Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Dan Konvergensi Ifrs Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Bumn Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN KONVERGENSI IFRS TERHADAP MANAJEMEN LABA

PADA PERUSAHAAN BUMN YANG TERDAFTAR DIBURSA EFEK IDONESIA

PERIODE 2011-2013

OLEH:

ERNA WAHYUNI 100503014

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

i PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “ANALISIS PENGARUH

GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN KONVERGENSI IFRS

TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN BUMN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2013” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, atau yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin dan dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan penulisan etika ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi saya, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Mei 2015

Yang membuat pernyataan,

NIM : 100503014 Erna Wahyuni


(3)

ii ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE

DAN KONVERGENSI IFRS TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN BUMN YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2013

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh good corporate governance dan konvergensi IFRS pada perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013. Penelitian ini memiliki jumlah sampel 13 perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2011-2013

Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder yaitu laporan keuangan yang dipublikasikan melalui website

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan kepemilikan institusional, komite audit, komisaris independen, ukuran dewan komisaris, ukuran dewan direksi, dan konvergensi IFRS tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI. Secara parsial menunjukkan bahwa komisaris independen berpengaruh signifikan. Sedangkan kepemilikan institusional, komite audit, ukuran dewan komisaris, ukuran dewan direksi, dan konvergensi IFRS tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI.

Model analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda yang dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS versi 19.0 dengan menggunakan uji t dan uji F.

.

Kata kunci: Manajemen Laba, Kepemilikan Institusional, Komite Audit, Komisaris Indepennden, Ukuran Dewan Komisaris, Ukuran Dewan Direksi, Konvergensi IFRS.


(4)

iii ABSTRACT

THE ANALYS EFFECT OF GOOD CORPORTE GOVERNANCE AND IFRS CONVERGENCE TO THE EARNINGS MANAGEMENT OF BUMN COMPANY LISTED ON THE INDONESIA STOCK EXCHANGE PERIOD

2011-2013.

The objectives of this research to analyze the effect of good corporate governance and convergence IFRS to the earnings management of BUMN company listed on the Indonesia Stock Exchange. The sample of this research is 13 BUMN companies listed in Indonesia Stock Exchange from 2011 to 2013.

The sample selection is done by purposive sampling method. The data used in this study is the use of secondary data that the financial statements are published on the website www.idx.co.id

The results of this study showed that simultaneous institutional ownership, audit committees, independent directors, board size, the size of the board of directors, and the convergence of IFRS had no significant effect on earnings management in state-owned companies listed on the Stock Exchange. Partially indicate that the independent directors have a significant effect. Meanwhile, institutional ownership, the audit committee, board size, the size of the board of directors, and the convergence of IFRS had no significant effect on earnings management in state-owned companies listed on the Stock Exchange.

. The analysis model used is multiple linear regression were performed with the aid of a computer program SPSS version 19.0 using the t test and F test.

.

Keywords: Earnings Management, Institutional Ownership, Audit Committee, Independent Commissioner, Size Board of Commissioners, Board Size, Convergence IFRS.


(5)

iv KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa ta ‘alla atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Dan Konvergensi Ifrs Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Bumn Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi serta do’a dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Teristimewa untuk kedua orang tua saya yang sangat saya kagumi dan cintai, Ayahanda Shalati Dhuhry dan Ibunda Aisyah yang tidak pernah lelah memberikan kasih sayang, do’a, nasehat serta semangat yang tulus hingga saat ini.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA,selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak, selaku Ketua Departemen Akuntansi dan bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak, selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, selaku Ketua Program Studi S-1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak, selaku Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(6)

v

4. Ibu Dra. Narumondang B. Siregar, MM, Ak selaku Dosen Pembimbing saya yangtelah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan perbaikan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan arahan, kritik, dan saran yang membangun sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik, serta Bapak Drs. Rustam, MSi, Ak, selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan arahan, kritik, dan saran yang membangun sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

6. Yang saya cintai abang, kakak dan adik saya, bang Asbullah, bang Wan, kak Rahma, kak Iki, kak Afri, Arni Daini, Safrina Harfah, Ulfa Illyatin, Najih Imtikhani, dan Ilham Ramadan yang selalu memberikan doa, semangat serta kasih sayang yang tulus selama ini; Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah berbagi ilmu kepada penulis selama penulis berada di bangku kuliah, semoga ilmu yang Bapak/Ibu berikan dapat penulis manfaatkan semaksimal mungkin; rekan-rekan terbaik penulis, Pita Loliyanti, Ida Wahyuni, Sri Mulyati, Febry Larasati, Maisarah Khairunnisa, Ainun Mardhiah, Kiat Ramadhan, dan Dian Prandana yang memberikan dukungan dan semangat kepada penulis; Abang-Abang dari CNBLUE dan Adik-Adik dari BTS yang selalu setia menemani serta memberikan dukungan dan semangat kepada penulis; Teman-teman dari grup Boice yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang selalu setia menemani serta memberikan dukungan dan semangat kepada penulis; rekan Mahasiswa Akuntansi FEB USU 2010 yang telah bersama dengan penulis berjuang untuk mendapatkan


(7)

vi

ilmu bermanfaat agar kelak kita dapat memberikan yang terbaik tidak hanya untuk diri sendiri, melainkan juga untuk bangsa dan tanah air.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini juga masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2015 Penulis,

NIM : 100503014 Erna Wahyuni


(8)

vii DAFTAS ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ...ii

ABSTRAK ...iii

KATA PENGANTAR ...iv

DAFTAR ISI ...vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ...xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.4 Manfaat Penelitian... 5

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 5

1.4.2 Manfaat Praktis ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...7

2.1 Tinjauan Teoritis ...7

2.1.1 Teori keagenan ...7

2.1.2 Teori Sinyal ...9

2.1.3 Manajemen Laba ...10

2.1.3.1Definisi Manajemen Laba ...10

2.1.3.2Insentif Manajemen Laba ...11

2.1.3.3Strategi Pelaksanaan Manajemen Laba ...12

2.1.3.4Pengukuran Manajemen Laba ...14

2.1.4 Good Corporate Governance ...18

2.1.4.1 Definisi Good Corporate Governance ...18

2.1.4.2 Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance ...19

2.1.4.3 Manfaat dan Tujuan Good Corporate Governance ....22

2.1.4.4 Implementasi Good Corporate Governance ...23

2.1.5 Kepemilikan Institusional ...25

2.1.6 Komite Audit ...26

2.1.7 Dewan Komisaris Independen ...26

2.1.8 Ukuran Dewan Komisaris ...27

2.1.9 Ukuran Dewan Direksi ...28

2.1.10 Konvergensi IFRS ...28

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ...32

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis ...40

2.3.1 Kerangka Konseptual ...40

2.3.2 Hipotesis Penelitian ...42

BAB III METODE PENELITIAN ...43


(9)

viii

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ...43

3.3 Batasan Operasional ...45

3.4 Definisi Operasional ...46

3.4.1 Variabel Dependen ...46

3.4.2 Variabel Independen ...48

3.5 Teknik pengumpulan Data ...52

3.6 Model Analisis Data ...53

3.6.1 Pengujian Statistik Deskriptif ...53

3.6.2 Pengujian Asumsi Klasik ...54

3.6.2.1 Uji Normalitas ...54

3.6.2.2 Uji Multikolinieritas ...55

3.6.2.3 Uji Heterokedastisitas ...55

3.6.2.4 Uji Autokolerasi ...56

3.6.2 Uji Hipotesis ...56

3.7 Tempat dan Waktu Penelitian ...58

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN ... 59

4.1Deskripsi Objek Penelitian ... 59

4.2Analisis Statistik Deskriptif ... 59

4.3Uji Asumsi Klasik ... 63

4.3.1Uji Normalitas ... 63

4.3.2Uji Multikolienaritas... 65

4.3.3Uji Heterokedastisitas ... 67

4.3.4Uji Autokorelasi ... 68

4.4Pengujian Hipotesis ... 69

4.4.1Uji Parsial (t test) ... 69

4.4.2Uji Simultan (F test) ... 75

4.4.3Uji Koefisien Determinasi (R2)... 76

4.5Pembahasan Hasil Penelitian ... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

5.1Kesimpulan ... 80

5.2Keterbatasan Penelitian ... 82

5.3Saran ... 82


(10)

ix DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Hal

2.1 Perkembangan Konvergensi PSAK ke IFRS 30

2.2 Penelitian Terdahulu 36

3.1 Populasi dan Sampel Penelitian 44

4.1 Statistik Deskriptif 60

4.2 Uji Kolmogorov-Smoniv 65

4.3 Hasil Uji Multikolienaritas 66

4.4 Uji Autokorelasi 69

4.5 Hasil Uji t 70

4.6 Hasil Uji F 75


(11)

x DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Hal

2.1 Kerangka Konseptual 40

4.1 Uji Normalitas (1) : Histogram 63

4.2 Uji Normalitas (2) : Grafik PPPlots 64

4.3 Grafik Scatterplot 67


(12)

xi DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Hal

Lampiran 1 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian 88

Lampiran 2 Sampel Penelitian 88

Lampiran 3 Data Variabel Penelitian 89

Lampiran 4 Perbandingan PSAK dengan IFRS 90

Lampiran 5 Hasil Uji Statistik Deskriptif 90

Lampiran 6 Hasil Uji Normalitas 91

Lampiran 7 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov 92

Lampiran 8 Hasil Uji Multikolonieritas 92

Lampiran 9 Hasil Uji Heterokedastisitas 92

Lampiran 10 Hasil Uji Autokorelasi 93

Lampiran 11 Hasil Uji Hipotesis 93

Lampiran 12 Hasil Uji Keofisien Determinasi 93

Lampiran 13 Tabel t 94


(13)

iii ABSTRACT

THE ANALYS EFFECT OF GOOD CORPORTE GOVERNANCE AND IFRS CONVERGENCE TO THE EARNINGS MANAGEMENT OF BUMN COMPANY LISTED ON THE INDONESIA STOCK EXCHANGE PERIOD

2011-2013.

