Universitas Sumatera Utara Etiologi  masih  belum  diketahui,  walaupun  beberapa  peneliti  menduga
bahawa paparan terhadap benzena, racun serangga organofosfat atau bahan-bahan lainnya  mungkin  berkaitan  dengan  perkembangan  penyakit  ini.  Adanya
overexpression  dari  protein  cyclin  D1,  yang  merupakan  regulator  siklus  sel penting, ditemukan pada penderita hairy-cell leukemia dan mungkin saja berperan
pada patogenesis molekuler penyakit ini. Penyakit  ini  biasanya  jarang,  hanya  berkisar  2  dari  seluruh  kejadian
leukemia  dengan  600-800  pasien  terdiagnosis  setiap  tahunnya.  Orang  kulit  putih lebih  sering  menderita  penyakit  ini.  Laki-laki  lebih  sering  ditemukan  menderita
hairy-cell  leukemia  dengan  rasio  4-5:1.  Predominasi  penyakit  ini  terjadi  pada lelaki paruh baya dengan rata-rata umur 52 tahun.
Proses  aspirasi  bone  marrow  biasanya  tidak  dapat  dilakukan  secara sempurna  karena  „dry  tap‟.  Infiltrasi  sel-sel  leukemik  pada  bone  marrow
menyebabkan  sel-sel  yang  akan  diaspirasi  sulit  melewati  jarum  aspirasi. Gambaran  hasil  biopsi  terhadap  bone  marrow  menunjukkan  pola  infiltrasi  hairy
cell dengan nukleus tunggal berbentuk bulat atau oval yang terpisah oleh sejumlah sitoplasma yang membentuk jaring-jaring fibrin.
2.6.2. Large Granular Lymphocytic Leukemia
Kelainan  klonal  dari  limfosit  besar  bergranul  dapat  berasal  dari  sel  T ataupun  sel  NK  Natural  Killer.  Walaupun  sel-sel  T-LGL  dan  NK-LGL  mirip
secara  morfologi,  sel-sel  ini  dapat  dibedakan  berdasarkan  fenotip  antigen permukaan  dan  menunjukkan  dua  penyakit  terpisah  dengan  gejala  klinis  yang
berbeda. Penyakit  ini  pertama  kali  dipaparkan  pada  tahun  1977  untuk
menggambarkan  keadaan  klinis  akibat  neutropenia  dengan  peningkatan  sel  LGL yang nyata, dan pada studi sitogenetik ditemukan bahwa hal ini berasal dari suatu
sistem neoplastik. Nama lain yang digunakan untuk menyebut kelainan ini adalah Tg-lymphoproliferative  disease  dan  lymphoproliferative  disease  of  granular
lymphocytes.
Universitas Sumatera Utara Large  granular  lymphocytic  leukemia  meyumbang  sekitar  10-15  dari
seluruh sel mononuklear pada darah normal, dapat berupa sel NK atau sel-T. Oleh karena itu pengklasifikasiannya dibagi menjadi dua, yaitu T
– LGL leukemia dan NK- LGL leukemia.
Leukemia T-LGL didefenisikan sebagai proliferasi klonal dari CD3+ LGL. Untuk  mengkonfirmasi  klonalitas  dari  kelainan  ini,  dilakukan  pemeriksaan
terhadap penyusunan ulang gen reseptor sel-T. NK-LGL adalah proliferasi klonal dari CD3- LGL. Berbeda dengan T-LGL, studi yang digunakan untuk konfirmasi
adalah melalui pemeriksaan sitogenetik, karena mengandung hanya sedikit marka klonal  sehingga  sulit  dilakukan  pemeriksaan  penyusunan  ulang  gen  reseptor
antigen. Beberapa  kasus  T-LGL  leukemia  menyerang  limpa,  dimana  temuan
khasnya  adalah  infiltrasi  sel-sel  leukemik  pada  sinus  dan  korda  pulpa  merah, hiperplasia  sel  plasma  dan  pusat  germinal  yang  prominent.  Sinusoid  dan  area
portal di hati juga terinfiltrasi oleh LGL. Biopsi  marrow dapat terdiri dari nodul- nodul  limfosit  B  dan  LGL  yang  berserakan.  Hal  ini  lebih  terlihat  jelas  pada
sampel  marrow  yang  didapat  melalui  proses  aspirasi.  Selain  itu  kegagalan maturasi dari granulosit serta aplasia sel merah murni juga dapat ditemukan.
2.7. Pemeriksaan