31 dengan tiap pukulan yang kedua, sedang di bagian lain sekali berbunyi
bersamaan dengan ogung ihutan dan sekali lagi bersamaan dengan ogung oloan. Oleh karena musik dari gondang sabangunan ini pada
umumnya dimainkan dalam tempo yang cepat, maka para penari maupun pendengar hanya berpegang pada bunyi ogung oloan dan ihutan saja.
Berdasarkan hal ini, maka ogung oloan yang berbunyi lebih rendah itu berarti “pemimpin” atau “Yang harus di turuti” , sedang ogung ihutan
yang berbunyi lebih tinggi, itu “Yang menjawab” atau “Yang menuruti”.
Maka dapat disimpulkan bahwa peranan dan fungsi yang berlangsung antara ogung oloan dan ogung ihutan dianggap oleh orang Batak Toba
sebagai suatu permainan “tanya jawab”. Ogung Ihutan atau Ogung pangalusi Yang menjawab atau yang
menuruti. Ogung panggora atau Ogung Panonggahi Yang berseru atau yang
membuat orang terkejut. Ogung Doal
5. Hesek ini berfungsi menuntun instrument lain secara bersama-sama
dimainkan. Tanpa hesek, permainan musik instrument akan terasa kurang lengkap. Walaupun bentuk instrument dan suaranya sederhana
saja, namun peranannya penting dan menentukan sebagai pembawa tempo.
2.5.1.2.3 Instrument Tunggal
Instrument tunggal adalah alat musik yang dimainkan secara tunggal yang
Universitas Sumatera Utara
32 terlepas dari ansambel gondang hasapi dan gondang sabangunan. instrument yang
termasuk instrument tunggal dalam masyarakat Batak Toba antara lain: 1.
Sulim transverse flute, kelompok aerophone. Dimainkan dengan meniup dari samping side blown flute, berfungsi membawa melodi.
2. Saga-saga jew’s harp klasifikasi idiophone. Dimainkan dengan
menggetarkan lidah dan instrumenttersebut di rongga mulut sebagai resonatornya.
3. Jenggong jew’s harp mempunyai konsep yang sama dengan saga-
saga, namun materinya berbeda karena terbuat dari logam. 4.
Talatoit transverse flute, sering juga disebut salohat atau tulila. Dimainkan dengan meniup dari samping. Kelompok aerophone.
5. Sordam long flute terbuat dari bambu, kelompok aerophone,
dimainkan dengan ditiup dari ujung end blown flute. 6.
Tanggeteng, alat musik yang senarnya terbuat dari rotan dan peti kayu sebagai resonatornya.
2.5.2 Seni Tari
Tarian yang paling terkenal dari masyarakat Batak Toba adalah tari tor- tor, tor-tor memiliki beberapa jenis dari yang menggunakan properti seperti tor-
tor sawan, dan yang tanpa properti seperti tor-tor embas-embas, tor-tor juga memiliki pemaknaan tersendiri dalam menarikannya, contohnya dalam
pelaksanaan upacara adat, jika akan menghadap pihak hula-hula, maka gerakan yang dilakukan adalah dengan menundukkan kepala sambil menyatukan telapak
tangan layaknya menyembah dan menghadap kepada hula-hula, demikian juga
Universitas Sumatera Utara
33 pihak hula-hula akan membuka lebar kedua tangannya dan menyentuh kepala
pihak yang menghadapnya layaknya seseorang yang memberikan berkat.
2.5.3 Seni Teater dan Drama
Salah satu jenis seni teater atau drama yang terdapat pada masyarakat Batak Toba adalah Opera Batak yang pendirinya adalah Tilhang Oberlin Gultom
pendiri Opera Batak akhir tahun 1920-an. Opera Batak merupakan pertunjukan drama musikal dimana cerita-
ceritanya biasanya diangkat dari kisah-kisah orang Batak yang terdahulu, seperti asal mula Danau Toba, dan lain-lain.
2.5.4 Seni Sastra
Seni sastra pada masyarakat Batak Toba ada beberapa jenis, dua diantaranya adalah : umpasa dan umpama.
Umpama adalah berupa rangkaian kalimat yang berupa perumpamaan yang biasanya berisikan petuah, contohnya:
Sada ma hamu songon daion aek Unang dua songon daion tuak
Yang berarti : Kita harus bersatu seperti rasa air, jangan terpecah seperti rasa tuak Sedangkan umpasa adalah berupa pantun yang biasanya berisikan nasehat,
harapan dan hiburan, contohnya : Sahat-sahatni solu ma
sai sahat ma tu bontean Sai leleng ma hita mangolu
Universitas Sumatera Utara
34 sai sahat ma tu panggabean
yang jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia berarti : Seperti sampan yang sampai ketepian
kiranya kita tetap panjang umur dan Sampai meraih kesuksesan.
Seni sastra ini masih sering juga ditemui pada masyarakat Batak Toba di kota Medan, dimana saat pelaksanaan upacara adat, umpama maupun umpasa
masih dapat kita saksikan dan kita dengarkan.