The objectives of this research to analyze the effect of good corporate governance and convergence IFRS to the earnings management of BUMN company listed on the Indonesia Stock Exchange. The sample of this research is 13 BUMN companies listed in Indonesia Stock Exchange from 2011 to 2013.

The sample selection is done by purposive sampling method. The data used in this study is the use of secondary data that the financial statements are published on the website www.idx.co.id

The results of this study showed that simultaneous institutional ownership, audit committees, independent directors, board size, the size of the board of directors, and the convergence of IFRS had no significant effect on earnings management in state-owned companies listed on the Stock Exchange. Partially indicate that the independent directors have a significant effect. Meanwhile, institutional ownership, the audit committee, board size, the size of the board of directors, and the convergence of IFRS had no significant effect on earnings management in state-owned companies listed on the Stock Exchange.

. The analysis model used is multiple linear regression were performed with the aid of a computer program SPSS version 19.0 using the t test and F test.

.

Keywords: Earnings Management, Institutional Ownership, Audit Committee, Independent Commissioner, Size Board of Commissioners, Board Size, Convergence IFRS.


(14)

ii ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE

DAN KONVERGENSI IFRS TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN BUMN YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2013

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh good corporate governance dan konvergensi IFRS pada perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013. Penelitian ini memiliki jumlah sampel 13 perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2011-2013

Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder yaitu laporan keuangan yang dipublikasikan melalui website

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan kepemilikan institusional, komite audit, komisaris independen, ukuran dewan komisaris, ukuran dewan direksi, dan konvergensi IFRS tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI. Secara parsial menunjukkan bahwa komisaris independen berpengaruh signifikan. Sedangkan kepemilikan institusional, komite audit, ukuran dewan komisaris, ukuran dewan direksi, dan konvergensi IFRS tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI.

Model analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda yang dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS versi 19.0 dengan menggunakan uji t dan uji F.

.

Kata kunci: Manajemen Laba, Kepemilikan Institusional, Komite Audit, Komisaris Indepennden, Ukuran Dewan Komisaris, Ukuran Dewan Direksi, Konvergensi IFRS.


(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, seperti pemegang saham, investor, kreditor, pemerintah, masyarakat maupun pihak-pihak lainnya. Seorang manajer bertanggung jawab atas pengelolaan perusahaan dan mengetahui lebih banyak informasi-informasi yang bermanfaat untuk kelangsungan hidup perusahaan, baik informasi internal maupun prospek perusahaan di masa yang akan datang bila dibandingkan dengan pemegang saham. Oleh karena itu, manajer berkewajiban untuk menyampaikan kondisi perusahaan kepada pemegang saham. Akan tetapi pada kenyataannya, manajemen dapat melakukan tindakan – tindakan yang hanya memaksimalkan kepentingannya sendiri. Manajemen sebagai agen bisa melakukan tindakan yang tidak menguntungkan prinsipal secara keseluruhan yang dalam jangka panjang bisa merugikan kepentingan dari perusahaan tersebut. Perilaku manajemen untuk mengatur laba sesuai dengan keinginannya ini dikenal dengan istilah manajemen laba (earnings management).

Menurut teori keagenan, untuk mengatasi masalah ketidakselarasan kepentingan antara principal dan agent dapat dilakukan melalui pengelolaan perusahaan yang baik (Midiastuty & Machfoedz, 2003). Sebagaimana diungkapkan oleh Veronica dan Bachtiar (2004) corporate governance adalah salah satu cara untuk mengendalikan tindakan oportunistik yang dilakukan manajemen.


(16)

2

Implementasi terhadap prinsip-prinsip good corporate governance di Indonesia telah diatur dalam beberapa undang-undang dan peraturan. Peraturan dan undang-undang berupaya untuk mendorong berbagai perusahaan untuk melaksanakan prinsip-prinsip good corporate governance dalam melakukan kegiatan operasional perusahaan tersebut. Dalam Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara, menekankan kewajiban bagi BUMN untuk menerapkan good corporate governance secara konsisten dan atau menjadikan prinsip-prinsip good corporate governance sebagai landasan operasionalnya, yang pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, dan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika.

Penerapan corporate governance secara konsisten yang berprinsip pada keadilan, transparansi, akuntanbilitas, dan pertanggungjawaban terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan. Dengan adanya prinsip good corporate governance tersebut diharapkan dapat menjadi penghambat aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak mengambarkan nilai fundamental perusahaan.

Pengadopsian IFRS diharapkan akan meningkatkan kualitas informasi akuntansi dengan meningkatnya komparabilitas laporan keuangan dan transparansi bagi para pengguna laporan keuangan. IFRS mewajibkan


(17)

3

pengungkapan yang lebih banyak dan memberikan pilihan akuntansi yang lebih sedikit, hal ini akan mengurangi kemampuan manajemen dalam mengatur laba sehingga IFRS diharapkan akan dapat mengurangi earning management dan meningkatkan relevansi nilai akuntansi. Barth et al. (2007) menyatakan bahwa kualitas informasi akuntansi dapat meningkat jika pembuat standar dapat membatasi tindakan opportunistic manajemen dalam menentukan kualitas akuntansi. Kustina (2012) menyebutkan bahwa Perusahaan BUMN sebagai perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik dipersyaratkan oleh regulasi untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan IFRS.

Kesimpulan dari beberapa hasil penelitian sebelumnya menunjukkan adanya ketidakkonsistenan pengaruh mekanisme good corporate governance

maupun konvergensi IFRS terhadap manajemen laba. Diantaranya penelitian Suryani (2010) menyimpulkan kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, dan komite audit dan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Sedangkan Herawaty dan I Guna (2010) menyimpulkan bahwa kepemilikan institusional, komite audit, dan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Cahyati (2010) secara teori menyimpulka bahwa standar IFRS berbasis prinsip lebih condong pada pengungkapan nilai wajar, dan pengungkapan yang lebih rinci diharapkan dapat mengurangi manajemen laba. Sementara itu Marsono (2013) menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kualitas informasi sesudah dan sebelum pengadopsian IFRS, hal ini disebabkan oleh faktor infrastruktur yang belum mamadai.


(18)

4

Berdasarkan penelitian terdahulu atas mekanisme good corporate governance dan konvergensi IFRS maka dapat disimpulkan terdapat research gap

yang terjadi. Peneliti memilih perusahaan BUMN untuk dijadikan sampel karena perusahaan BUMN merupakan perusahaan yang sebagian besar sahammnya dimiliki oleh pemerintah, diharapkan dapat menunjukkan penerapan good corporate governance dan konvergensi IFRS yang baik, sehingga diharapkan dapat mengurangi praktik manajemen laba (earnings management). Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kustina (2012) kementerian BUMN sebagai stakeholder

utama BUMN sangat mempengaruhi bagaimana proses implementasi PSAK baru ini dalam perusahaan.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Good Corporate Governance dan Konvergensi IFRS Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013”.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan penjelasan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dirumuskanlah masalah yang yang menjadi dasar dalam penyusunan skripsi, yaitu: “apakah good corporate governance, dan konvergensi IFRS berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap manajemen laba pada perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?”.

1.3Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Good corporate governance, dan


(19)

5

konvergensi IFRS berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap manajemen laba pada perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

1.4.1 Manfaat Teoitis

Penelitian dilakukan sebagai upaya dalam mendukung pengembangan ilmu akuntansi secara umum, serta pengembangan ilmu yang berkaitan dengan

good corporate governance dan konvergensi IFRS.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Manajemen Perusahaan

Penelitian yang dilakukan dapat menjadi masukan yang digunakan oleh pihak manajemen sebagai bahan referensi dalam rangka menetapkan kebijakan dan pelaksanaan strategi serta dalam hal pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kegiatan operasional perusahaan.

2. Bagi Investor

Bagi investor penelitian yang dilakukan dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan investasi.

3. Bagi Peneliti

Penelitian yang dilakukan dapat menjadi bahan kajian dan menambah wawasan serta pengetahuan peneliti tentang pengaruh penerapan good corporate governance dan konvergensi IFRS.


(20)

6

4. Bagi Akademisi

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat menambah bukti empiris dari penelitian-penelitian sebelumnya mengenai good corporate governance, dan konvergensi IFRS serta dapat dijadikan referensi dalam mengadakan penelitian lebih lanjut tentang masalah yang sama dan dapat diterapkan di masa yang akan datang.

5. Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat, penelitian ini dapat dijadikan sebagi bahan pertimbangan dalam rangka menilai tingkat kesehatan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(21)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Teori Keagenan (agency theory)

Adanya peralihan dalam lingkungan bisnis mengakibatkan perusahaan yang dulunya hanya dimiliki satu orang yaitu manajer-pemilik (owner-manager)

sekarang menjadi perusahaan yang kepemilikannya tersebar dengan pemegang saham yang dimiliki oleh berbagai kalangan. Peralihan ini mengakibatkan terjadinya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan, dimana kepemilikan berada pada tangan para pemegang saham sedangkan pengelolaan berada pada tangan tim manajemen. Hubungan keagenan ini sebagai suatu kontrak di mana satu atau lebih pihak (principal) memberikan tugas kepada pihak lain (agen) untuk melaksanakan jasa dan pendelegasian wewenang dalam pengambilan keputusan, hubungan inilah yang dinamakan teori keagenan.

Pemisahan dalam teori keagenan ini menandakan pemilik tidak lagi terlibat dalam pengelolaan perusahaan karena telah dialihkan kepada agen. Pihak

principal hanya bertindak sebagai pengawas dengan memonitor kinerja perusahaan melalui laporan yang diberikan oleh agen. Agency theory yang dikembangkan oleh Michael Johnson, professor dari Harvard (dalam Emirzon, 2007) memandang bahwa manajemen perusahaan sebagai agen bagi pemegang saham akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingannya sendiri, bukan sebagai pihak yang arif dan bijaksana serta adil terhadap pemegang saham.


(22)

8

Hal inilah yang nantinya akan menimbulkan permasalahan keagenan. Adanya posisi, fungsi, kepentingan, dan latar belakang principal dan agen yang berbeda dan saling bertolak belakang, namun saling membutuhkan, mau tidak mau dalam praktiknya akan menimbulkan pertentangan, saling tarik menarik kepentingan dan pengaruh antara satu dengan yang lain (Emirzon, 2007). Hal ini mengakibatkan terjadinya penyimpangan dalam pelaporan kepada principal akibat adanya keinginan untuk memenuhi tujuan pribadi seperti ingin memaksimumkan utilitasnya, yang memungkinkan agen tidak selalu berbuat terbaik bagi principal, sehingga muncul masalah keagenan. Masalah keagenan ini dapat terlihat dalam aktivitas manajemen laba yang muncul pada laporan keuangan perusahaan akibat adanya asymmetric information.

Asymmetric information adalah informasi yang tidak seimbang yang disebabkan adanya distribusi informasi yang tidak sama antara principal dan agen yang berakibat dapat menimbulkan dua permasalahan yang disebabkan adanya kesulitan principal untuk memonitor dan melakukan kontrol terhadap tindakan-tindakan agen. Menurut Jansen dan Meckling yang dikutip dalam Emirzon (2007), permasalahan yang dimaksud adalah :

a. Moral hazard, yaitu permasalahan muncul jika agen tidak melaksanakan hal-hal yang disepakati bersama dalam kontrak kerja.

b. Adverse selection, yaitu suatu keadaan dimana principal tidak dapat mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil oleh agen benar-benar didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya, atau terjadi sebagai sebuah kelalaian dalam tugas.


(23)

9

Pada prinsipnya teori keagenan menjelaskan bagaimana menyelesaikan konflik kepentingan antara para pihak dan stakeholder dalam kegiatan bisnis yang berdampak merugikan (Emirzon, 2007). Untuk menghindarkan konflik, kerugian, diperlukan prinsip-prinsip dasar pengelolaan perusahaan yang baik atau good corporate governance.

2.1.2 Teori Sinyal (Signaling Theory)

Konsep teori sinyal dan asimetri informasi sangat berkaitan erat dimana teori asimetri informasi terjadi ketika pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan risiko perusahaan. Pihak tertentu mempunyai informasi yang lebih baik dibandingkan dengan pihak lainnya. Manajer biasanya mempunyai informasi yang lebih baik dibandingkan dengan pihak luar seperti investor sehingga terjadi asimetri informasi antara manajer dan investor. Investor yang merasa mempunyai informasi sedikit, akan berusaha menginterpretasikan perilaku manajer.

Perilaku manajer dalam hal menentukan struktur modal bisa dianggap sebagai sinyal oleh pihak luar (investor). Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Menurut Mamduh (2004) menyatakan bahwa “perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi informasi asimetri. Upaya untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar termasuk investor”.

Teori sinyal mengemukakan bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa


(24)

10

informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Informasi berupa pengungkapan tanggung jawab sosial yang dipublikasikan diharapkan dapat menjadi sinyal positif yang dapat diberikan perusahaan guna menarik minat para investor untuk berinvestasi karena melalui pengungkapan tanggung jawab sosial tersebut diperlihatkan bahwa perusahaan telah menunjukkan suatu pertanggung jawaban terhadap lingkungan sekitar dimana ia beroperasi.

2.1.3 Manajemen Laba

2.1.3.1 Definisi Manajemen Laba

Manajemen laba (earning management) menurut Schipper dalam Wild, et al. (2008) didefinisi sebagai intervensi manajemen dengan sengaja dalam proses penentuan laba, biasanya untuk memenuhi tujuan pribadi. Terlebih lagi, manajemen sebagai pengelola perusahaan memiliki informasi tentang perusahaan lebih cepat, lebih banyak, dan lebih valid daripada pemegang saham (asymmetric information) sehingga memungkinkan manajemen melakukan praktek akuntansi dengan berorientasi pada angka laba, yang dapat menciptakan kesan (prestasi) tertentu.

Scott (2009) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua. Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang dan political costs (Oportunistic Earning Management). Kedua, dengan


(25)

11

memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting (Efficient Earning Management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak.

2.1.3.2 Insentif Manajemen Laba

Banyak alasan melakukan manajemen laba, termasuk meningkatkan kompensasi manajer yang terkait dengan laba yang dilaporkan, meningkatkan harga saham, dan usaha mendapatkan subsidi pemerintah. Dalam Wild, et al. (2008) dipaparkan sejumlah insentif utama untuk melakukan manajemen laba adalah sebagai berikut.

a. Insentif perjanjian.

Banyak perjanjian yang menggunakan angka akuntansi. Misalnya perjanjian kompensasi manajer biasanya mencakup bonus berdasarkan laba. Perjanjian bonus biasanya memiliki batas atas dan bawah, artinya manajer tidak mendapat bonus jika laba lebih rendah dari batas bawah dan tidak mendapatkan bonus saat laba lebih tinggi dari batas atas. Hal ini berarti manajer memiliki insentif untuk meningkatkan atau mengurangi laba berdasarkan tingkat laba yang belum diubah terkait dengan batas atas dan bawah.

b. Dampak harga saham

Potensi dampak harga saham misalnya manajer dapat meningkatkan laba untuk menaikkan harga saham perusahaan sementara sepanjang satu kejadian


(26)

12

tertentu seperti merger yang akan dilakukan atau penawaran surat berharga, atau rencana menjual saham atau melaksanakan opsi. Manajer juga melakukan perataan laba untuk menurunkan persepsi pasar akan risiko dan menurunkan biaya modal.

c. Insentif lain.

Terdapat beberapa alasan manajemen laba lainnya. Laba seringkali diturunkan untuk menghindari biaya politik dan penelitian yang dilakukan badan pemerintah. Selain itu, perusahaan dapat menurunkan laba untuk memperoleh keuntungan dari pemerintah, misalnya subsidi atau proteksi dari persaingan asing. Perusahaan juga menurunkan laba untuk mengelakkan permintaan serikat buruh. Salah satu insentif lain adalah perubahan manajemen yang sering menyebabkan big bath karena beberapa alasan. Pertama, melemparkan kesalahan pada manajer yang berwenang. Kedua, sebagai tanda bahwa manajer baru harus membuat keputusan tegas untuk memperbaiki perusahaan. Ketiga, dan yang terpenting, yaitu memberikan kemungkinan dilakukannya peningkatan laba di masa depan.

