Universitas Sumatera Utara selnya.  Subtipe  L3  ALL  dikelompokkan  kedalam  grup  mature  B-cell  neoplasms
sebagai subtipe dari Burkitt lymphomaleukemia.
2.5. Leukemia Kronik
2.5.1. Chronic Myelogenous Leukemia
Leukemia  myeloid  kronis  atau  Chronic  Myelogenous  Leukemia  CML adalah  salah  satu  myeloproliferative  disorder  yang  ditandai  dengan  peningkatan
proliferasi  sel-sel  granulositik  tanpa  kehilangan  kemampuan  berdiferensiasi. Selain  itu,  gambaran  darah  perifer  menunjukkan  peningkatan  jumlah  granulosit
dan prekursor imaturnya termasuk beberapa jenis sel blast. CML  merupakan  satu  dari  beberapa  kanker  yang  disebabkan  oleh  mutasi
genetik  tunggal.  Lebih  dari  90  kasus,  muncul  akibat  aberasi  sitogenetik  yang dikenal dengan sebutan Philadelphia chromosome.
CML  berkembang  melewati  tiga  fase:  chronic,  accelerated,  dan  blast. Pada  fase  kronik,  sel-sel  matur  berproliferasi;  pada  fase  accelerated,  terjadi
kelainan  sitogenetik  tambahan;  pada  fase  blast,  terjadi  proliferasi  cepat  sel-sel imatur. Sekitar 85 pasien terdiagnosa pada fase kronik yang kemudian berlanjut
ke  fase  accelerated  dan  i  dalam  waktu  3-5  tahun.  Diagnosis  CML  ditegakkan berdasarkan temuan histopatologi di darah perifer dan  Philadelphia chromosome
di sel-sel bone marrow. Kejadian CML berkisar 20 dari seluruh leukemia yang mengenai orang
dewasa,  khususnya  individu  berusia  separuh  baya.  Hanya  sedikit  yang  terjadi pada  pasien-pasien  yang  lebih  muda.  CML  yang  terjadi  pada  pasien  yang  lebih
muda biasanya lebih agresif terutama pada fase accelerated atau saat blast crisis. Manifestasi klinis CML bersifat insidious, artinya muncul perlahan dengan
gejala tersamar namun dengan efek yang besar. Biasanya penyakit ini ditemukan pada  fase  kronis,  ketika  terlihat  peningkatan  jumlah  sel  darah  putih  pada
pemeriksaan  darah  rutin  atau  ketika  limpa  yang  membesar  teraba  pada  saat pemeriksaan fisik umum.
Universitas Sumatera Utara Gejala  non-spesifik  seperti  fatigue  dan  penurunan  berat  badan  biasanya
timbul  cukup  lama  setelah  onset  penyakit.  Kehilangan  tenaga  dan  menurunnya toleransi kegiatan fisik terjadi beberapa bulan setelah fase kronik.
Pasien  biasanya  mengalami  gejala-gejala  akibat  pembesaran  limpa,  hati atau  keduanya.  Pembesaran  limpa  mendesak  lambung  sehingga  pasien  merasa
cepat kenyang yang berakibat pada menurunnya asupan makanan. Nyeri abdomen pada  bagian  kuadran  kanan  atas  menunjukkan  kemungkinan  adanya  infark  pada
limpa.  Pembesaran  limpa  juga  mungkin  berhubungan  dengan  keadaan hipermetabolik,  demam,  penurunan  berat  badan  dan  keletihan  yang  berlebihan.
Beberapa pasien CML  menderita  low grade fever dan keringat  berlebihan akibat keadaan hipermetabolik.
Pasien  yang  datang  dalam  keadaan  fase  accelerated  atau  fase  akut  dari CML,  gejala  yang  paling  khas  adalah  ditemukannya  perdarahan,  peteki,  dan
ekimosis.  Apabila  terjadi  demam  pada  fase  ini,  maka  penyebab  paling  mungkin adalah infeksi.  Sedangkan gejala khas  fase blast  adalah nyeri tulang dan  demam
serta peningkatan fibrosis pada bone marrow.
2.5.2. Chronic Lymphocytic Leukemia