2.5.5 Seni Rupa
Seni rupa yang terdapat pada masyarakat Batak Toba adalah gorga, gorga adalah sebuah motif yang diukir atau dilukiskan pada dinding atau tiang pada
rumah adat Batak. Penggunaan gorga tidak terbatas hanya di situ saja, gorga juga sering digunakan sebagai hiasan dalam instrument musik tradisional seperti
taganing dan saga-saga.
2.6 Pengertian Biografi
Dalam disiplin ilmu sejarah, biografi dapat didefenisikan sebagai sebuah riwayat hidup seseorang. Sebuah tulisan biografi dapat berbentuk beberapa baris
kalimat saja, namun juga dapat berupa tulisan yang lebih dari satu buku. Perbedaannya adalah, biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta-fakta
kehidupan seseorang dan peranan pentingnya dalam masyarakat. Sedangkan biografi yang lengkap biasanya memuat dan mengkaji informasi-informasi
Universitas Sumatera Utara
35 penting, yang dipaparkan lebih detail dan tentu saja dituliskan dengan penulisan
yang baik dan jelas. Sebuah biografi biasanya menganalisa dan menerangkan kejadian-kejadian
pada hidup seorang tokoh yang menjadi objek pembahasannya, sehingga dengan membaca biografi, pembaca akan menemukan hubungan keterangan dari tindakan
yang dilakukan dalam kehidupan seseorang tersebut, juga mengenai cerita-cerita atau pengalaman-pengalaman selama hidupnya.
Suatu karya biografi biasanya becerita tentang kehidupan orang terkenal dan orang tidak terkenal, dan biasanya biografi tentang orang yang tidak terkenal
akan menjadikan orang tersebut dikenal secara luas, jika di dalam biografinya terdapat sesuatu yang menarik untuk disimak oleh pembacanya, namun demikian
biasanya biografi hanya berfokus pada orang-orang atau tokoh-tokoh terkenal saja.
Tulisan biografi biasanya bercerita mengenai seorang tokoh yang sudah meninggal dunia, namun tidak jarang juga mengenai orang atau tokoh yang masih
hidup. Banyak biografi yang ditulis secara kronologis atau memiliki suatu alur tertentu, misalnya memulai dengan menceritakan masa anak-anak sampai masa
dewasa seseorang, namun ada juga beberapa biografi yang lebih berfokus pada suatu topik-topik pencapaian tertentu.
Biografi memerlukan bahan-bahan utama dan bahan pendukung. Bahan utama dapat berupa benda-benda seperti surat-surat, buku harian, atau kliping
koran. Sedangkan bahan pendukung biasanya berupa biografi lain, buku-buku referensi atau sejarah yang memparkan peranan subjek biografi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
36 Beberapa aspek yang perlu dilakukan dalam menulis sebuah biografi
antara lain : a Pilih seseorang yang menarik perhatian anda; b Temukan fakta - fakta utama mengenai kehidupan orang tersebut; c Mulailah dengan
ensiklopedia dan catatan waktu; d Pikirkan, hal apa lagi yang perlu anda ketahui mengenai orang tersebut, bagian mana dari cerita tentang beliau yang ingin lebih
banyak anda uraikan dan tuliskan. Sebelum menuliskan sebuah biografi seseorang, ada beberapa pertanyaan
yang dapat dijadikan pertimbangan, misalnya: a Apa yang membuat orang tersebut istimewa atau menarik untuk dibahas; b Dampak apa yang telah beliau
lakukan bagi dunia atau dalam suatu bidang tertentu juga bagi orang lain; c Sifat apa yang akan sering penulis gunakan untuk menggambarkan orang tersebut;
d Contoh apa yang dapat dilihat dari hidupnya yang menggambarkan sifat tersebut; e Kejadian apa yang membentuk atau mengubah kehidupan orang
tersebut; f Apakah beliau memiliki banyak jalan keluar untuk mengatasi masalah dalam hidupnya; g Apakah beliau mengatasi masalahnya dengan mengambil
resiko, atau karena keberuntungan; h Apakah dunia atau suatu hal yang terkait dengan beliau akan menjadi lebih buruk atau lebih baik jika orang tersebut hidup
ataupun tidak hidup, bagaimana, dan mengapa demikian. Lakukan juga penelitian lebih lanjut dengan bahan-bahan dari studi
perpustakaan atau internet untuk membantu penulis dalam menjawab serta menulis biografi orang tersebut dan supaya tulisan si peneliti dapat
dipertanggungjawabkan, lengkap dan menarik. Terjemahan Ary 2007 dari situs www.infoplease.comhomeworkwsbiography.html
Universitas Sumatera Utara
37
2.7 Biografi Singkat Guntur Sitohang
Proses perjalanan hidup Guntur Sitohang tentu turut mempengaruhinya dalam membuat alat musik tradisional Batak Toba serta bermain musik.
