BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sejarah Singkat Perusahaan
a. Tahun 1968, pada tahun ini terjadi perubahan Departemen, yakni
Departemen Perhubungan Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik, dipecah menjadi 2 dua Departemen, yakni:
1. Departemen Perhubungan
2. Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik
Sebagai akibat dari pemisahan tersebut, maka Direktorat dan Penerbangan Sipil dirubah menjadi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara yang menjadi
unsur dari Departemen Perhubungan. Pelabuhan udaha Polonia Medan selanjutnya berada di bawah naungan Departemen Perhubungan Kantor
Wilayah-I Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. b.
Tahun 1957, berdasarkan keputusan bersama antara Departemen Perhubungan, Departemen Hankam dan Departemen Keuangan melalui
SKB No. Kep30IX75, No. KM.393SPhb-75 dan kep. 927.jMKIV875 tanggal 21 Agustus 1975. Maka pengelolaan Pelabuhan Udara AURI dan
Pelabuhan Udara Sipil. c.
Tahun 1977, pembangunan Gedung Gudang Cargo seluas 1.500M
2
untuk mendukung kegiatan Export-Import serta pembangunan gedung operasi
seluas 780 M
2
.
d. Tahun 1980, berdasarkan KM. 50OTPhb-78 tanggal 8 Maret 1978,
Pelabuhan Udara Polonia Medan dibagi menjadi dua instansi, yakni: 1
Pelabuhan Udara Polonia Mengelola kegiatan yang bersifat komersial, terutama kegiatan pelayanan
jasa penumpang dan cargo serta kegiatan lalu lintas pesawat udara selama berada di darat.
2 Sentra Operasi Keselamatan Penerbangan SENOPEN Medan.
Mengelola kegiatan operasi keselamatan penerbangan dan lalu lintas udara. Pada tahun ini juga oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dalam hal
ini proyek pengembangan fasilitas pelabuhan udara dan keselamatan penerbangan. Pelabuhan Udara Polonia Medan mendapat proyek
perpanjangan landasan dengan sistem “Cakar Ayam” sepanjang 445 Meter. Dengan demikian panjang landasan Bandar Udara Polonia Medan menjadi
2900 M. Dengan landasan yang sedemikian itu, maka Pelabuhan Udara Polonia Medan dapat menampung pesawat berbadan lebar setingkat dengan
DC-10 atau B-474. Pada tahun ini juga dibangun fasilitas gedung pemancar seluas 437,50 M untuk mendukung kegiatan keselamatan penerbangan.
e. Tahun 1981, pembangunan Gedung Terminal Dalam Negeri Domestik
seluas 7.526 M
2
f. Tahun 1982, Pengelolaan pelabuhan udara Polonia dipisahkan menjadi 2
dua, yaitu: dan diresmikan oleh Menteri Perhubungan Republik
Indonesia pada saat itu, yakni Bapak Rusmin Nurjadin.
1 Daerah Kekuasaan Pangkalan udara dikuasai oleh TNI-AU.
2 Daerah Pengelolaan
Pelabuhan udara dikelola oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. Dengan batas penguasaan dan pengelolaan adalah Landasan PacuRunway.
Pada tahun ini juga dibangun fasilitas Gedung Terminal Keberangkatan untuk Internasional seluas 3.000M
2
g. Tahun 1985, pada tanggal 3 Februari 1985, berdasarkan PP.No. 30 tahun
1984 pelabuhan udara Polonia Medan diserahkan pengelolaannya dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, yang dalam hal ini diwakili oleh
Kepala Kantor Wilayah-I Direktorat Jenderal Perhubungan Udara kepada Perusahaan Umum Perum Angkasa Pura, untuk dijadikan tambahan
penyertaan modal Negara serta pengembalian sebahagiaan kekayaan Perum Angkasa Pura kepada Negara. Dengan demikian secara resmi Pelabuhan
Udara Polonia Medan masuk ke dalam jajaran Peruasahaan Umum Perum Angkasa Pura.
.
h. Tahun 1986, ketentuan pemerintah mengatakan bahwa sebutan “Pelabuhan
Udara” diganti menjadi “BANDAR UDARA” , hal ini adalah berdasarkan
kepada PP. No.25 tahun 1986 tanggal 19 Mei 1986. Pada tahun ini juga terjadi perubahan status dan nama Perum Angkasa Pura menjadi Perum
Angkasa Pura I, dengan demikian namanya menjadi Perum Angkasa Pura I Bandar Udara Polonia Medan.
