Universitas Sumatera Utara Gejala  non-spesifik  seperti  fatigue  dan  penurunan  berat  badan  biasanya
timbul  cukup  lama  setelah  onset  penyakit.  Kehilangan  tenaga  dan  menurunnya toleransi kegiatan fisik terjadi beberapa bulan setelah fase kronik.
Pasien  biasanya  mengalami  gejala-gejala  akibat  pembesaran  limpa,  hati atau  keduanya.  Pembesaran  limpa  mendesak  lambung  sehingga  pasien  merasa
cepat kenyang yang berakibat pada menurunnya asupan makanan. Nyeri abdomen pada  bagian  kuadran  kanan  atas  menunjukkan  kemungkinan  adanya  infark  pada
limpa.  Pembesaran  limpa  juga  mungkin  berhubungan  dengan  keadaan hipermetabolik,  demam,  penurunan  berat  badan  dan  keletihan  yang  berlebihan.
Beberapa pasien CML  menderita  low grade fever dan keringat  berlebihan akibat keadaan hipermetabolik.
Pasien  yang  datang  dalam  keadaan  fase  accelerated  atau  fase  akut  dari CML,  gejala  yang  paling  khas  adalah  ditemukannya  perdarahan,  peteki,  dan
ekimosis.  Apabila  terjadi  demam  pada  fase  ini,  maka  penyebab  paling  mungkin adalah infeksi.  Sedangkan gejala khas  fase blast  adalah nyeri tulang dan  demam
serta peningkatan fibrosis pada bone marrow.
2.5.2. Chronic Lymphocytic Leukemia
Leukemia  Limfoblastik  Kronik  atau  Chronic  Lymphocytic  Leukemia CLL adalah kelainan monoklonal yang ditandai dengan akumulasi limfosit yang
inkompeten  secara  fungsional  secara  progresif.  Menurut  Elter  pada  tahun  2006, CLL  merupakan  bentuk  leukemia  paling  umum  yang  ditemukan  pada  dewasa  di
negara-negara  Barat.  Seperti  kasus  malignansi  lainnya,  penyebab  pasti  CLL belum  diketahui.  Penyakit  ini  merupakan  penyakit  yang  didapat,  jarang  sekali
ditemukan kasus familial Slager, 2009. Onsetnya  perlahan,  dalam  bentuk  tersamar  namun  dengan  hasil  yang
berbahaya  dan  jarang  ditemukan  secara  tidak  sengaja  pada  pemeriksaan  hitung jenis  sel  darah  untuk  tujuan  lain.  Sebanyak  25-50  pasien  CLL  tidak
menunjukkan  gejala.  Pembesaran  nodus  limfe  merupakan  gambaran  klinis  yang paling  umum  terjadi.  Namun  pasien  dengan  CLL  bisa  saja  menunjukkan  gejala
yang sangat beragam.
Universitas Sumatera Utara Sel-sel  B  klonal  yang  merupakan  sel  asal  kanker  pada  pasien  CLL,
terperangkap di  jalur diferensiasi  sel  B  yaitu diantara pre sel-B dan sel-B matur. Secara morfologis, sel-sel ini menyerupai bentuk limfosit matur di darah perifer.
Pada  pasien  CLL,  pemeriksaan  darah  lengkap  CBC  menunjukkan limfositosis absolut dengan lebih dari 5000 Sel-
Bμl yang persisten selama lebih dari tiga bulan. Klonalitas harus dipastikan dengan flow cytometry. Sitopenia yang
disebabkan  oleh  keterlibatan  sel  klonal  di  bone  marrow  juga  dapat  menegakkan diagnosis CLL tanpa memperhatikan jumlah sel-B perifer.
Pemeriksaan  apusan  darah  tepi  dilakukan  untuk  melihat  limfositosis. Biasanya  ditemukan  smudge  cells  yang  merupakan  artifak  limfosit  akibat
kerusakan selama pembuatan slide apusan. Sel-sel atipikal besar, cleaved cells dan sel prolimfositik juga sering ditemukan dan bisa mencapai 55 dari total limfosit
perifer. Flow  cytometry  darah  perifer  merupakan  pemeriksaan  paling  baik  untuk
memastikan  diagnosis  CLL.  Melalui  pemeriksaan  ini,  tampak  sel-B  klonal  yang mengekspresikan CD5, CD19, CD20dim, CD 23 dan hilangnya FMC-7 staining.
2.6. Miscellanous Leukemia