3. Responsibilitas Responsibility
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga
dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.
4. Independensi Independency
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling
mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
5. Kewajaran dan Kesetaraan Fairness
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya
berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
2.1.2.2 Tujuan Good Corporate Governance
Tujuan Good Corporate Governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan stakeholders. Prinsip-prinsip
internasional mengenai corporate governance mulai muncul dan berkembang baru-baru ini. Prinsip-prinsip tersebut mencakup :
a. Hak-hak pemegang saham, yang harus diberi informasi dengan benar dan
tepat waktunya mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta dalam pengambilan keputusan mengenai perubahan-perubahan yang mendasar
atas perusahaan, dan turut memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan.
b. Perlakuan sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada
pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian untuk
pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam insider trading. c.
Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan kerja sama yang aktif antara perusahaan serta para pemegang
kepentingan dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja dan perusahaan yang sehat dari aspek keuangan.
d. Pengungkapan yang akurat dan tepat pada waktunya serta transparansi
mengenai semua hal yang penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta para pemegang kepentingan stakeholders.
e. Tanggung jawab pengurus dalam manajemen, pengawasan manajemen
serta pertanggungjawaban kepada perusahaan dan para pemegang saham. 2.1.2.3 Mekanisme Good Corporate Governance
2.1.2.3.1 Kepemilikan Manajerial
Jensen dan Meckling 1976 menemukan bahwa kepemilikan manajerial berhasil menjadi mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan dari manajer
dengan menyelaraskan kepentingan-kepentingan manajer dengan pemegang saham. Penelitian mereka menemukan bahwa kepentingan manajer dengan
pemegang saham eksternal dapat disatukan jika kepemilikan saham oleh manajer diperbesar sehingga manajer tidak akan memanipulasi laba untuk kepentingannya.
Midiastuty dan Machfoedz 2003 menyatakan bahwa kepemilikan manajerial merupakan salah satu mekanisme yang dapat membatasi perilaku
oportunistik manajer dalam bentuk earnings management. Dalam penelitian ini mengacu pada teori yang ada yang menyatakan kepemilikan manajerial dapat
berfungsi sebagai mekanisme corporate governanace sehingga dapat mengurangi tindakan manajer dalam memanipulasi laba. Hal ini berarti kepemilikan
manajerial berhubungan negatif dengan earnings management.
2.1.2.3.2 Proporsi Dewan Komisaris Independen
Proporsi dewan komisaris dapat memberikan kontribusi terhadap hasil dari proses penyusunan laporan keuangan yang berkualitas dan terhindar dari
kecurangan laporan keuangan. Proporsi dewan komisaris independen dalam mekanisme good corporate
governance berperan penting tidak hanya melihat kepentingan pemilik tetapi juga kepentingan perusahaan secara umum. Perusahaan memanipulasi laba lebih besar
kemungkinannya apabila memiliki dewan komisaris yang didominasi oleh manajemen dan lebih besar kemungkinannya memiliki Chief Executive Officer
CEO yang merangkap menjadi chairman of board. Hal ini berarti tindakan memanipulasi akan berkurang jika struktur dewan direksi berasal dari luar
perusahaan. Perusahaan yang menyelenggarakan sistem corporate governance diyakini
akan membatasi pengelolaan laba yang oportunis, maka dari itu semakin tinggi kualitas audit, semakin tinggi proporsi komisaris independen, kepemilikan
manajerial, semakin kecil kemungkinan earnings management dilakukan. Hubungan negatif antara corporate governanace dan earnings management ini
dapat memperlemah pengaruh earnings management.
2.1.2.3.3 Komite Audit
Keberadaan komite audit diatur melalui surat edaran Bapepam Nomor SE- 03PM2002. Dalam pelaksanaan tugasnya komite audit mempunyai fungsi
membantu dewan komisaris untuk : 1.
Meningkatkan kualitas laporan keuangan.
2. Menciptakan kedisplinan dan pengendalian yang dapat mengurangi
kesempatan terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan. 3.
Meningkatkan efektivitas fungsi internal audit maupun eksternal audit. 4.
Mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian dewan komisaris.
Tugas komite audit dalam bidang ini adalah sebagai berikut: a
menilai kebijakan perusahaan yang berhubungan dengan kepatuhan terhadap undang-undang dan peraturan, etika, benturan kepentingan
dan penyelidikan terhadap perbuatan yang merugikan perusahaan, b
memonitor proses peradilan yang sedang terjadi ataupun yang ditunda serta yang mengangkut masalah good corporate governance,
c memeriksa kasus-kasus penting yang berhubungan dengan benturan
kepentingan, perbuatan yang merugikan perusahaan dan kecurangan. d
keharusan auditor internal untuk melaporkan hasil pemeriksaan good corporate governance dan temuan-temuan penting lainnya.
2.1.3 International Financial Reporting Standard IFRS
2. 1. 3. 1 Implementasi IFRS
Laporan keuangan merupakan sarana pengomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Laporan keuangan
menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter dan memberikan banyak informasi yang berguna bagi para investor Kieso, 2008.
Sebagai perkembangan ekonomi di dunia, sudah banyak negara yang mulai menerapkan International Financial Reporting Standard IFRS sebagai standar
Akuntansi untuk menyusun laporan perusahaan. Pengadopsian Standar Akuntansi Internasional ke dalam Standar Akuntansi Domestik bertujuan untuk
menghasilkan laporan keuangan yang memiliki tingkat kredibilitas tinggi, persyaratan akan item-item pengungkapan akan semakin tinggi, sehingga nilai
perusahaan akan semakin tinggi pula, manajemen akan memiliki tingkat akuntabilitas tinggi dalam menjalankan perusahaan, laporan keuangan perusahaan
menghasilkan informasi yang lebih relevan dan akurat, dan laporan keuangan akan lebih dapat diperbandingkan dan menghasilkan informasi yang valid untuk
aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan, dan beban perusahaan. Standar Akuntansi yang berkualitas sangat penting dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangan agar terciptanya informasi keuangan yang akurat dan terpercaya, sehingga dapat membantu para penentu keputusan dalam mengambil keputusan
yang tepat bagi kelangsungan suatu usaha.