Penjelasan singkat mengenai kehidupan seorang Guntur Sitohang sebagai pembuat alat musik dan sebagai pemain musik tradisional Batak Toba dianggap
sangat penting bagi penulis. Guntur Sitohang lahir 1936 di desa Urat Kabupaten Samosir dari pasangan
B.Sitohang dan S.Simbolon. beliau merupakan anak bungsu dari tujuh orang bersaudara di antara lima orang anak perempuan dan dua orang anak laki-laki.
Orang tua dari Guntur Sitohang bekerja atau berprofesi sebagai petani serta mengajar di sekolah dasar negeri yang berada di komplek perumahan tempat
beliau berdomisili, dan untuk menambah penghasilan dalam memenuhi kebutuhan keluarga, ayahnya juga mencari ikan di pesisir Danau Toba tepatnya di pantai
desa urat.
2.7.1 Latar Belakang Pendidikan
Pada tahun 1948 Sekolah Dasar SD masih bernama Sekolah Rakyat SR dan di tahun itu untuk pertama kalinya beliau mendaftarkan diri memulai sekolah
di sekolah rakyat 6 Harian Boho sementara usianya pada saat itu sudah memasuki sebelas tahun. Setelah duduk dibangku kelas dua nama sekolah rakyat berganti
nama menjadi sekolah dasar. Bermain bersama teman, bermain musik, ikut
Universitas Sumatera Utara
38 bertani dan mencari ikan di danau menjadi alasan beliau atas keterlambatannyya
masuk sekolah pada masa itu. Enam tahun menyelesaikan pendidikan di sekolah dasar, Guntu Sitohang
melanjutkan pendidikannya di Sekolah Guru Biasa yang disingkat dengan SBG di kecamatan Harian Boho. Sekolah Guru Biasa merupakan sekolah kejuuruan yang
berada satu tingkat di atas sekolah dasar dimana pada masa itu lulusan SBG dapat menjadi tenaga pengajar di Sekolah Dasar.
2.7.2 Latar Belakang Keluarga
Guntur Sitohang menikah pada tahun 1964 dengan mempersunting Tiamsah Habeahan yang merupakan teman sekolahnya sejak Sekolah Guru Biasa.
Guntur Sitohang dan Tiamsah Habeahan memiliki sebelas anak enam orang perempuan dan lima orang laki-laki, ditambah satu orang anak perempuan yang
merupakan anak angkat. Anak pertama dari Guntur Sitohang adalah seorang wanita yang diberi nama Megawati Sitohang yang lahir pada tahun 1964, beliau
merupakan ibu rumah tangga dan memiliki seorang anak perempuan buah perkawinannya dengan R.Simbolon. Kemudian anak kedua Guntur Sitohang
adalah Baktiar Sitohang, lahir pada tahun 1966 sejak umur lima tahun beliau mengalami suatu penyakit sehingga mengalami kelumpuhan sampai pada
akhirnya beliau meninggal dunia pada usia 42 tahun tepatnya ditahun 2008. Anak ketiga beliau adalah seorang wanita yang bernama Lasnur maya
Sitohang, lahir pada tahun 1968, kemudian menikah dengan marga Hutabarat
Universitas Sumatera Utara
39 berdomisili di Jakarta dan memiliki dua orang putri serta satu orang putra. Anak
ke empat beliau lahir pada tahun 1970 yang diberi nama Martogi Sitohang, berdomisili di Jakarta dan menjadi seorang musisi tradisional Batak Toba yang
terkenal. Anak ke lima Guntur Sitohang adalah seorang laki-laki yang bernama Junihar Sitohang lahir pada tahun 1972, Junihar Sitohang mengikuti jejak ayahnya
sebagai seorang pembuat alat musik tradisional Batak Toba sekaligus menjadi pemusik tradisional yang berdomisili di Medan. Kemudian adalah Hardoni
Sitohang yang lahir pada tahun 1978 anak ke enam dari Guntur Sitohang merupakan seorang staff pengajar Dosen pada salah satu Universitas swasta di
Medan sekaligus beliau berprofesi sebagai musisi. Selanjutnya adalah Naldy Sitohang yang merupakan anak kedelapan yang lahir pada tahun 1980. Anak ke
sembilan dari pasangan Guntur Sitohang dan T. Habeahan adalah Senida Sitohang yang lahir pada tahun 1982, senida menikah dengan seorang pria bermarga
Silalahi. Kemudian anak ke sepuluh bernama Martahan Sitohang yang lahir pada
tahun 1984 yang menyelesaikan study nya dari Universitas Sumatera Utara departemen Etnomusikologi, dan saat ini berdomisili di Jakarta menggeluti dunia
musik. Anak bungsu dari pasangan Guntur Sitohang bernama Elfrida Sitohang yang lahir pada tahun 1987 menikah dengan seorang pria yang bernama Romual
Simarmata. Pasangan Guntur Sitohang dan Tiamsah Habeahan memiliki anak angkat yang bernama Julia berkewarganegaraan Amerika yang diberi marga
Sitohang mengikuti marga ayah angkatnya Guntur Sitohang.