2.1.3.3 Strategi Pelaksanaan Manajemen Laba

Dalam pelaksanaan aktivitas manajemen laba, manajemen memiliki beberapa strategi dalam melaksanakan praktek ini. Dalam Wild, et al. (2008), dijelaskan tiga jenis strategi manajemen laba yaitu :

a. Meningkatkan laba (increasing income)

Cara ini dilakukan dengan meningkatkan laba yang dilaporkan pada periode kini untuk membuat perusahaan dipandang lebih baik. Peningkatan laba juga


(27)

13

dimungkinkan selama beberapa periode. Pada skenario pertumbuhan, akrual pembalik lebih kecil dibandingkan akrual kini sehingga dapat meningkatkan laba. Kasus yang terjadi adalah perusahaan dapat melaporkan laba yang lebih tinggi berdasarkan manajemen laba yang agresif sepanjang periode waktu yang panjang. Selain itu, perusahaan dapat melakukan manajemen untuk meningkatkan laba selama beberapa tahun dan kemudian membalik akrual sekaligus pada satu saat pembebanan. Pembebanan satu saat ini sering kali dilaporkan “di bawah laba bersih” (below the line) sehingga dipandang tidak terlalu relevan.

b. Mandi besar (big bath)

Strategi big bath dilakukan melalui penghapusan sebanyak mungkin pada satu periode. Periode yang dipilih biasanya periode dengan kinerja yang buruk (seringkali pada masa resesi dimana perusahaan lain juga melaporkan laba yang buruk) atau peristiwa saat terjadi satu kejadian yang tidak biasa seperti perubahan manajemen, merger, atau restrukturisasi. Strategi ini juga seringkali dilakukan setelah strategi peningkatan laba pada periode sebelumnya. Karena sifat big bath yang tidak biasa dan tidak berulang, pemakai cenderung tidak memperhatikan dampak keuangannya. Hal ini memberikan kesempatan untuk menghapus semua hal buruk di masa lalu dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan laba di masa depan.

c. Perataan laba (Income smoothing)

Perataan laba merupakan bentuk umum manajemen laba. Pada strategi ini, manajer meningkatkan atau menurunkan laba yang dilaporkan untuk


(28)

14

mengurangi fluktuasinya. Perataan laba juga mencakup tidak melaporkan bagian laba pada periode baik dengan menciptakan cadangan atau “bank” laba dan kemudian melaporkan laba ini saat periode buruk. Banyak perusahaan menggunakan bentuk manajemen laba ini.

Praktek manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen ini dapat diminimumkan melalui suatu mekanisme monitoring untuk menyelaraskan ketidaksejajaran kepentingan pemilik dan manajemen. Mekanisme yang dianggap dapat digunakan untuk membatasi tindakan tersebut adalah mekanisme good corporate governance.

2.1.3.4 Pengukuran Manajemen Laba

Dechow et al (1995) telah mengevaluasi beberapa model untuk mendeteksi dan mengukur manajemen laba berdasarkan akrual. Berbagai model tersebut adalah :

1. Model Healy

Healy (1985) menguji manajemen laba dengan membandingkan rata-rata total akrual (diskala dengan lag total aset) antara variabel yang merupakan bagian manajemen laba. Model Healy dirumuskan sebagai berikut :

���� =��

dimana :

NDA = estimasi nondiscretionary accrual


(29)

15

T = t merupakan tahun subscript untuk tahun-tahun yang termasuk dalam periode estimasi

τ = tahun subscript yang menunjukkan suatu tahun dalam periode berjalan.

2. Model DeAngelo

DeAngelo (1986) menguji manajemen laba dengan memperhitungkan perbedaan pertama dalam total akrual, serta mengasumsikan bahwa perbedaan pertama mempunyai suatu nilai ekspektasi nol di bawah hipotesis nol yaitu tidak adanya manajemen laba. Nondiscretionary accrual

berdasarkan model DeAngelo dirumuskan sebagai berikut:

NDAt=TAt-1

3. Model Jones

Model Jones (1991) berusaha untuk mengontrol dampak perubahan ekonomi perusahaan terhadap nondiscretionary accrual. Model Jones untuk

nondiscretionary accrual dirumuskan sebagai berikut :

NDAt = α1(1/At-1) + α 2(ΔREVt)+ α 3(PPEt)

dimana :

ΔREVt= pendapatan tahun t dikurangi pendapatan tahun t-1 yang diskala oleh total aset pada tahun t-1

PPEt = peralatan dan properti pabrik tahun t yang diskala dengan total aset pada tahun t-1

At-1 = total aset pada t-1


(30)

16

4. Model Industri

Model industri berasumsi bahwa variasi-variasi yang terdapat dalam faktor-faktor penentu nondiscretionary accrual biasa terjadi pada perusahaan-perusahaan dalam industri yang sama. Model industri untuk nondiscretionary accrual dirumuskan sebagai berikut :

NDA t = γ 1 + γ 2 median t (TAt)

dimana :

median t (TAt) = nilai median dari total akrual yang diskala dengan lag aset untuk semua perusahaan non sample, yang sama dengan 2 digit kode SIC.

γ 1, γ 1 = parameter spesifik perusahaan

5. Model Jones yang Dimodifikasi

Model Jones yang dimodifikasi oleh Dechow, Sloan, dan Sweeney (1995) dirancang untuk mengurangi kecenderungan terjadinya kesalahan model Jones, ketika discretionary diterapkan pada pendapatan. Perubahan pendapatan disesuaikan dengan perubahan piutang, karena dalam pendapatan atas penjualan sudah tentu ada yang berasal dari penjualan secara kredit.Pengurangan terhadap nilai piutang untuk menunjukkan bahwa pendapatan yang diterima benar-benar merupakan pendapatan bersih (Dechow et al, 1995). Seperti yang dilakukan Jones (1991), perhitungan dilakukan dengan :

a. Mengukur total accrual dengan menggunakan model Jones yang dimodifikasi.


(31)

17

Total Accrual (TAC) = laba bersih setelah pajak (net income) – arus kas operasi (cash flow from operating)

b. Menghitung nilai accruals yang diestimasi dengan persamaan regresi OLS (Ordinary Least Square):

TAC

t/ At-1 = α1(1/ At-1) + α2((ΔREVt - ΔRECt) / At-1) + α3(PPEt / At-1) +e Dimana

TAC

t : total accruals perusahaan i pada periode t A

t-1 : total aset untuk sampel perusahaan i pada akhit tahun t-1 REV

t : perubahan pendapatan perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t REC

t : perubahan piutang perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t PPE

t :aktiva tetap perusahaan tahun t

c. Menghitung nondiscretionary accruals model (NDA) adalah sebagai berikut:

NDAt = α

1(1/ At-1) + α2((ΔREVt - ΔRECt) / At-1) + α3(PPEt / At-1 Dimana

NDAt : nondiscretionary accruals pada tahun t

α : fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi pada perhitungan

total accruals

d. Menghitung discretionary accruals

DACt : (TAC

t / At-1) - NDAt Dimana


(32)

18 2.1.4 Good Corporate Governance

2.1.4.1 Definisi Good Corporate Governance

Good corporate governance merupakan suatu aturan sistem dan seperangkat aturan mengenai pengelolaan perusahaan yang perlu diterapkan pada setiap perusahaan dan mengatur hubungan antara pihak yang berkepentingan dalam perusahaan. Good corporate gorvernance dimaksudkan untuk mengatur hubungan-hubungan antara pihak-pihak yang berkepentingan ini dalam rangka mencapai tujuan perusahaan dan mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan signifikan dalam strategi perusahaan dan untuk memastikan bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat di perbaiki dengan segera.

Menurut Cadbury (1922 dalam Agoes dan Ardana, 2013), “Good corporate governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka”.

Good corporate governance adalah sistem dan struktur untuk mengelola perusahaan dengan tujuan meningkatkan nilai pemegang saham (stakeholder’s value) serta mengalokasikan berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan seperti kreditor, supplier, asosiasi usaha, konsumen, pekerja, pemerintah dan masyarakat luas (Tangkilisan, 2003).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa good corporate governance merupakan suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran dewan komisaris, dewan direksi, pemegang saham, dan para


(33)

19 stakeholder lainnya untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memerhatikan kepentingan stakeholder lainnya. Pelaksanaan good corporate governance dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan cara meningkatkan kinerja keuangan, mengurangi risiko yang mungkin dilakukan oleh dewan komisaris dengan keputusan-keputusan yang menguntungkan diri sendiri dan umumnya good corporate governance dapat meningkatkan kepercayaan investor.

2.1.4.2 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance

Komitmen dari seluruh jajaran pengurus perusahaan hingga pegawai yang terendah untuk melaksanakan ketentuan yang terdapat dalam good corporate governance merupakan faktor penentu terlaksananya good corporate governance

dalam perusahaan, maka dari itu seluruh karyawan wajib untuk menjunjung tinggi prinsip good corporate governance. National Committee on Governance (2006 dalam Agoes dan Ardana, 2013) mengemukakan lima prinsip good gorporate governance yaitu: Transparansi (Transparancy), Akuntabilitas (Accountability), Tanggung jawab (Responsibility), Independensi (Independency) dan Kesetaraan (Fairness).

1. Transparansi (Transparancy)

Transparansi adalah adanya pengungkapan suatu informasi yang terbuka, tepat waktu, dan jelas serta dapat dibandingkan dengan keadaan yang menyangkut tentang keuangan, pengelolaan perusahaan dan kepemilikan perusahaan. Perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan


(34)

20

mudah dipahami untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lain.

2. Akuntabilitas (Accountability)

Akuntabilitas dimaksudkan sebagai prinsip dimana para pengelola berkewajiban untuk membina sistem akuntansi yang efektif untuk menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Akuntabilitas menekankan pada pentingnya penciptaan sistem pengawasan yang efektif berdasarkan pembagian kekuasaan antara dewan komisaris, dewan direksi, dan pemegang saham yang meliputi monitoring, evaluasi, dan pengendalian terhadap manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham dan pihak-pihak berkepentingan lainnya. Perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain, agar perusahaan mampu mempertanggung jawabkan kinerjanya secara jelas dan transparan kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi tersebut, karena akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

3. Tanggung jawab (Responsibility)

Prinsip Tanggung jawab adalah prinsip di mana para pengelola wajib memberikan pertanggungjawaban atas semua tindakan dalam mengelola perusahaan kepada para pemangku kepentingan sebagai wujud kepercayaan yang diberikan kepadanya. Prinsip ini menunjukkan adanya kesesuaian


(35)

21

(kepatuhan) di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat seta peraturan perundangan yang berlaku. Prinsip ini diwujudkan dengan kesadaran bahwa tanggung jawab merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang, menyadari akan adanya tanggung jawab sosial, menghindari penyalahgunaan wewenang kekuasaan, menjadi profesional dan menjunjung etika dan memelihara bisnis yang kuat.

