36 SMRU SMR Utama Tbk
√ √ √ √ Sampel 11
37 TINS Timah Persero Tbk
√ √ √ √ Sampel 12
38 39
CTTH MITI
Citatah Tbk Mitra Investindo Tbk
√ √
√ √
√ √
√ √
Sampel 13 Sampel 14
Sumber : www.idx.co.id
3.4 Definisi Operasional Variabel dan Variabel Penelitian
3.4.1 Variabel Dependen terikat
Variabel dependen terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel dependen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah: a.
Manajemen Laba Manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer
dari standar akuntansi yang ada dan secara alamiah dapat memaksimumkan utilitas mereka dan atau nilai pasar perusahaan. Manajer memiliki dua cara utama
dalam mengelola laba, yaitu manajemen laba berbasis riil dan manajemen laba berbasis akrual. Manajemen laba berbasis riil berarti manajer mengelola
pendapatan riil dengan mengubah tingkat danatau sifat kegiatan ekonomi untuk mencapai target pendapatan. Sedangkan manajemen laba berbasis akrual
dilakukan oleh manajer dengan memilih kebijakan akuntansi dan memperkirakan akrual.
Manajemen laba berbasis akrual dapat diklasifikasikan berdasarkan periode waktu dan kontrol manajerial. Berdasarkan periode waktu, terdapat
manajemen laba current accruals dan manajemen laba long-term accruals. Sedangkan berdasarkan kontrol manajerial, terdapat manajemen laba
discretionary accruals dan manajemen laba nondiscretionary accruals. Dalam penelitian ini, penilaian manajemen laba yang digunakan adalah total acruals
yang bersifat diskresioner discretionary accruals yang dalam penelitian ini menggunakan model Jones yang dimodifikasi Dechow et al, 1996 yang
dinyatakan dengan persamaan berikut: TAC it =
TA it NI it - CA it
Keterangan : TAC it = Total Akrual perusahaan i pada periode perusahaan t
NI it = Laba bersih perusahaan i pada tahun t CA it = Aset lancar perusahaan i pada tahun t
TA it = Aktiva tetap perusahaan i pada tahun t Perusahaan dikategorikan melakukan manajeman laba dengan
memperbesar pelaporannya jika nilai TAC 0.
3.4.2 Variabel Independen Bebas
Variabel Independen bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel independen terikat.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah good corporate governance kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris,
dan komite audit
ditambah dengan ukuran komite audit sebagai salah
satu variabel yang bersifat pengawasan dari mekanisme corporate governance.
1. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial merupakan isu yang penting dalam teori agensi yang dipublikasikan oleh Jansen and Meckling 1976 yang menyatakan bahwa
semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam suatu perusahaan maka manajemen akan berupaya lebih giat untuk memenuhi kepentingan pemegang saham
yang juga adalah dirinya sendiri.
Perhitungan dari kepemilikan manajerial adalah sebagai berikut : Kepemilikan Manajerial = Saham yang dimiliki manajemen
Total saham yang beredar 2.
Proporsi Dewan Komisaris Proporsi dewan komisaris memegang peranan penting dalam implementasi
good corporate governance karena merupakan inti dari good corporate governance yang bertugas untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan.
Perhitungan dari proporsi dewan komisaris adalah sebagai berikut : Proporsi Dewan Komisaris = Jumlah anggota komisaris independen
Jumlah seluruh anggota dewan komisaris 3.
Komite Audit Komite audit berfungsi membantu dewan komisaris untuk meningkatkan
kualitas laporan keuangan, meningkatkan efektivitas fungsi internal audit dan mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian dewan komisaris.
Perhitungan dari proporsi dewan komisaris adalah sebagai berikut : Komite Audit = Jumlah anggota komite audit independen
Jumlah seluruh anggota komite audit
4. Implementasi IFRS
Dalam menganalisis pengaruh implementasi IFRS terhadap manajemen laba menggunakan variabel dummy. Penerapan IFRS yang dimaksud dalam
penelitian ini berkenaan dengan PSAK No. 64. Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Biaya yang terjadi atas pengeluaran eksplorasi dan evaluasi diakui
sebagai aset eksplorasi dan evaluasi sebesar biaya perolehannya. 2.
Pengungkapan kerugian atas penurunan nilai dari aset eksplorasi dan evaluasi yang telah di uji penurunan nilainya.
3. Aset eksplorasi dan evaluasi akan direklasifikasi saat terjadi kelayakan
teknis dan kelangsungan usaha yang komersil atas penambangan sumber daya alam.
4. Pengungkapan aset eksplorasi dan evaluasi berupa informasi yang
mengidentifikasi dan menjelaskan jumlah yang diakui dalam laporan keuangan yang timbul dari eksplorasi dan evaluasi.
Penilaian yang digunakan adalah dengan variabel dummy, dengan memanfaatkan kriteria di atas :
1. Nilai 1 apabila perusahaan tidak memiliki satu pun kriteria yang telah ditetapkan.
2. Nilai 2 apabila perusahaan memiliki satu atau lebih kriteria, namun tidak memiliki keempat kriteria tersebut.
3. Nilai 3 apabila perusahaan memiliki keempat kriteria tersebut.
3.5 Skala Pengukuran Variabel