Universitas Sumatera Utara
40
2.7.3 Awal Perkenalan Guntur Sitohang Dengan Musik Batak Toba
Awal perkenalan Guntur Sitohang dengan musik tradisional Batak Toba adalah dimulai dari sejak masa kanak-kanak. Keluarga Guntur Sitohang
merupakan keluarga petani, namun salah seorang bapatua abang bapak dari Guntur Sitohang yaitu Mangumbang Sitohang, merupakan salah seorang pemain
musik Opera Batak. Ketika berusia 4 tahun Guntur kecil sering mencuri kesempatan untuk belajar memainkan alat musik berdasarkan apa yang dilihatnya,
kesempatan tersebut sering ia peroleh ketika bapatua dari Guntur Sitohang yang berprofesi sebagai pemusik Opera Batak kerap tinggal dirumah beliau. Alat musik
yang pertama sekali dimainkan oleh Guntur kecil adalah saga-saga. Alasan nya adalah karena alat musik saga-saga tergolong mudah untuk dimainkan dimana
hanya dengan memukul bilahan kayu menggunakan sepasang stick maka bilahan tersebut akan mengeluarkan bunyi.
Melihat bakat dan kemauan belajar yang tinggi dari Guntur kecil, bapatua nya menghadiahkan alat musik saga-saga asal-asalan yang nadanya belum
beraturan. Dukungan dari bapatua nya dimanfaatkan dengan sangat baik oleh Guntur kecil untuk belajar lebih giat lagi. Seiring dengan berjalannya waktu
walaupun hanya belajar secara otodidak, Guntur semakin dalam memainkan alat musiknya, bukan hanya saga-saga melainkan alat musik lainnya seperti sulim,
hasapi, sarune etek bahkan saga-saga. Masa remaja Guntur mulai disibukkan dengan bermain musik pada grup
Opera Batak yang dipimpin Mardairi Naibaho dan Mangumbang Sitohang. Status Guntur Sitohang pada grup Opera Batak tersebut merupakan anggota tidak tetap,
Universitas Sumatera Utara
41 hal ini dikarenakan pada saat itu Guntur masih mengenyam pendidikan di SPG
Sekolah Pendidikan Guru sehingga Guntur tidak dapat memberikan waktunya secara penuh di grup Opera Batak tersebut.
2.8 Guntur Sitohang Sebagai Pembuat Alat Musik
Selain banyak berkarir sebagai seorang pemain musik yang cukup handal dan diakui, Guntur Sitohang juga memiliki keahlian sebagai pembuat alat musik.
Berdasarkan pengalaman yang telah didapatkan beliau selama bermain musik, Guntur Sitohang tidak lagi mengalami banyak kesuliatan dalam memulai
membuat alat-alat musik Batak Toba. Sekitar tahun 1976 Guntur Sitohang sudah mulai membuat alat musik Batak Toba. Instrument pertama yang dibuatnya adalah
sarune etek, dikarenakan pada awalnya setiap pertunjukan Guntur lebih sering memainkan alat musik sarune etek dibandingkan dengan alat musik Batak Toba
lainnya. Dalam proses belajar membuat alat musik Guntur Sitohang juga tidak memiliki guru sebagai tempat belajar seperti halnya dalam belajar bermain musik.
Dengan cara memperhatikan alat musik yang ada, beliau mencoba membuat alat musik sendiri.
Selanjutnya Guntur Sitohang mulai membuat instrument lain seperti sulim, hasapi, saga-saga, taganing dan juga saga-saga. Pada awalnya alat musik yang
beliau hasilkan hanya digunakan oleh orang-orang dekat ataupun grup opera dimana Guntur Sitohang juga sebagai anggota di dalamnya, namun tanpa disadari
ternyata alat musik yang dihasilkan memiliki kualitas yang tergolong baik dan tahan lama. Oleh karena hal tersebut maka permintaan untuk hasil karyanya mulai
Universitas Sumatera Utara
42 berdatangan dari beberapa group musik Batak Toba di beberapa daerah di luar
Samosir, diantaranya group opera atau group musik tradisi daerah Silindung, Toba, serta Humbang. Para pemesan alat musik tersebut umumnya mendapat
informasi dari mulut kemulut tentang kualitas baik dari alat musik yang dihasilkan oleh Guntur Sitohang.