4. Independensi (Independency)

Prinsip Independesi atau kemandirian merupakan prinsip yang mengatur tentang pengelolaan perusahaan secara profesional tanpa pengaruh/tekanan dari pihak manapun. Upaya melancarkan asas good corporate governance

dilakukan dengan mengelola perusahaan secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Independensi diperlukan untuk menghindari adanya potensi konflik kepentingan yang mungkin timbul oleh para pemegang saham mayoritas. Mekanisme ini menuntut adanya rentang kekuasaan antara komposisi komite dalam komisaris, dan pihak luar seperti auditor. Keputusan yang dibuat dan proses yang terjadi harus objektif tidak dipengaruhi oleh kekuatan pihak-pihak tertentu.

5. Kesetaraan (Fairness)

Prinsip kesetaraan (Fairness) merupakan prinsip perlakuan yang adil bagi seluruh pemegang saham. Keadilan yang diberikan merupakan perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing dari kecurangan, dan kesalahan


(36)

22

perilaku insider. Perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya.

2.1.4.3 Manfaat dan Tujuan Good Corporate Governance

Menurut Gunarsih (2003 dalam Hardikasari, 2011) “esensi corporate governance adalah peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen terhadap

shareholder dan pemakai kepentingan lainnya, berdasarkan kerangka aturan dan peraturan yang berlaku”. Good corporate governance dapat memberikan kerangka acuan yang memungkinkan pengawasan berjalan efektif.

Beberapa manfaat penerapan good corporate governance adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan dengan lebih baik, serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders,

2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehingga dapat lebih meningkatkan nilai perusahaan (corparate value),

3. Mengurangi agency cost, yaitu biaya yang harus ditanggung pemegang saham sebagai akibat pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen, 4. Meningkatkan nilai saham perusahaan sehingga dapat meningkatkan citra

perusahaan kepada publik lebih luas dalam jangka panjang,

5. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.


(37)

23

Tujuan good corporate governance adalah sebagai berikut : 1. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham,

2. Melindungi hak dan kepentingan para anggota stakeholder non pemegang saham,

3. Meningkatkan nilai perusahaan dan pemegang saham,

4. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja dewan pengurus atau board of directors dan manajemen perusahaan,

5. Meningkatkan mutu hubungan board of directors dengan manajemen senior perusahaan.

2.1.4.4 Implementasi Good Corporate Governance

Implementasi terhadap prinsip-prinsip good corporate governance di Indonesia telah diatur dalam beberapa undang-undang dan peraturan. Peraturan dan undang-undang berupaya untuk mendorong berbagai perusahaan untuk melaksanakan prinsip-prinsip good corporate governance dalam melakukan kegiatan operasional perusahaan tersebut. Dalam Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara, menekankan kewajiban bagi BUMN untuk menerapkan good corporate governance secara konsisten dan atau menjadikan prinsip-prinsip good corporate governance sebagai landasan operasionalnya, yang pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan


(38)

24

kepentingan stakeholders lainnya, dan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika.

Pelaksanaan prinsip Transparansi (Transparancy) dilakukan agar perusahaan senantiasa menjaga dan meningkatkan pengungkapan suatu informasi yang terbuka, tepat waktu, dan jelas serta dapat dibandingkan dengan keadaan yang menyangkut tentang keuangan dan informasi non keuangan. Akuntabilitas (Accountablity) dengan menekankan pentingnya penciptaan sistem pengawasan yang efektif berdasarkan pembagian kekuasaan antara komisaris, direksi, dan pemegang saham yang meliputi monitoring, evaluasi, dan pengendalian terhadap manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham dan pihak-pihak berkepentingan lainnya. Tanggung jawab (Responsibility) untuk menunjukkan adanya kesesuaian (kepatuhan) di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat seta peraturan perundangan yang berlaku.

Independensi (Independency) dilakukan agar perusahaan dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain serta untuk menghindari adanya potensi konflik kepentingan yang mungkin timbul oleh para pemegang saham mayoritas. Pelaksanaan kesetaraan (Fairness) dilakukan agar perusahaan senantiasa memberikan perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing dari kecurangan, dan kesalahan perilaku insider. Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dilakukan agar menghasilkan kinerja yang efektif dan


(39)

25

efisien dalam suatu perusahaan. Menghasilkan kinerja yang efektif dan efisien dibutuhkan suatu bentuk komitmen dan kesadaran penuh dari seluruh jajaran organ perusahaan untuk menjalankan kegiatan perusahaan berdasarkan sistem tata kelola perusahaan yang baik.

2.1.5 Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah jumlah persentase hak suara yang dimiliki oleh institusi (Beiner et al dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Kemampuan manajer perusahaan untuk mengelola laba secara oportunistik dapat dibatasi oleh efektivitas pengawasan oleh para shareholder khususnya investor institusional.

Kepemilikan institusional diukur sebagai persentase saham yang dimiliki oleh lembaga yang diungkapkan dalam laporan keuangan tahunan. Adanya kepemilikan saham institusional dalam perusahaan dapat membantu untuk meningkatkan pembiayaan jangka panjang dengan biaya yang menguntungkan. Para investor institusional bertindak sebagai sumber utang jangka panjang karena mereka bersedia memberi pinjaman kepada perusahaan yang membutuhkan dana. Para investor institusional dapat berfungsi sebagai perangkat pemantauan yang efektif atas keputusan-keputusan strategis perusahaan.

Melalui mekanisme kepemilikan institusional, efektivitas pengelolaan sumber daya perusahaan oleh manajemen dapat diketahui dari informasi yang dihasilkan melalui reaksi pasar atas pengumuman laba. Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif.


(40)

26 2.1.6 Komite Audit

Keberadaan komite audit melalui surat edaran Bapepam Nomor SE03/PM/2002. Dalam pelaksanaan tugasnya komite audit mempunyai fungsi membantu dewan komisaris untuk:

1. Meningkatkan kualitas laporan keuangan,

2. Menciptakan kedisiplinan dan pengendalian yang dapat mengurangi kesempatan terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan. 3. Meningkatkan efektivitas fungsi internal audit maupun eksternal audit. 4. Mengindentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian dewan komisaris.

Komite audit mempunyai peran yang penting dan strategis dalam hal memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan, menjaga terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta dilaksanakannya

good corporate governance. Dengan berjalannya fungsi komite audit secara efektif, maka control terhadap perusahaan akan lebih baik sehingga konflik keagenan yang terjadi akibat keinginan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan sendiri dapat diminimalisasi.

2.1.7 Dewan Komisaris Independen

Pengertian komisaris menurut Emirzon ( dalam Wulandari 2013) adalah lembaga yang bertugas mengawasi atau mengontrol jalannya perusahaan yang dipimpin oleh dewan direksi. Pembentukan Komisaris Independen ini didasarkan oleh keinginan untuk memberikan perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dalam PT terbuka dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance) perusahaan tercatat wajib


(41)

27

memiliki Komisaris Independen yang jumlahnya secara proporsional sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan Pemegang Saham Pengendali.

Proporsi dewan komisaris independen dalam mekanisme good corporate governance berperan penting tidak hanya melihat kepentingan pemilik tetapi juga kepentingan perusahaan secara umum. Karakteristik dewan komisaris khususnya komposisi dewan komisaris independen dapat menjadi suatu mekanisme yang menentukan tindakan manajemen laba. Dewan komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang good corporate governance. Jika fungsi independensi dewan direksi cenderung lemah, maka ada kecenderungan terjadinya moral hazard yang dilakukan oleh para direktur perusahaan untuk kepentingannya melalui pemilikan perkiraan-perkiraan akrual yang berdampak pada manajemen laba.

2.1.8 Ukuran Dewan Komisaris

Dewan komisaris merupakan mekanisme penggendalian intern tertinggi yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen punjak. Berdasarkan Bursa Efek Jakarta (BEJ) Nomor: Kep-315/BEJ/06 (2000 dalam sari, 2010) “mengharuskan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk memiliki dewan komisaris yang memonitor perusahaan agar tercipta Good Corporate Governance di Indonesia”. Artinya Dewan Komisaris merupakan organ perusahaan yang bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi serta memastikan bahwa perusahaan telah melaksanakan GCG.


(42)

28

Ukuran dewan komisaris yang dimaksud disini adalah banyaknya jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan. Ukuran dewan komisaris menentukan tingkat keefektifan pemantauan kinerja perusahaan. Menurut Chtourou (2001 dalam Sari, 2010) “jumlah dewan yang semakin besar maka mekanisme monitoring manajemen perusahaan akan semakin baik”.

