Masyarakat Batak Toba di Desa Turpuk Limbong Mata Pencaharian

23 1 Partungko Naginjang 174.15 836 4.80 2 Siparmahan 15.00 886 59.07 3 Dolok Raja 7.25 501 69.10 4 Sampur Toba 6.25 829 132.64 5 Hariara Pohan 9.60 616 64.17 6 Janji Martahan 9.63 384 39.88 7 Turpuk Sihotang 7.50 417 55.60 8 Sosor Dolok 4.38 566 129.22 9 Turpuk Sagala 1.00 292 292.00 10 Turpuk Malau 3.50 193 55.14 11 Turpuk Limbong 8.57 326 37.26 12 Huta Galung 153.68 797 5.19 13 Hariara Pintu 159.76 1.345 8.42 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir

2.4.1 Masyarakat Batak Toba di Desa Turpuk Limbong

Salah satu keistimewaan desa Turpuk Limbong, desa ini merupakan salah satu desa tertua di Kecamatan Harian. Pada awalnya wilayah desa Turpuk Limbong dibangun pada sekitar 1700 oleh seorang marga Limbong yang berasal dari desa Limbong Sagala yang berjarak sekitar 8-9 km dari desa Turpuk Limbong. Lahan yang subur dan masih kosong membuat si Limbong tertarik untuk membuka lahan perladangan sekaligus ingin membuka wilayah perkampungan baru. Namun karena masih sendiri di wilayah itu Limbong Universitas Sumatera Utara 24 mengundang beberapa orang dari sekitar pulau Samosir dan orang-orang sekitar desa Limbong Sagala, dan yang bersedia menerima undangan tersebut ada marga Malau, marga Sihotang serta marga Sagala. Kemudian sesuai dengan kesepakatan, mereka mebagi batas-batas wilayah yang disebut turpuk sehingga menculah istilah Turpuk Limbong, Turpuk Malau, Turpuk Sagala, Turpuk Sihotang. Untuk desa Turpuk Limbong dikarenakan jumlah penduduk semakin meningkat, penduduk menganggap perlu dibentuk suatu badan yang mengurus jalannya pemerintahan desa, maka berdasarkan kesepakatan para pendiri desa pada saat itu memutuskan untuk membentuk suatu badan yang disebut dengan Bius Si Opat Tali di Turpuk Limbong. Sesudah Indonesia merdeka sekitar tahun 1950-an penduduk Turpuk Limbong makin bertambah dimana marga-marga lain pum berdatangan untuk tinggal di Turpuk Limbong. Sesuai dengan sistem tata pemerintahan Republik Indonesia, Turpuk Limbong ini disahkan menjadi desa Turpuk Limbong pada tahun 1970-an. Sampai sekarang ini desa Turpuk Limbong mengalami perkembangan dan kemajuan salah satunya infrastruktur jalan yang sudah beraspal dan listrik memadai di desa ini.

2.4.2 Mata Pencaharian

Mata pencaharian masyarakat di desa Turpuk Limbong di dominasi sektor pertanian sekitar 80 dari keseluruhan jumlah penduduk. Pada umumnya masyarakat desa Turpuk Limbong menanam padi, bawang, cabai merah, dan kopi Universitas Sumatera Utara 25 ateng. Selain bertani masyarakat desa Turpuk Limbong beternak, walaupun sektor peternakan bukan menjadi penghasilan utama, namun tetap memiliki nilai ekonomi yang cukup baik sebagai penghasilan tambahan. Sebagian kecil penduduk desa Turpuk Limbong memiliki mata pencaharian nelayan dan ada juga yang memelihara ikan di Danau Toba keramba. Para nelayan biasanya menangkap ikan dengan menggunakan sampan dan jaring di sekitaran Danau Toba. Beberapa masyarakat ada yang menjadi pegawai negeri dan membuka usaha seperti warung. Di Kecamatan ini juga terdapat beberapa bidang usaha lainnya yang mampu menyerap tenaga kerja antara lain jasa pertukangan, bengkel dan tukang jahit serta jasa kemasyarakatan lainnya. Jumlah bengkel yang ada di Kecamatan ini sebanyak 7 usaha yang terbagi menjadi 1 usaha bengkel mobil dan 6 usaha bengkel sepeda motor, jumlah penjahit ada sebanyak 8 orang dari satu orang penjahit pria dan tujuh orang penjahit wanita.

2.5 Sistem Kesenian