Kira-kira tahun 1978 alat musik yang dihasilkan oleh Guntur Sitohang sudah semakin banyak mendapat pesanan untuk dipakai para pemusik. Dengan
banyaknya pesanan tersebut beliau semakin sulit untuk memenuhi permintaan yang ada berhubung karena dari awal proses pembuatannya hanya dilakukan
seorang diri tanpa pernah memiliki anggota atau karyawan. Menjaga kualitas alat musik yang dihasilkan menjadi alasannya sehingga tidak pernah berniat merekrut
anggota dalam membuat alat musik tersebut, walaupun untuk dapat menghasilkan alat musik Guntur Sitohang memerlukan waktu yang relatif lebih bila
dibandingkan dengan pembuatan alat musik oleh orang lain, dikarenakan ketelitian dalam pemilihan bahan baku alat musik hingga tahap penyempurnaan
terakhirnya. Seiring dengan kualitas yang dimiliki oleh alat musik yang dihasilkan
beliau, diketahui bahwa hasil karyanya juga digunakan di luar daerah Samosir seperti di daerah Siantar maupun Medan bahkan di Jakarta. Terkadang pesanan
juga datang dari orang-orang yang kultur budayanya tidak memiliki kaitan dengan budaya Batak Toba seperti Padang dan Manado dan biasanya alat musik yang
mereka pesan hanya untuk koleksi. Lebih jauh lagi alat musik karya Guntur Sitohang juga telah merambah ke beberapa negara seperti Amerika, Prancis,
Jerman, Belanda, Jerusalem dan Australia. Alat musik buatan Guntur Sitohang
Universitas Sumatera Utara
43 dapat sampai ke luar negeri dengan cara pada saat adanya tim kesenian yang
berangkat dari Indonesia ke luar negeri khususnya dari Sumatera Utara yang membawa kesenian tradisi Batak Toba dan menggunakan alat musik buatan
Guntur Sitohang, kemudian pada saat pertunjukan berlangsung ada yang tertarik dan berminat untuk membeli.
Dikalangan masyarakat Batak Toba yang berdomisili di luar negeri nama Guntur Sitohang juga cukup dikenal oleh karena karya-karyanya dalam bentuk
alat musik yang telah sampai ke luar negeri. Sungguh suatu prestasi yang cukup membanggakan dimana karya-karya Guntur Sitohang dalam bentuk alat musik
telah sampai ke mancanegara, secara tidak langsung beliau telah membantu mengangkat dan memperkenalkan kebudayaan Batak Toba ke kancah
Internasional. Hingga saat ini Guntur Sitohang masih terus aktif dalam berkarya
membuat alat-alat musik Batak Toba, hanya saja tidak seaktif seperti ketika beliau berumur 50-an. Usianya yang sudah lanjut dan sekarang beliau berusia 78 tahun
jalan ke 79 tahun sangat mempengaruhi produktifitasnya dalam membuat alat musik. Pada saat berumur 50-an beliau dapat menghasilkan lima set taganing
dalam waktu satu bulan dan sekarang beliau hanya bisa menghasilkan satu sampai dua set taganing dalam satu bulan.
Universitas Sumatera Utara
44 Gambar 1 : Bapak Guntur Sitohang sedang membuat alat musik Taganing
Dokumentasi Denata Rajagukguk, 2014
Universitas Sumatera Utara
45
BAB III FUNGSI SAGA-SAGA PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DAN
KLASIFIKASI SAGA-SAGA 3.1 Perspektif Sejarah Saga-saga
Mengenai Sejarah saga-saga tentang asal usul maupun kegunaannya pada jaman dulu, penulis mencoba mengumpulkan beberapa data terkait. Mitos adalah
semacam cerita yang diciptakan turun temurun dari jaman nenek moyang kepada keturunannya dan dipercayai oleh keturunannya. Mitos yang berkembang pada
masyarakat Batak Toba bahwa alat musik seperti saga-saga, talatoit dan yang lainnya diciptakan untuk menemani kesendiriam si Raja Batak agar dia tidak
merasa sepi pada awal kehidupan sebelum ia memiliki keturunan. Sedikit nya info secara lisan yang didapatkan penulis baik berupa tulisan
ilmiah, buku mengenai sejarah saga-saga, maupun artikel yang terkait. Ini menyebabkan belum diketahuinya asal-usul yang pasti kapan terciptanya alat
musik saga-saga. Pada hasil wawancara dengan bapak Guntur Sitohang yang mengatakan “
saga-saga digunakan pada waktu luang misalnya selepas pulang dari ladang, dan digunakan juga pada saat martandang”. Hardoni sitohang seorang pelaku seni
khususnya tradisi Batak Toba dan seorang Dosen praktek, beliau beberapa kali memainkan saga-
saga di beberapa pertunjukan, dan beliau mengatakan “saga-saga sebagai media komunikasi digunakan untuk martandang, seorang pria yang ingin
Universitas Sumatera Utara
46 mengajak putri raja bertemu, dimainkan dari balik dinding rumah dan saga-saga
juga memiliki pesan yang disampaikan, memiliki syair atau nyanyian”.