2.1.9 Ukuran Dewan Direksi

Dewan direksi dalam suatu perusahaan akan menentukan kebijakan yang akan diambil atau strategi perusahaan tersebut secara jangka pendek maupun jangka panjang. Dewan direksi juga merupakan salah satu indikator dalam pelaksanaan good corporate governance yang bertugas dan bertanggungjawab untuk menjalankan manajemen perusahaan.

2.1.10 Konvergensi IFRS

International Financial Reporting Standards (IFRS) adalah standar, interpretasi dan kerangka kerja dalam rangka Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan yang diadopsi oleh International Accounting Standards Board (IASB). Banyak standar membentuk bagian dari IFRS. Sebelumnya IFRS ini lebih dikenal dengan nama International Accounting Standards (IAS) (Lestari, 2012).

Seperti yang diungkapkan dalam Media Akuntansi (2005) (Pangabean,2007 dalam Wardhani 2009) IFRS telah diterapkan oleh sejumlah negara di dunia, dengan tingkat adopsi yang berbeda-beda. Adopsi IFRS dapat dilakukan dalam lima tingkatan, yaitu:

1. Full adoption, dimana suatu negara mengadopsi seluruh produk IFRS dan menerjemahkannya secara word by word.


(43)

29

2. Adapted, dimana suatu Negara mengadopsi seluruh IFRS tetapi disesuaikan dengan kondisi suatu negara.

3. Piecemeal, dimana suatu negara mengadopsi sebagian nomor IFRS yaitu nomor standar tertentu dan memilih paragraf tertentu saja.

4. Referenced, dimana suatu negara menjadikan IFRS sebagai referensi dalam pembentukan standar yang dibuat sendiri oleh badan pembuat standar.

5. Not adoption at all, dimana suatu negara sama sekali tidak mengadopsi IFRS. Lestari (2012) menyebutkan manfaat adopsi IFRS adalah sebagai berikut: a. Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan Standar

Akuntansi Keuangan yang dikenal secara internasional (enhance comparability).

b. Meningkatkan arus investasi global melalui transparansi.

c. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal secara global.

d. Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan.

e. Meningkatkan kualitas laporan keuangan, dengan antara lain, mengurangi kesempatan untuk melakukan earning management.

Kustina (2012) menyatakan konvergensi IFRS dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu:

1. Tahap adopsi (2008 - 2011) yang meliputi adopsi seluruh IFRS ke PSAK, persiapan infrastruktur yang diperlukan, evaluasi dan kelola dampak adopsi terhadap PSAK yang berlaku.


(44)

30

2. Tahap persiapan akhir (2011) yaitu penyelesaian infrastruktur yang diperlukan.

3. Tahap implementasi (2012) yaitu penerapan pertama kali PSAK yang sudah mengadopsi seluruh IFRS dan evaluasi dampak penerapan PSAK secara komprehensif.

Berdasarkan roadmap tersebut maka Indonesia telah memasuki tahap persiapan akhir di tahun 2011 setelah sebelumnya melalui tahap adopsi (2008 – 2010). Berikut ini Tabel perkembangan konvergensi PSAK ke IFRS:

Tabel 2.1

Perkembangan Konvergensi PSAK Ke IFRS Tahap Adopsi

(2008 – 2010)

Tahap Persiapan Akhir (2011)

Tahap Implementasi

(2012)

Adopsi seluruh IFRS ke PSAK

Penyelesaian persiapan infrastruktur yang diperlukan

Penerapan PSAK berbasis IFRS secara bertahap

Persiapan infrastruktur yang diperlukan

Penerapan secara bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS

Evaluasi dampak penerapan PSAK secara komprehensif

Evaluasi dan kelola dampak adopsi terhadap PSAK yang berlaku

Kustina (2012) juga menyebutkan bahwa Perusahaan BUMN sebagai perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik dipersyaratkan oleh regulasi untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan standar, serta untuk dapat mengimplementasikan IFRS perusahaan harus menyiapkan sumber daya manusia


(45)

31

dan dana yang cukup untuk melakukan pemutakhiran sistem dan SOP yang saat ini telah ada.

Komitmen pimpinan perusahaan juga diperlukan untuk mendukung proses implementasi IFRS tersebut. Besarnya komitmen pimpinan terkadang dipengaruhi oleh kepedulian stakeholder pengguna laporan keuangan. Kementerian BUMN sebagai stakeholder utama BUMN sangat mempengaruhi bagaimana proses implementasi PSAK baru ini dalam perusahaan.

Secara garis besar Kustina (2012) membagi dampak konvergensi IFRS menjadi empat bagian, yaitu:

1. Dampak IFRS pada sistem akuntansi

Adanya peningkatan penggunaan nilai wajar (fair value), adanya penggunaan ” judgment” karena karakteristik IFRS yang lebih berbasis prinsip (principle based) sedangkan PSAK merupakan rule based, danpenggunaan persyaratan pengungkapan yang akan lebih banyak, baik kualitatif maupun kuantitatif. 2. Dampak IFRS pada sistem informasi perusahaan

Hal ini disebkan karena dengan konvergensi IFRS menyebabkan perbedaan standar yang signifikan antara IFRS dan standar yang berlaku sebelumnya. 3. Dampak IFRS pada sumber daya manusia pada perusahaan

Penerapan IFRS membutuhkan sumber daya profesional yang memiliki kemampuan untuk melakukan judgment dalam menggunakan standar IFRS, baik dalam hal mempersiapkan laporan keuangan maupun dalam hal pengauditan.


(46)

32

4. Dampak IFRS pada sistem organisasi perusahaan

Penerapan IFRS tidak hanya mengubah cara organisasi membuat laporan keuangan, namun juga mengubah bagaimana perusahaan menjalankan bisnisnya. Diperlukan pengendalian internal khususnya yang terkait dengan pelaporan keuangan agar perusahaan dapat memnuhi semua persyaratan yang ditetapkan.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini juga pernah di angkat sebagai topik penelitian oleh beberapa peneliti sebelumnya. Maka peneliti juga diharuskan untuk mempelajari penelitian-penelitian terdahulu atau sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti dalam melakukan penelitian ini.

Penelitian yang dilakukan Ningsaptiti pada tahun 2010 dengan judul “Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba”, dengan manajemen laba sebagai variabel dependen dan variabel independen terdiri dari ukuran perusahaan, konsentrasi kepemilikan, dewan komisaris, spesialisasi industri KAP, komite audit. Penelitian ini dilakukan dengan sampel 37 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2006-2008. Hasil dari penelitian ini menunjukkan ukuran perusahaan, konsentrasi kepemilikan, dan spesialisasi industri KAP berpengaruh signifikan secara parsial terhadap manajemen laba, sedangkan dewan komisaris dan komite audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba.

Selanjutnya pada penelitian Suryani (2010) “Pengaruh Mekanisme


(47)

33

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI” . Penelitian ini mengambil 55 sampel dari 137 populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2008. Variabel dependen dari penelitian ini adalah manajemen laba dan variabel independen yang digunakan adalah kepemilikan intitusional, kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, komposisi dewan komisaris, komite audit dan ukuran perusahaan. Dari penelitian ini disimpulkan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan ukuran perusahaan berpengaruh negative signifikan terhadap manajemen laba sedangkan komite audit dan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Pada penelitian Ujianto & Pramuka (2007) dengan judul “Mekanisme

Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan”. Disimpulkan kepemilikan institusional dan jumlah dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan kepemilikan manajerial berpengaruh negatif signifikan dan proporsi dewan komisaris berpengaruh positif signifikan. Secara bersama-sama variabel berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Pada penelitian yang dilakukan Herawaty dan Guna (2010) dengan judul “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit, dan Faktor Lainnya Terhadap Manajemen Laba” disimpulkan bahwa laverage, kualita audit, dan profitabilitas berpengaruh terhadap manaejemen laba. Sedangkan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, independensi auditor dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.


(48)

34

Cahyati pada tahun 2011 dalam jurnal akuntansi keuangan volume 1 No.2, januari 2011 dengan judul “Peluang Manajemen Laba Pasca Konvergensi IFRS” menyimpulkan bahwa secara teoritis konvergensi IFRS diharapkan mengurangi manajemen laba yang dilakukan perusahaan karena standar IFRS yang berbasis prinsip, lebih condong pada penggunaan nilai wajar, dan pengungkapan yang lebih banyak dan rinci diharapkan dapat mengurangi manajemen laba.

Penelitian Winayu pada tahun 2013 dengan judul “Manajemen Laba Sesudah dan Sebelum Konvergensi IFRS”, pada penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan manajemen laba sebelum dan sesudah IFRS diterapkan. Pada penelitian Marsono (2013) yang berjudul “Analisis Komparasi Kualitas Informasi Akuntansi Sebelum dan Sesudah Pengadopsian Penuh IFRS di Indonesia” disimpulkan bahwa kualitas akuntansi sebelum dan sesudah pengadopsian penuh IFRS menunjukkan tidak adanya perbedaan ini disebabkan oleh faktor infrastruktur. Infrastruktur disini meliputi DSAK (Dewan Standar Akuntansi Keuangan) sebagai financial accounting standard setter di Indonesia, kondisi peraturan perundang-undangan yang belum tentu sinkron dengan IFRS serta kurang siapnya sumber daya manusia dan dunia pendidikan di Indonesia.

