96
4.3 Karakteristik Bunyi
Dikarenakan bentuknya yang berupa bilahan pelepah aren membentuk sebuah lidah, yang bunyinya menyerupai suara kodok dan terdengar hentakan
keras berasal dari bambu genggaman jika dimainkan, dari hasil bunyi yang dihasilkan saga-saga, terdengar seperti suara angin menderu-deru serta diiringi
bunyi menghentak-hentak berirama teratur. Suara deru angin itu muncul dari udara yang terdapat pada rongga mulut si pemain sedangkan bunyi menghentak-
hentak dari tarikan tangan kanan. Perubahan karakter bunyi saga-saga dilakukan dengan mengolah posisi atau merubah rongga mulut yang berfungsi sebagai
resonator.
4.4 Perawatan
Supaya saga-saga dapat bertahan lama dan awet, diperlukan proses perawatan yang baik terhadap instrument ini, dari hasil wawancara dengan Bapak
Simalango, bahwa perawatan saga-saga yang baik adalah dengan menyimpan pada tempat yang tidak lembab dan terbuka, dan menjemur saga-saga.
Tempat penyimpanan yang aman menjadi pilihan untuk menjaga agar ssaga-saga tidak patah, mengoleskan minyak dari lemak ayam juga dapat
membantu awet nya saga-saga dan tidak direkomendasikan menyimpan saga-saga dalam kurun waktu yang relatif lama, sekali-sekali memainkan saga-saga juga
termasuk dalam cara merawat.
Universitas Sumatera Utara
97
4.5 Penyajian Saga-saga
Berdasarkan informasi dari bapak Simalango sebagai informan penulis yang juga sebagai pemusik tradisi Batak Toba dan terkhusus mahir memainkan
saga-saga, bahwa dalam permainan saga-saga yang baik tidak hanya ditentukan dari kemampuan si pemain saga-saga dalam menerapkan teknik permainan, akan
tetapi ditentukan pula oleh perasaan atau naluri si pemain dalam memainkan saga- saga. Apabila perasaan si pemain semakin larut dalam permainannya maka
semakin baguslah permainan yang disajikannya. Faktor instrument saga-saga yang digunakan juga cukup berpengaruh
dalam penyajian permainan saga-saga, semakin bagus instrument saga-saga yang digunakan, maka akan sangat mendukung untuk penyajian permainan saga-saga
yang baik.
Universitas Sumatera Utara
98
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pada uraian-uraian yang telah penulis jelaskan pada bab- bab sebelumnya maka pada bab ini penulis akan mengambil beberapa kesimpulan
dari hasil penelitian yang penulis lakukan dan sebagai langkah terakhir penulis akan membuat saran sebagai penutup tulisan ini.
5.1 Kesimpulan
Saga-saga Batak Toba termasuk dalam klasifikasi idiophone, dan saga- saga termasuk ke dalam solo instrument yang dimainkan lebih bersifat pribadi
namun berbeda dengan instrument solo lainnya, perbedaannya terletak pada suara yang dihasilkan. Saga-saga memiliki suara yang khas, dengan hentakan berirama
yang membuat kita mudah mengetahui bahwa suara yang dihasilkan berasal dari saga-saga. Berdasarkan jenis karakteristik yang terdapat pada saga-saga Batak
Toba dapat digolongkan kedalam jenis Idiofone dan Aerophone. Jenis aerophone adalah alat musik yang memiliki prinsip kerja hembusan udara, sementara jenis
ideophone adalah ragam alat musik yang badannya sendiri merupakan sumber bunyinya. Saga-saga termasuk ke dalam jenis ideophone karena saga-saga dapat
berbunyi ketika lidah yang termasuk bagian badan bergetar. Masuk ke dalam jenis aerophone karena saga-saga berbunyi menggunakan mulut sebagai resonator yang
menghembuskan nafas sehingga pengaturan suara bisa dikendalikan lewat hembusan nafas.
Sebagai idiophone, mengacu pada teori Curt Sach dan Hornbostel dalam tulisannya, saga-saga termasuk ke dalam
jew’s harp yang diklasifikasi ke dalam
Universitas Sumatera Utara