Wawancara pada tanggal 6 juni 2015 bersama bapak Mangsi Simalango seorang pargonci dan pembuat alat musik tradisi toba, dimana beliau juga mahir
memainkan saga-saga, sempat berkontribusi pada festival danau toba yang ke empat, beliau mendapatkan penghargaan sebagai juara pada waktu itu, beliau
mengungkapkan bahwa “saga-saga digunakan pada waktu martandang, memiliki nyanyian atau syair baik pria maupun wanita dapat menggunakannya, si pria
memainkan dari dinding luar rumah dan si wanita membalas memainkan saga- saga dari dalam rumah”. Dari hasil wawancara tersebut serta hasil wawancara
dengan bapak Siallagan pelaku seni, pengrajin, pengukir patung dan Gorga batak, Marsius Sitohang Dosen Praktek musik Batak Toba Universitas Sumatera
Utara penulis dapat menyimpulkan bahwa saga-saga dahulunya digunakan sebagai media berkomunikasi atau dipakai untuk martandang dan sebagai hiburan
pribadi.
3.2 Fungsi Saga-saga pada Masyarakat Batak Toba
Tentunya musik memiliki fungsi dalam masyarakat Batak Toba begitu juga dengan Instrument musik yang ada baik instrument musik tunggal maupun
instrument musik yang digunakan pada gondang. Dari hasil wawancara penulis dan beberapa data yang penulis dapatkan saga-saga memiliki fungsi sebagai
pengungkapan emosional, sebagai media komunikasi dan sebagai hiburan pribadi pada masyarakat Batak Toba.
Universitas Sumatera Utara
47 Dalam menuliskan fungsi saga-saga, maka penulis mengacu pada teori
Alan P. Merriam, yaitu: “...use then refers to the situation in which is employed in
human action: function concern the reason for its employment and particulary the brodader purpose which is serves...
1964:210”
Dari kalimat di atas, dapat diartikan bahwa use penggunaan menitik beratkan pada masalah situasi atau cara yang bagaimana musik itu digunakan,
sedangkan function fungsi yang menitik beratkan pada alasan penggunaan atau menyangkut tujuan pemakaian musik itu mampu memenuhi kebutuhan manusia
itu sendiri. Sebelum memaparkan fungsi saga-saga, terlebih dahulu kita harus
memahami bahwa fungsi musik tidak lepas dari fungsi instrument musik, dan fungsi musik dalam pemahaman tiap-tiap orang adalah berbeda, hal tersebut
tergantung bagaimana orang tersebut menanggapi sebuah sajian musik yang diperdengarkan, baik dalam suatu pertunjukan hiburan, upacara ritual, upacara
adat maupun dimainkan secara tunggal. Maka penulis mencoba memaparkan beberapa fungsi saga-saga melalui dari hasil wanwancara dengan beberapa
informan, seperti berikut :
3.2.1 Fungsi Pengungkapan Emosional
Fungsi pengungkapan emosional atau perasaan dapat dituangkan dengan musik dengan memainkan instrument dapat mewakilkan perasaan seseorang, apa
yang sedang dirasakan kesedihan maupun kegembiraan dapat dituangkan.
Universitas Sumatera Utara
48 Pada saat kita orang awam mendengarkan bunyi yang dihasilkan dari
permainn saga-saga mungkin kita tidak dapat menterjemahkan apa pesan yang disampaikan tapi berbeda dengan mereka yang sudah mengerti bahkan paham
bahwa permainan saga-saga memiliki nyanyian atau syair. Perasaan yang sedang dirasakan dapat dituangkan melalui permainan saga-saga, begitu dahulunya maka
saga-saga dapat digunakan sebagai media pengungkapan emosional.
3.2.2 Fungsi Pengungkapan Estetika
Estetika mengacu pada nilai keindahan yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai
makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.
musik merupakan cerahan kekuatan tenaga penggambaran yang berasal dari rasa dalam suatu rentetan suara melodi yang berirama. Atau dengan kata lain, musik
merupakan suatu karya seni yang menjadi media untuk menggungkapkan perasaan seeorang dengan cara menuangkannya melalui alunan nada ataupun
melodi, baik dalam bentuk vocal maupun instrumental.musik sebagai media untuk menggambarkan atau mengungkapkan perasaan seseorang. Terkadang seseorang
memiliki pikiran, gagasan, harapan, keinginan yang membutuhkan perwujudan. Musik merupakan wahana yang tepat digunakan dari upaya pemunculan
atau perwujudan hal tersebut. Seseorang suatu ketika ingin menyampaikan gagasan atau ide tanpa mengharapkan respons secara langsung, melalui musik hal
itu dapat terlaksana dengan baik, pesan-pesan yang ingin dikomunikasikan dituangkan kedalam sebuah lagu ataupun untaian alunan musik yang indah, yang
Universitas Sumatera Utara
49 kemudian dapat dinikmati sendiri maupun orang lain. Berdasarkan hal tersebut
maka alat music saga-saga termasuk kedalam penggunaan estetika dikarenakan saga-saga digunakan sebagai pelipur lara yang sedih maupun senang, dan sebagai
media untuk menyampaikan perasaan yang sedang dialami oleh pemainnya.
