Sistem Hemopoiesis TINJAUAN PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Hemopoiesis

Darah memiliki peran untuk menjaga tubuh tetap dalam keadaan homeostasis. Selain meregulasi pH, temperatur, serta mengatur transport zat-zat dari dan ke jaringan, darah juga melakukan perlindungan dengan cara melawan penyakit. Fungsi-fungsi ini dikerjakan secara terbagi-bagi oleh komponen- komponen darah, yaitu plasma dan sel-sel darah. Plasma darah adalah cairan yang berada di kompartemen ekstraselular di dalam pembuluh darah yang berperan sebagai pelarut terhadap sel-sel darah dan substans lainnya. Sedangkan sel darah merupakan unit yang mempunyai tugas tertentu. Sel-sel darah yang terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit dibentuk melalui suatu mekanisme yang sama, yaitu hemopoiesis. Hemopoiesis adalah proses pembentukan dan perkembangan sel-sel darah. Sebelum dilahirkan, proses ini terjadi berpindah-pindah. Pada beberapa minggu pertama kehamilan, hemopoiesis terjadi di yolk sac. Kemudian hingga fetus berusia 6-7 bulan, hati dan limpa merupakan organ hemopoietik utama dan akan terus memproduksi sel-sel darah hingga sekitar dua minggu setelah kelahiran. Selanjutnya pekerjaan ini diambil alih oleh sumsum tulang dimulai pada masa kanak-kanak hingga dewasa. Sumsum tulang atau bone marrow merupakan suatu jaringan ikat dengan vaskularisasi yang tinggi bertempat di ruang antara trabekula jaringan tulang spons. Tulang-tulang rangka axial, tulang-tulang melingkar pada pelvis dan pektoral, serta di bagian epifisis proksimal tulang humerus dan femur adalah tulang-tulang dengan sumsum tulang terbanyak di tubuh manusia. Terdapat dua jenis sumsum tulang pada manusia, yaitu sumsum tulang merah dan sumsum tulang kuning. Pada neonatus, seluruh sumsum tulangnya berwarna merah yang bermakna sumsum tulang yang bersifat hemopoietik, sedangkan ketika dewasa, sebagian besar dari sumsum tulang merahnya akan inaktif dan berubah menjadi Universitas Sumatera Utara sumsum tulang kuning fatty marrow Tortora, 2009. Hal ini terjadi akibat adanya pertukaran sumsum menjadi lemak-lemak secara progresif terutama di tulang-tulang panjang. Bahkan di sumsum hemopoietik sekalipun, 50 penyusunnya adalah sel-sel lemak Hoffbrand, 2006. Jadi pada dewasa, proses hemopoiesis hanya terpusat di tulang-tulang rangka sentral dan ujung proksimal dari humerus dan femur. Hemositoblas atau pluripotent stem cells merupakan bagian dari sumsum tulang yang berasal dari jaringan mesenkim. Jumlah sel ini sangat sedikit, diperkirakan hanya sekitar 1 sel dari setiap 20 juta sel di sumsum tulang. Sel-sel ini memiliki kemampuan untuk berkembang menjadi beberapa lineage yang berbeda melalui proses duplikasi, kemudian berproliferasi serta berdiferensiasi hingga akhirnya menjadi sel-sel darah, makrofag, sel-sel retikuler, sel mast dan sel adiposa. Selanjutnya sel darah yang sudah terbentuk ini akan memasuki sirkulasi general melalui kapiler sinusoid. Sebelum sel-sel darah secara spesifik terbentuk, sel pluripoten yang berada di sumsum tulang tersebut membentuk dua jenis stem cell, yaitu myeloid stem cell dan lymphoid stem cell. Setiap satu stem cell diperkirakan mampu memproduksi sekitar 10 6 sel darah matur setelah melalui 20 kali pembelahan sel. Myeloid stem cell memulai perkembangannya di sumsum tulang dan kemudian membentuk eritrosit, platelet, monosit, neutrofil, eosinofil dan basofil. Begitu juga dengan lymphoid stem cell. Sel-sel ini memulai perkembangannya di sumsum tulang namun proses ini dilanjutkan dan selesai di jaringan limfatik. Limfosit adalah turunan dari sel-sel tersebut. Selama proses hemopoiesis, sebagian sel myeloid berdiferensiasi menjadi sel progenitor. Sel progenitor tidak dapat berkembang membentuk sel namun membentuk elemen yang lebih spesifik yaitu colony-forming unit CFU. Terdapat beberapa jenis CFU yang diberi nama sesuai sel yang akan dibentuknya, yaitu CFU-E membentuk eritrosit, CFU-Meg membentuk megakariosit, sumber platelet, dan CFU-GM membentuk granulosit dan monosit. Universitas Sumatera Utara Berikutnya, lymphoid stem cell, sel progenitor dan sebagian sel myeloid yang belum berdiferensiasi akan menjadi sel-sel prekursor yang dikenal sebagai blast. Sel-sel ini akan berkembang menjadi sel darah yang sebenarnya. Pada tahap ini sel-sel prekursor sudah dapat dibedakan berdasarkan tampilan mikroskopiknya, sedangkan sel-sel di tahap sebelumnya yaitu stem cell dan sel progenitor hanya bisa dibedakan melalui marker yang terdapat di membran plasmanya. Gambar 2.1. Hemopoiesis Dikutip dari : Hoffbrand, 2006 Beberapa hormon yang disebut hemopoietic growth factors bertugas dalam meregulasi proses diferensiasi dan proliferasi dari sel-sel progenitor tertentu. Berikut adalah beberapa contohnya : Universitas Sumatera Utara 1. Erythropoietin atau EPO meningkatkan jumlah prekursor sel darah merah atau eritrosit. EPO diproduksi oleh sel-sel khusus yang terdapat di ginjal yaitu peritubular interstitial cells. 2. Thrombopoietin atau TPO merupakan hormon yang diproduksi oleh hati yang menstimulasi pembentukan platelet atau trombosit. 3. Sitokin adalah glikoprotein yang dibentuk oleh sel, seperti sel sumsum tulang, sel darah, dan lainnya. Biasanya sitokin bekerja sebagai hormon lokal, namun disini sitokin bekerja dalam menstimulasi proliferasi sel- sel progenitor di sumsum tulang. Dua kelompok sitokin yang berperan adalah colony-stimulating factors dan interleukin. Selain contoh diatas masih banyak growth factor lainnya yang mempengaruhi proses hemopoiesis yang berbeda-beda fungsi dan lokasi kerjanya.

2.2. Keganasan Hematologi