PENDAHULUAN Perbedaan Dan Hubungan Ekspresi VEGF Antara Tumor Ovarium Ganas Dan Jinak

menunjukkan kebutuhan dikembangkannya strategi baru dan agen terapi yang lebih baik. Ketergantungan pertumbuhan tumor dan metastasis terhadap aliran pembuluh darah menjadikan angiogenesis sebagai target terapi yang rasional. Angiogenesis sendiri adalah tolak ukur dari kesembuhan luka, siklus menstruasi, kanker, dan berbagai iskemia serta penyakit inflamasi. Ketika mencapai ukuran diameter sekitar 2.0 mm, tumor menjadi hipoksia dan memulai angiogenesis. Berbagai molekul pro dan antiangiogenik telah ditemukan. Vascular Endothelial Growth Factor VEGF merupakan pencetus angiogenesis dan limphangiogenesis yang cukup menarik dan banyak dipelajari. Transduksi sinyal mencakup ikatan dengan reseptor tyrosine kinase dan menghasilkan proliferasi sel endotelial, migrasi dan juga pembentukan pembuluh darah baru. 1,3 VEGF yang juga dikenal sebagai vascular permeability factor VPF, adalah sitokin multifungsi yang meningkatkan permeabilitas mikrovaskuler dan secara langsung merangsang pertumbuhan sel endotel dan angiogenesis, dimana reseptor spesifik untuk VEGF diekspresikan dalam sel endotel vaskular. VEGF disintesis dan disekresi oleh berbagai sel tumor hasil kultur dan tumor solid pada manusia, seperti tumor otak, kanker paru-paru, kanker payudara, adenocarcinoma saluran pencernaan, ginjal dan kandung kemih serta kanker ovarium. Peningkatan ekspresi VEGF dianggap terlibat dalam tumorigenesis, metastasis dan produksi efusi melalui peningkatan permeabilitas pembuluh darah atau angiogenesis, sehingga banyak dilakukan penelitian untuk mendukung penggunaan anti VEGF. 2,5 2,5,6.7 Apakah tingkat ekspresi VEGF berbeda bermakna antara tumor ovarium jinak dan kanker ovarium sehingga dapat mendukung penggunaan anti VEGF pada kasus kanker ovarium, masih belum jelas. Oleh karena itu muncul pertanyaan penelitian adakah perbedaan ekspresi VEGF pada kasus kanker ovarium dan tumor ovarium jinak melalui pemeriksaan imunohistokimia pada jaringan ovarium yang telah diparafinisasi. 1.2. Rumusan masalah - Apakah terdapat perbedaan ekspresi VEGF pada kasus tumor ovarium ganas dibandingkan pada tumor ovarium jinak? - Apakah terdapat hubungan antara ekspresi kuat VEGF dengan kejadian tumor ovarium ganas? 1.3. Tujuan 1.3.1. Tujuan Umum Mengetahui perbedaan dan hubungan ekspresi VEGF antara kasus – kasus tumor ovarium ganas dan tumor ovarium jinak 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui distribusi frekuensi pasien dengan tumor ovarium ganas dan tumor ovarium jinak berdasarkan usia 2. Mengetahui distribusi frekuensi pasien dengan tumor ovarium ganas dan tumor ovarium jinak berdasarkan status menopause 3. Mengetahui distribusi frekuensi pasien dengan tumor ovarium ganas dan tumor ovarium jinak berdasarkan usia menarche 4. Mengetahui distribusi frekuensi pasien dengan tumor ovarium ganas dan tumor ovarium jinak berdasarkan status paritas 5. Mengetahui distribusi frekuensi pasien dengan tumor ovarium ganas dan tumor ovarium jinak berdasarkan jenis histopatologi tumor ovarium 6. Mengetahui perbedaan ekspresi VEGF pada kasus tumor ovarium ganas dan tumor ovarium jinak 7. Mengetahui hubungan antara ekspresi kuat VEGF dengan kejadian tumor ovarium ganas 1.4. Manfaat 1. Memberikan informasi mengenai ekspresi VEGF yang ditemukan pada kasus – kasus tumor ovarium 2. Menjadi pedoman pertimbangan pemberian antiangiogenesis pada penatalaksanaan tumor ovarium ganas 3. Sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kanker Ovarium