3.2.3 Fungsi Komunikasi
Seperti yang sudah diungkapkan di tulisan sebelumnya pada perspektif sejarah saga-saga alat musik ini memiliki fungsi komunikasi terbukti dari cerita
dahulu yang dikatakan beberapa informan penulis bahwa saga-saga digunakan pada waktu seorang pemuda ingin mendatangi seorang wanita yang dia sukai
martandang. Saga-saga sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan bahwa seseorang yang memainkan saga-saga ingin bertemu.
Pada prakteknya yang diketahui penulis dari beberapa sumber, seorang pemuda memainkan saga-saga tepat di depan rumah seorang wanita yang ingin
dijumpainya ketika si wanita mendengarkan permainan seorang pemuda tersebut dia mengerti apa yang disampaikan pemuda tersebut dikarenakan ada nyanyian
atau syair yang terdapat didalam permainan saga-saga tersebut. Bangsa batak meyakini bahwa alat musik yang tercipta dahulunya
memiliki fungsi sebagai komunikasi baik untuk Tuhan serta sesama manusia begitu juga dengan saga-saga ini yang memiliki fungsi sebagai media komunikasi.
Salah satu nyanyian pada saat martandang : Saga-saga hodong, palua dila ho baenon
Ito si pariban, ripe mangida ho baenon
Universitas Sumatera Utara
50 Andor kasile andor kaso, manongon surat to ho
Oh ito na dijolo
3.2.4 Fungsi Hiburan
Menurut bapak Guntur Sitohang sebagai informan pangkal penulis bahwa saga-saga juga digunakan sebagai hiburan pribadi selain sebagai media
komunikasi. Berbeda dengan alat musik yang terdapat pada gondang sabangunan atau uning-uningan, memiliki fungsi sebagai hiburan yang dapat dinikmati orang
banyak misalnya dalam pertunjukan opera batak. Saga-saga dimainkan untuk menghibur diri sendiri bagi yang memainkan dan biasanya dimainkan pada waktu
luang untuk mengisi kekosongan.
3.3 Penggunaan Saga-saga
Saga-saga merupakan instrument tunggal dan pada penyajiannya saga-saga tidak dimainkan dengan instrument lainnya. Instrument ini dahulu biasa
dimainkan pada saat ingin martandang, selain itu saga-saga biasa dimainkan selepas pulang dari ladang untuk mengisi waktu luang atau sekedar menghibur
diri sendiri bagi yang memainkan. Tidak ada syarat bahwa wanita tidak boleh memainkan saga-saga. Dilihat dari segi fungsi maka penggunaan saga-saga dapat
sebagai media komunikasi atau interaksi antara pria dan wanita, dan sebagai pengungkapan emosional seseorang serta hiburan pribadi.
3.4 Klasifikasi Saga-saga
Universitas Sumatera Utara
51 Sistem penggolongan alat musik Sahcs dan Hornbostel berdasarkan pada
sumber penggetar utama dari bunyi yang dihasilkan oleh sebuah alat musik. Selanjutnya Sahcs-Hornbostel menggolongkan berbagai alat musik atas empat
golongan besar, berikut teori yang diukemukakan oleh Curt sachs dan Erich Von Hornbostel :
”Sistem pengklasifikasian alat musik berdasarkan sumber penggetar utama bunyinya. Sistem klasifikasi ini terbagi menjadi
empat bagian yaitu: Idiofon, penggetar utama bunyinya adalah badan dari alat musik itu sendiri, Aerofon, penggetar utama
bunyinya adalah udara, Membranofon, penggetar utama bunyinya adalah kulit atau membran, Kordofon, penggetar utama bunyinya
adalah senar atau dawai. Dari sistem pengelompokan yang mereka lakukan, selanjutnya Sahcs-
Hornbostel menggolongkan lagi alat musik kordofon menjadi lebih terperinci berdasarkan karakteristik bentuknya yakni: 1 Jenis Busur; 2 Jenis Lira; 3 Jenis
Harpa; 4 Jenis Lute; 5 Jenis Siter. Berdasarkan jenis karakteristik yang terdapat pada saga-saga Batak Toba
dapat digolongkan kedalam jenis Idiophone dan Aerophone. Jenis aerophone adalah alat musik yang memiliki prinsip kerja hembusan udara, sementara jenis
idiophone adalah ragam alat musik yang badannya sendiri merupakan sumber bunyinya. Saga-saga termasuk ke dalam jenis ideophone karena saga-saga dapat
berbunyi ketika lidah yang termasuk bagian badan bergetar. Masuk ke dalam jenis aerophone karena saga-saga berbunyi menggunakan mulut sebagai resonator yang
Universitas Sumatera Utara
52 menghembuskan nafas sehingga pengaturan suara bisa dikendalikan lewat
hembusan nafas. Prinsip pemikiran ini juga termuat dalam www.danmoi.com. “it is difficult to place the jew’s harp in the system of musical instruments.
