tragedi Kemanusiaan Dalam Foto Jurnalistik(Analisis Semiotik Representasi Tragedi Kemanusian Dalam Foto Jurnalistik Agresi Militer Izrael di Jalur Gaza pada Surat Kabar Harian Republika Edisi 17 November 2012 sa

0 2 13

PENDAHULUAN Tragedi Kemanusiaan Dalam Foto Jurnalistik(Analisis Semiotik Representasi Tragedi Kemanusian Dalam Foto Jurnalistik Agresi Militer Izrael di Jalur Gaza pada Surat Kabar Harian Republika Edisi 17 November 2012 sampai 24 November 2012).

0 2 28