berkebangsaan Cina bernama Mo Ti sudah mengamati sebuah gejala fotografi.
7
Gejala dimana masuknya cahaya pada dinding ruangan gelap yang terdapat lubang kecil pinhole, yang menyebabkan pemandangan yang ada di luar akan
terefleksikan secara terbalik lewat lubang tadi. Dalam sejarah islam sendiri, lahirnya fotografi tidak bisa dilepaskan dari
peran fisikawan muslim, Ibnu Al-Haitam, yang dalam sejarah dunia mencatat, seorang fisikawan muslim ini merupakan penemu dari lensa, yaitu benda yang
terbuat dari kaca yang mampu membiaskan ataupun juga memfokuskan cahaya pada jarak tertentu.
8
Peristiwa masuknya cahaya pada lubang tenda Ibnu Al Haitam, sehingga memproyeksikan bayangan ke dalamnya, menjadi insprasi dan disinyalir
merupakan cikal bakal lahirnya kamera obscura, yang merupakan prototipe dari kamera yang kita kenal saat ini. Pada awalnya, kamera sebagai alat fotografi
benar-benar berbentuk kamar yang berukuran cukup besar dan kedap cahaya. Terdapat lubang kecil seukuran jarum atau yang kemudian dikenal dengan pinhole
ditengahnya, lubang tesebut berfungsi untuk masuknya cahaya sehingga terproyeksi pada dinding disisi lainnya. Pada tahapan ini,gambar yang dihasilkan
masih samar atau kurang begitu jelas, oleh sebab itu kamera obscura kurang diminati. Biasanya penggunaan kamera obscura ini hanya untuk mempermudah
proses menggambar yang masih dilakukan secara manual. Selanjutnya dalam buku Pot-Pourri Fotografi karya Soeprapto Soedjono
pun dikemukakan bahwasanya ada beberapa tokoh yang disebut menjadi pionir
7
Bonny Dwifriansyah , “Sejarah Fotografi Dunia: dari Mo Ti hingga Mendur
bersaudara ”, dari artikel
http:www.pasarkreasi.comnewsdetailphotography67sejarah- fotografi-dunia
Artikel diakses pada 11 Oktober 2013
8
Bonny Dwifriansyah , “Sejarah Fotografi Dunia: dari Mo Ti hingga Mendur
bersaudara ”
dalam dunia fotografi modern, yaitu Niepce, Louis Jacques Mande Daguerre, dan William Hendry Fox Talbot.
9
3. Sejarah Fotografi di Indonesia
Fotografi sendiri masuk ke Indonesia diyakini lewat jalur kolonialisme. Pada mulanya, fotografi digunakan oleh para ilmuwan dari negara-negara kolonial
sebagai pelengkap data yang berfungsi untuk memberikan gambaran visual secara jelas kehidupan masyarakat dari negara yang akan mereka jajah. Hal tersebut
dilakukan guna mengetahui potensi dan kondisi geografis wilayah jajahan terlihat lebih rinci.
Taufan Wijaya dalam bukunya Foto Jurnalistik menyebutkan bahwa Juriaan Munich, seorang utusan kementrian kolonial, adalah orang yang
membawa fotografi masuk ke Indonesia lewat jalan laut di Batavia pada tahun 1841.
10
Munich diberi tugas mengabadikan tanaman-tanaman serta kondisi alam yang ada di Indonesia sebagai cara untuk mendapatkan informasi seputar kondisi
alam. Sejak saat itu, kamera menjadi bagian dari teknologi modern yang dipakai
pemerintah Belanda untuk menjalankan kebijakan barunya. Penguasaan dan kontrol terhadap tanah jajahan tidak lagi dilakukan dengan membangun benteng
pertahanan atau penempatan pasukan dan meriam, melainkan dengan cara menguasai teknologi transportasi dan komunikasi modern. Dalam kerangka ini,
fotografi menjalankan fungsinya lewat pekerja administratif kolonial, pegawai pengadilan, opsir militer, dan misionaris.
9
Soeprapto Soedjono, Pot-Pourri Fotografi,h.59
10
Taufan Wijaya, Foto Jurnalistik,Klaten: CV SAHABAT,2011,h.6
Latar diatas seraya menjelaskan mengapa selama 100 tahun keberadaan fotografi di Indonesia 1841-1941 perkembangannya sangat lambat, sebab
penguasaan alat ini secara eksklusif ada di tangan orang Eropa, sedikit orang Cina, dan Jepang. Selama kurun waktu yang sangat lama itu, fotografi di
Indonesia praktis tidak memiliki perkembangan akibat kolonialisasi yang dilakukan Belanda.
Sampai kemudian dikenal nama Kassian Cephas, seorang fotografer berdarah pribumi pertama yang merupakan anak angkat pasangan Belanda dengan
foto pertamanya yang diidentifikasi bertahun 1875.
11
Cephas kemudian dikenal dalam dunia fotografi sebagai fotografer Keraton Yogyakarta, tepatnya pada era
kekuasaan Sri Sultan Hamengkubuono ke-VII. Foto tertua Cephas yang ditemukan adalah karyanya yang dibuat pada tahun 1875.
4. Aliran dalam Fotografi
Aliran dalam hal ini bukanlah tentang faham tertentu, melainkan melihat fotografi dari ragam dan karakternya, serta penggunaan foto dalam
peruntukkannya. Dilihat dari ragam foto yang berkembang, terdapat karakter menonjol dan khas yang dapat terlihat secara kasat mata serta membedakan jenis
foto tertentu dengan jenis lainnya, hal ini dikarenakan oleh kayanya ragam dalam kajian seni visual yang telah diawali oleh seni lukis, leluhur dari fotografi.
Terdapat beberapa aliran dalam fotografi, antara lain: 1
Fine Art Photography Fine art dikenal juga dengan aliran fotografi seni murni. karena
merupakan sebuah karya seni, maka tak ada pakem, plot, ataupun aturan baku
11
Taufan Wijaya, Foto Jurnalistik.