Penelitian oleh Rudra pada tahun 2012 dengan judul “Does IFRS Influence Earnings Management? Evidence From India” juga menyimpulkan bahwa penerapan IFRS tidak menjamin akan kualitas laporan keuangan. Penelitian Widyawati dan Angraita (2013) yang berjudul “Pengaruh Konvergensi IFRS Efektif Tahun 2011, Kompleksitas Akuntansi, dan Probitabilitas Kebangkrutan Perusahaan Terhadap Timeliness dan Manajemen Laba”


(49)

35

menyimpulkan Konvergensi IFRS dalam PSAK yang efektif di tahun 2011 memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap tingkat manajemen laba, kompleksitas akuntansi tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat manajemen laba , dan perusahaan dengan status probabilitas kebangkrutan memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap tingkat manajemen laba.

Penelitian Trisanti (2012) “The Effect of IFRS Adoption on Income Smoothing Practices by Indonesian Listed Firms” menyimpulkan bahwa perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di BEI telah berkurang sejak diterapkannya IFRS. Trisanti juga menyebutkan bahwa regulator dan pembuat standar di Indonesia harus menyadari bahwa tantangan besar tidak hanya untuk mengeluarkan standar dan peraturan tetapi untuk memastikan bahwa mereka dapat dengan baik disosialisasikan, diimplementasikan dan diawasi.

Penelitian Rusmin dalam Jurnal bisnis dan akuntansi (2011) dengan judul “Internal Governance Monitoring and Earnings Quality”, disimpulkan bahwa komisaris independen berpengaruh negatif signifikan terhadap kualitas laba. Selanjutnya pada penelitian Fidio, Ibikunle, dan Oba (2013) dengan judul “Corporate governance Mechanism and reported Earnings Quality in Listed Nigerian Insurance Firm” juga disimpulkan komisaris independen, dewan komisaris dan komite audit berpengaruh negatif terhadap kualitas laba.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah penelitian terdahulu menggunakan komponen good corporate governance sebagai variabel independen dan manajemen laba sebagai variabel dependen, dan konvergensi IFRS sebagai variabel independen dan manajemen laba sebagai


(50)

36

variabel dependen sementara pada penelitian ini peneliti mengggunakan komponen good corporate governance dan konvergensi IFRS sebagai variabel independen dan manajemen laba sebagai variabel dependen.

Selain itu perusahaan yang dijadikan sampel pada penelitian sebelumnya adalah perusahaan manufaktur, perusahaan perbankan, perusahaan asuransi, sedangkan pada penelitian ini peneliti menggunakan perusahaan BUMN sebagai sampel penelitian. Perusahaan BUMN sebagai perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah diharapkan dapat menunjukkan penerapan good corporate governance

dan konvergensi IFRS yang baik, sehingga diharapkan dapat mengurangi praktik manajemen laba (earnings management).

Berikut ini disajikan table penelitian terdahulu:

Table 2.2 Penelitian terdahulu No. Nama Peneliti dan

Judul Penelitian

Variabel

Penelitian Hasil Penelitian

1. Ningsaptiti (2010) “Anallisis Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Mekanisme Good Corporate

Governance Terhadap Manajemen Laba” Dependen: 1. Manajemen laba Independen: 1. Ukuran perusahaan 2. Konsentrasi kepemilikan 3. Dewan komisaris 4. Spesialisasi industri KAP 5. Komite audit

Ukuran perusahaan,

konsentrasi kepemilikan, dan spesialisasi industri KAP berpengaruh signifikan secara parsial terhadap manajemen laba, sedangkan dewan komisaris dan komite audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba.

2. Suryani (2010) “Mekanisme Good Corporate

Governance dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Dependen: 1. Manajemen laba Independen: 1. Kepemilikan institusional Kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan ukuran perusahaan

berpengaruh negatif signifikan secara parsial terhadap manajemen laba,


(51)

37

Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”

2. Kepemilikan manajerial 3. Ukuran dewan

komisaris 4. Komposisi

dewan komisaris 5. Komite audit 6. Ukuran

perusahaan

sedangkan komite audit dan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

3. Ujiyanto & Pramuka (2007)

“Mekanisme

Corporate Governance,

Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan” Dependen: 1. Manajemen Laba Independen: 1. Kepemilikan Institusional 2. Kepemilikan Manajerial 3. Dewan Komisaris Independen 4. Ukuran Dewan Komisaris Kepemilikan institusional dan jumlah dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan kepemilikan manajerial berpengaruh negatif signifikan dan proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif signifikan. Secara bersama-sama variabel berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. 4. Herawaty & I Guna

(2010) “Pengaruh

Mekanisme Good Corporate

Governance,

Independensi Auditor, Kualitas Audit dan Faktor Lainnya Terhadap Manajemen Laba” Dependen: 1. Manajemen laba Independen: 1. Kepemilikan institusional 2. Kepemilikan manajemen 3. Komite audit 4. Komisaris

independen 5. Kualitas audit 6. Leverage

7. Profitabilitas 8. Ukuran

perusahaan

Leverage, kualitas audit, dan profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, komite audit, komisaris independen, independensi dan ukuran perusahaan tidak

berpengaruh terhadap manajemen laba.

5. Cahyati (2011) “Peluang Manajemen Laba Pasca Konvergensi IFRS” Dependen: 1. Manajemen Laba Independen: 1. Konvergensi IFRS

Secara teoritis menyimpulkan standar IFRS yang berbasis prinsip, lebih condong pada penggunaan nilai wajar, dan pengungkapan yang lebih banyak dan rinci diharapkan


(52)

38

dapat mengurangi

manajemen laba. Jadi secara teoritis konvergensi IFRS diharapkan mengurangi manajemen laba yang dilakukan perusahaan. 6. Winayu (2013)

“Manajemen Laba Sesudah dan Sebelum Konvergensi IFRS” Dependen: 1. Manajemen Laba Independen: 1. Konvergensi IFRS

Hasil pengujian yang dilakukan pada perusahaan selain bank dan lembaga keuangan menunjukkan ada beda manajemen laba sebelum dan sesudah IFRS diterapkan, namun

mengindikasikan tidak membuat praktik manajemen laba berkurang.

7. Marsono (2013) “Analisis Komparasi Kualitas Informasi Akuntansi Sebelum dan Sesudah

Pengadopsian Penuh IFRS di Indonesia”

Dependen: 1. Kualitas informasi (manajemen laba, pengakuan kerugian tepat waktu, dan metrics niali akuntansi). Independen: 1. Konvergensi IFRS

Tidak ada perbedaan kualitas informasi sesudah dan sebelum pengadopsian IFRS, hal ini disebabkan faktor infrastruktur yang belum memadai.

8. Rudra (2012)

“Does IFRS Influence Earnings

Management?

Evidence From India”

Dependen : 1. Manajemen Laba Independen: 1. Pengadopsian IFRS Variabel kontrol: 1. Laverage 2. Ukuran Perusahaan 3. Kepemilikan Investor Asing 4. Market-to-book ratio

Penerapan IFRS tidak menjamin akan kualitas laporan keuangan.

Perusahaan dengan market-to-book ratio yang tinggi cenderung melakukan praktik manajemen laba, laverage , ukuran perusahaan dan kepemilikan investor asing tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.


(1)

88

Daftar populasi dan sampel penelitian

No

Kode

Perusahaan

Kriteria Sampel

Sampel

2011

2012

2013

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1

ADHI

PT Adhi Karya Tbk

x

-

2

ANTM PT Aneka Tambang Tbk

1

3

BBNI

PT Bank Negara Indonesia Tbk

2

4

BBRI

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk

3

5

BBTN

PT Bank Tabungan Negara Tbk

x

-

6

BMRI

PT Bank Mandiri Tbk

4

7

GIAA

PT Garuda Indonesia Tbk

5

8

INAF

PT Indofarma Tbk

6

9

JSMR

PT Jasa Marga Tbk

7

10

KAEF

PT Kimia Farma Tbk

8

11

KRAS

PT Krakatau Steel Tbk

9

12

PGAS

PT Perusahaan Gas Negara Tbk

10

13

PTBA

PT Bukit Asam Tbk

x

-

14

PTPP

PT Pembangunan Perumahan Tbk

x

-

15

SMBR PT Semen Batu Raja Tbk

x

-

16

SMGR PT Semen Indonesia Tbk

11

17

TINS

PT Timah Tbk

12

18

TLKM PT Telekomunikasi Indonesia Tbk

13

19

WIKA

PT Wijaya Karya Tbk

x

-

20

WSKT PT Waskita Karya Tbk

x x x x

-

Lampiran 2

Sampel Penelitian

No

Kode

Perusahaan

1

ANTM

PT Aneka Tambang Tbk

2

BBNI

PT Bank Negara Indonesia Tbk

3

BBRI

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk

4

BMRI

PT Bank Mandiri Tbk

5

GIAA

PT Garuda Indonesia Tbk

6

INAF

PT Indofarma Tbk

7

JSMR

PT Jasa Marga Tbk

8

KAEF

PT Kimia Farma Tbk

9

KRAS

PT Krakatau Steel Tbk

10

PGAS

PT Perusahaan Gas Negara Tbk

11

SMGR

PT Semen Indonesia Tbk

12

TINS

PT Timah Tbk


(2)