Tumor ovarium adalah temuan yang sering dijumpai dalam praktik ginekologi. Kebanyakan dari tumor ovarium adalah neoplasma dan umumnya bersifat jinak. Namun, kanker ovarium merupakan penyebab kematian akibat kanker organ reproduksi yang paling sering dijumpai. Di seluruh dunia setiap tahunnya, sebanyak 204.000 wanita didiagnosa dengan kanker ovarium, dan sebanyak 125.000 wanita meninggal akibat penyakit ini. Pada tahun 2009, American Cancer Society melaporkan kanker ovarium sebagai keganasan ginekologi dengan kasus kematian tertinggi dimana dari 21.550 kasus kanker ovarium epitel dijumpai 14.600 kematian terkait penyakit tersebut. Angka kematian yang tinggi ini terutama disebabkan tidak timbulnya gejala pada stadium dini dan mayoritas dari pasien 75 datang pada stadium lanjut, dengan penyakit metastasis luas dalam rongga peritoneal. Tumor ovarium terbagi atas tiga kelompok berdasarkan struktur anatomi dari mana tumor itu berasal yaitu tumor epitel ovarium, tumor sel germinal, dan tumor sex cord stromal. Kanker ovarium yang berasal dari epitel merupakan kasus yang terbanyak yaitu meliputi 90-95, sisanya sekitar 5-10 berasal dari sel germinal dan sex cord stromal. 1,8 1,8 Seperti kanker payudara, insidensi kanker ovarium meningkat seiring usia dengan mayoritas pada usia 40-60 tahun. Pada penelitian Fa¨rkkila et al. 2011, dari 106 subyek penelitian, rerata usia saat diagnosis kanker ovarium adalah 51,5 tahun rentang 19-87 tahun dan 60 pasien 57 sudah menopause sedangkan 46 pasien 43 belum menopause saat didiagnosa. Dari penelitian Duncan et al. 2005 pada 339 pasien dengan kanker ovarium primer, rerata usia saat diagnosis adalah 61 tahun rentang 24 – 90 tahun . Sedangkan pada penelitian Alvarez et al. 1999 yang melibatkan 88 pasien kanker ovarium, dijumpai rerata usia pasien 58 tahun rentang 26-81. Selain usia, banyak faktor resiko kanker ovarium terkait dengan teori “incessant ovulation”, meliputi infertilitas, nuliparitas, peningkatan jumlah siklus ovulasi, menarche dini dan menopause lanjut. Stimulasi ovarium yang berkepanjangan oleh gonadotropin dan trauma serta penyembuhan berulang karena ovulasi atau inflamasi diduga berperan sebagai etiologi kanker ovarium. 8,9,10,11,12,13 Faktor resiko lain terkait kanker ovarium adalah riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium. Diperkirakan 5-10 kanker ovarium epitel disebabkan pewarisan mutasi germline pada gen predisposisi kanker, 6,10,14 dimana gen BRCA 1 dan BRCA2 dikaitkan dengan kanker payudara dan ovarium. BRCA1 maupun BRCA2 merupakan gen supresor tumor. Gen BRCA1 terletak pada kromosom 17q21, pasien dengan mutasi gen ini terbukti memiliki peningkatan resiko terjadi kanker payudara 60-85 dan kanker ovarium 20– 40. BRCA2 terletak di kromosom 13q12, mutasi gen ini juga mengarah pada peningkatan resiko kanker payudara 60-85 dan kanker ovarium 10-20. Hal ini menyebabkan peningkatan permintaan untuk konseling dan pemeriksaan genetis.

2.2 Angiogenesis pada Kanker Ovarium

9,10,15