On the other hand it is classified as plucked idiophone, together with the musical clocks : the plucked part of the instrument sounds it self. On the other hand, the
jew’s harp belongs to the aerophones.” Sebagai idiophone, mengacu pada teori Curt Sach dan Hornbostel dalam
tulisannya, saga-saga termasuk ke dalam jew’s harp yang diklasifikasi ke dalam
plucked idiophone. Dalam plucked idiophone, terdapat kategori yang disebut lamellaphone, yang menggunakan lamella elastik dalam bentuk frame sebagai
sumber bunyinya. Klasifikasi lainnya dicetuskan oleh David Reck yaitu sebagai linguaphone karena saga-saga menggunakan rongga mulut dan lidah sebagai
sarana bunyinya.
3.5 Konstruksi Bagian-bagian Saga-saga
Tentunya instrument ini memiliki bagian-bagian yang mempunyai fungsi
masing-masing, untuk membahas bagian konstruksi ini, penulis mengacu pada
saga-saga buatan bapak Guntur Sitohang, berikut penjelasan nya:
Universitas Sumatera Utara
53 Gambar 2 : Bagian-bagian Saga-saga
Dokumentasi Denata Rajagukguk, 2015
Gambar 3 : Bagian-bagian Saga-saga Dokumentasi Denata Rajagukuguk, 2015
Universitas Sumatera Utara
54 Keterangan :
1. Kain, memiliki fungsi sebagai genggaman tangan, tidak ada syarat khusus
untuk memilih bahan kain yang digunakan yang terpenting nyaman dan layak digunakan.
2. Lubang kain, berfungsi sebagai pengait kain dengan badan saga-saga
3. Ruasbuku, sebagai ornamentasi yang dimiliki saga-saga
4. Lidah saga-saga, lidah ini dibentuk di tengah badan yang memiliki fungsi
sebagai penggetar dan dari hasil getaran tersebut menghasilkan bunyi. 5.
Kepala badan, dibentuk di ujung badan yang fungsinya sebagai pengait tali atau disebut juga benang yang disatukan dengan bambu genggaman,
6. Badan saga-saga, dari badan inilah dibentuk lidah, ruas, kepala badan serta
lubang kain. 7.
Bambu gengaman, selain berfungsi sebagai genggaman bambu gengaman ini berguna sebagai ritem atau tempo pada permainan saga-saga.
8. Kepala bambu genggaman, dibentuk di pangkal bambu agar dapat
mengaitkan benang kepada kepala badan. 9.
Belahan bambu genggaman, dari potongan inilah suara ritem sebagai tempo dihasilkan.
10. Lubang jari, dibentuk sebagai tempat jari jempol untuk menggenggam
yang fungsinya mendukung belahan bambu bergerak secara fleksibel dan menghasilkan suara hentakan yang cukup keras.
11. Ukiran, berfungsi sebagai hiasan tapi dahulu memiliki makna yang dalam
digunakan sebagai mantra.
Universitas Sumatera Utara
55 12.
Tali, digunakan sebagai penyambung antara badan saga-saga dengan bambu genggaman.
3.6 Ukuran Bagian-bagian Saga-saga
Pada bagian ini penulis mencoba menjelaskan ukuran bagian-bagian saga- saga buatan Bapak Guntur Sitohang.
Gambar 4 : Ukuran bagian-bagian saga-saga Dokumentasi Denata Rajagukguk, 2015
Gambar 5 : Ukuran bagian-bagian saga-saga Dokumentasi Denata Rajagukguk, 2015
Universitas Sumatera Utara
56 Gambar 6 : Ukuran tali 12 cm
Dokumentasi Denata Rajagukguk, 2014
Gambar 7 : Ukuran kain, lebar 1 cm – panjang 23 cm
Dokumentasi Denata Rajagukguk, 2015
Universitas Sumatera Utara
57
BAB IV TEKNIK PEMBUATAN DAN TEKNIK MEMAINKAN SAGA-SAGA
BATAK TOBA 4.1
Teknik Pembuatan
Pada dasarnya proses pembuatan saga-saga dikerjakan dengan tangan dengan bantuan peralatan dan tidak menggunakan mesin. Sebelum memasuki
tahap pembuatan, penulis terlebih dahulu akan menjelaskan bahan-bahan dan peralatan yang digunakan.
Pada bagian ini penulis hanya membahas dan mengkaji proses pembuatan saga-saga yang dilakukan oleh bapak Guntur Sitohang, selaku pembuat dan
pemain instrument musik tradisional Batak Toba khususnya saga-saga. Sebelum membahas teknik pembuatan saga-saga, penulis akan
menerangkan terlebih dahulu mengenai bahan dan peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan saga-saga oleh bapak Guntur Sitohang.
4.1.1 Bahan Baku yang Digunakan
Dalam pembuatan saga-saga tentunya harus memiliki bahan baku yang di proses agar terciptanya instrument saga-saga. Penulis akan memaparkan apa saja
bahan baku yang dibutuhkan, seperti :
Universitas Sumatera Utara
58
4.1.1.1 Pelepah Pohon Aren