89

Lampiran 3

Data Variabel Penelitian

NO KODE PERUSA HAAN KEPEMILI KAN INSTITUSI ONAL KOMITE AUDIT KOMISA RIS INDEPEN DEN UKURAN DEWAN KOMISA RIS UKURAN DEWAN DIREKSI KONVER GENSI IFRS MANAJEMEN LABA

1

ANTM

0,114

7

0,33 6

6

3,529

-0,011597065

2

BBNI

0,0628

4

0,57 7

11

3,412

-0,04663409

3

BBRI

0,059

6

0,5 6

10

3,235

-0,002733332

4

BMRI

0,0813

2

0,57 7

11

3,235

-0,025733715

5

GIAA

0,1578

5

0,4 5

7

3,118

0,039444028

6

INAF

0,0929

5

0,2 5

5

2,294

-0,078150254

7

JSMR

0,1313

4

0,33 6

5

3,142

-0,026898548

8

KAEF

0,097

3

0,4 5

5

2,765

0,010235172

9

KRAS

0,1989

3

0,4 5

6

2,412

-0,017388272

10

PGAS

0,06

5

0,4 5

11

2,412

0,069106898

11

SMGR

0,0807

4

0,33 6

7

2,882

-0,182066882

12

TINS

0,1435

7

0,5 6

5

3,353

-0,051070497

13

TLKM

0,0673

6

0,4 5

8

3,059

-0,309736629

14

ANTM

0,109

6

0,33 6

6

3,529

0,070147631

15

BBNI

0,0498

4

0,57 7

11

3,706

-0,011603516

16

BBRI

0,0596

8

0,5 8

11

3,706

0,089717745

17

BMRI

0,0673

4

0,57 7

11

3,706

0,00238116

18

GIAA

0,1593

4

0,33 6

8

3,706

-0,186190566

19

INAF

0,0667

7

0,5 4

5

2,882

0,000229445

20

JSMR

0,1251

4

0,29 7

5

3,706

-0,014080944

21

KAEF

0,097

2

0,4 5

5

3,235

-0,060631672

22

KRAS

0,1999

3

0,4 5

6

3,059

-0,081834568

23

PGAS

0,0309

5

0,33 6

7

3

-0,024438473

24

SMGR

0,0705

5

0,5 6

7

3,529

0,572944529

25

TINS

0,1252

4

0,5 6

6

3,706

-0,222208888

26

TLKM

0,0651

6

0,4 5

8

3,706

-0,064478783

27

ANTM

0,126

6

0,33 6

6

3,529

-0,045758846

28

BBNI

0,1177

4

0,57 7

10

3,706

0,028510768

29

BBRI

0,0755

8

0,5 8

11

3,706

0,030326319

30

BMRI

0,0832

6

0,57 7

11

3,706

-0,001891028

31

GIAA

0,1981

4

0,4 5

8

3,706

-0,123923289

32

INAF

0,0667

6

0,5 4

4

2,882

0,015515936

33

JSMR

0,1471

3

0,33 6

5

3,706

-0,036196271

34

KAEF

0,0981

3

0,4 5

5

3,235

-0,066514021

35

KRAS

0,1999

4

0,4 5

6

3,059

-0,156811997

36

PGAS

0,0309

5

0,33 6

6

3,353

-0,040292138

37

SMGR

0,0993

6

0,33 6

7

3,529

-0,166971982

38

TINS

0,2847

4

0,5 6

6

3,706

0,104945577

39

TLKM

0,0773

5

0,3333 6

8

3,706

-0,311335291


(3)

90

Perbandingan PSAK dengan IFRS

No

Standard

PSAK

IFRS

1.

Presentation of financial statements

PSAK 1

IAS 1

2.

Cash flow statement

PSAK 2

IAS 7

3.

Fundamental errors and changes in accounting policies

PSAK 25

IAS 18

4.

Event after balance sheet date

PSAK 8

IAS 10

5.

Segment reporting

PSAK 5

IFRS 8

6.

Property, plant, and equipment

PSAK 16

IAS 16

7.

Employee benefit

PSAK 24

IAS 19

8.

The effect of change in foreign exchange rate

PSAK 10

IAS 21

9.

Business combination

PSAK 22

IFRS 3

10.

Related party disclosure

PSAK 7

IAS 24

11.

Consolidated financial statement

PSAK 4

IAS 27

12.

Accounting for investment associate

PSAK 15

IAS 28

13.

Interim financial reporting

PSAK 3

IAS 24

14.

Impairment of assets

PSAK 48

IAS 36

15.

Intangible assets

PSAK 19

IAS 38

16.

Revenue recognition

PSAK 23

IAS 18

17.

Financial instrument

PSAK 50

IAS 32

Lampiran 5

HASIL UJI STATISTIK DESKRIPTIF

Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation Variance MANAJEMEN LABA 39 ,88 -,31 ,57 -,0342 ,13866 ,019

KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL

39 ,25 ,03 ,28 ,1071 ,05453 ,003

KOMITE AUDIT 39 6,00 2,00 8,00 4,7949 1,50752 2,273

KOMISARIS INDEPENDEN

39 ,37 ,20 ,57 ,4216 ,09607 ,009

UKURAN DEWAN KOMISARIS

39 4,00 4,00 8,00 5,8718 ,95089 ,904

UKURAN DEWAN DIREKSI

39 7,00 4,00 11,00 7,3333 2,29798 5,281

KONVERGENSI IFRS 39 1,41 2,29 3,71 3,3219 ,40744 ,166

Valid N (listwise) 39


(4)

91

Lampiran 6

HASIL UJI NORMALITAS


(5)

92

Lampiran 7

HASIL UJI

KOLMOGOROV-SMIRNOV

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 39

Normal Parametersa,b Mean ,0000000 Std. Deviation ,12554636 Most Extreme Differences Absolute ,214

Positive ,214

Negative -,140

Kolmogorov-Smirnov Z 1,335

Asymp. Sig. (2-tailed) ,567

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Lampiran 8

HASIL UJI MULTIKOLONIERITAS

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) -,219 ,214

KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL -,081 ,468 -,032 ,755 1,325 KOMITE AUDIT ,010 ,016 ,109 ,874 1,144 KOMISARIS INDEPENDEN ,697 ,299 ,483 ,598 1,673 UKURAN DEWAN KOMISARIS ,039 ,032 ,268 ,529 1,892 UKURAN DEWAN DIREKSI -,020 ,015 -,335 ,406 2,465 KONVERGENSI IFRS -,069 ,065 -,202 ,709 1,411 a. Dependent Variable: MANAJEMEN LABA

Lampiran 9

HASIL UJI HETEROKEDASTISITAS


(6)

93

Lampiran 10

HASIL UJI AUTOKORELASI

Runs Test

Unstandardized Residual Test Valuea ,00457 Cases < Test Value 19 Cases >= Test Value 20

Total Cases 39

Number of Runs 24

Z ,978

Asymp. Sig. (2-tailed) ,328 a. Median

Lampiran 11

HASIL UJI HIPOTESIS

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -,219 ,214 -1,024 ,313 KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL -,081 ,468 -,032 -,173 ,864 KOMITE AUDIT ,010 ,016 ,109 ,638 ,528 KOMISARIS INDEPENDEN ,697 ,299 ,483 2,332 ,026 UKURAN DEWAN KOMISARIS ,039 ,032 ,268 1,216 ,233 UKURAN DEWAN DIREKSI -,020 ,015 -,335 -1,335 ,191 KONVERGENSI IFRS -,069 ,065 -,202 -1,065 ,295

Dependent Variable: MANAJEMEN LABA

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression ,132 6 ,022 1,172 ,346a

Residual ,599 32 ,019

Total ,731 38

a. Predictors: (Constant), KONVERGENSI IFRS, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KOMITE AUDIT, KOMISARIS INDEPENDEN, UKURAN DEWAN KOMISARIS, UKURAN DEWAN DIREKSI

b. Dependent Variable: MANAJEMEN LABA

Lampiran 12

HASIL UJI KOEFISIEN DETERMINASI

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,424a ,180 ,026 ,13681

b. Predictors: (Constant), KONVERGENSI IFRS, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KOMITE AUDIT, KOMISARIS INDEPENDEN, UKURAN DEWAN KOMISARIS, UKURAN DEWAN DIREKSI


Dokumen yang terkait

Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 102 87

Analisis Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011

0 46 93

Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011

0 51 83

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 67 73

Analisis Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance dan leverage terhadap Manajeman laba pada perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode tahun 2011-2013

0 2 102

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN BUMN YANG TELAH GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

1 7 95

Analisis Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance dan leverage terhadap Manajeman laba pada perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode tahun 2011-2013

0 1 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan (agency theory) - Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Dan Konvergensi Ifrs Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Bumn Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013

0 0 36

Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Dan Konvergensi Ifrs Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Bumn Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013

0 0 12

Analisis Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011

0 0 12