i. Tahun 1987, pada tanggal 19 November 1987, tanggung jawab berhadap
pengawasan pengendalian lalu lintas udara di dalam FIR Indonesia di atas bagian Sumatera pada ketinggian tertentu, yang selama ini dilimpahkan
kepada Kuala Lumpur, telah diambil alih dan dilaksanakan oleh Dinas ACC Senopen Medan didukung oleh FIC Jakarta bahwa pendelegasian yang
selama ini diberikan kepada Kuala Lumpur maupun kemudian pengambilalihan kembali oleh Medan adalah dengan tujuan untuk menjamin
berlangsungnya arus lalu lintas udara secara aman, lancar, teratur, dan efisien.
j. Tahun 1988, komandan pangkalan udara Medan TNI-AU Letnan Kolonel
Penerbang SJAEFULLAH beserta jajarannya mengadakan pengukuran tanah di sekitar Bandar Udara Polonia bekerja sama dengan Pemda Tingkat-
I Sumatera Utara, dalam hal ini Badan Pertahanan Nasional Agraria, dalam rangka pensertifikatan tanah sekitar Bandar Udara Polonia Medan. Dalam
hal ini dilakukan karena secara “de facto” tanah Bandar Udara Polonia saat ini dalam pemilikan TNI-AU Lanud Medan, sedangkan secara “de yure”
sampai saat ini masih dalam proses pensertifikatan. k.
Tahun 1989, Berdasarkan PP tahun 1989, maka Sentral Operasi Keselamatan Penerbangan SENOPEN Medan dialihkan menjadi tambahan
pernyataan modal Negara ke dalam Perum Angkasa Pura-I Bandar Udara Polonia Medan. Penyerahan SENOPEN diajukan agar dapat meningkatkan
pelayanan keselamatan lalu lintas udara agar lebih berdaya guna dan berhasil guna lebih baik. Dengan penyerahan SENOPEN Medan kepada Peru,
Angkasa Pura-I Bandar Udara Polonia, maka seluruh kegiatan baik dari sisi darat telah dilaksanakan oleh Perum Angkasa Pura-I Bandar Udara Polonia
Medan.
l. Tahun 1993, pada tanggal 2 Februari 1993 terjadi pengalihan status dari
Perum Angkasa Pura-I menjadi PT. Persero Angkasa Pura-I berdasarkan pada PP nomor 5 tahun 1992. Dengan demikian arah penguasaan Bandar
Udara Polonia mewujudkan tercapainya tugas pokok, yaitu memupuk keuntungan melalui penyediaan dan penguasaan jasa Bandar Udara dalam
rangka memberikan pengembangan perekonomian negara. Pada tahun ini juga diadakan renovasi gedung terminal dalam negeri, diantaranya adalah
pemidahan ruangan keberangkatan menjadi ruang kedatangan dan sebaliknya, serta perluasan ruangan Check-in dan Lobby untuk pengantar.
m. Tahun 1994, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor. S-33MK.0161994 tanggal 22 Januari 1994 PT Persero Angkasa Pura-I menyerahkan pengoperasian dan pemilikan Bandar Udara
Polonia Medan kepada PT Angkasa Pura II Persero Medan, terhitung mulai tanggal 1 Januari 1994.
Penyerahan tersebut meliputi: 1.
Penguasaan Bandar Udara Polonia sesuai dengan tugas dan fungsi Bandar Udara dalam lingkungan Perusahaan Perseroan terbatas.
2. Pemilikan seluruh kekayaan PT Angkasa Pura I Persero yang berupa
aktiva tetap dan barang persediaan Bandar Udara Polonia Medan. 3.
Pembinaan para karyawan yang ditugaskan pada Bandar Udara Polonia Medan.
4. Semua utang piutang dan pendapatan yang diperoleh serta biaya yang
dikeluarkan untuk pengoperasian Banda Udara Polonia Medan, setelah
tanggal 31 Desember 1993 menjadi tanggung jawab PT Angkasa Pura II Persero Medan.
enyerahan serah terima tersebut adalah pada tanggal 24 Maret 1994 di Jakarta. Dengan demikian terhitung mulai tanggal 01 Januari 1994, secara
resmi Bandar Udara Polonia Medan berada di bawah jajaran PT Angkasa Pura II Persero Medan.
n. Tahun 1995, Pemerintahan Republik Indonesia, dalam hal ini Departemen
Perhubungan Republik Indonesia, sedang merancang pemindahan Bandar
Polonia Medan ke lokasi baru. Daerah dimaksud adalah daerah KUALA NAMU LUBUK PAKAM KABUPATEN DELI SERDANG
SUMATERA UTARA.
Selanjutnya secara bertahap berdasarkan surat keputusan Menteri Keuangan No. 533MK1994 pada tanggal 22 Januari 1994 PT. Persero Angkasa Pura
II mendapat tugas tambahan untuk mengelola Bandar Udara Polonia Medan dan dilanjutkan lagi berdasarkan keputusan Menteri Perhubungan No.
278AU.001SKJ1994 tanggal 9 April 1994 dibentuk 4 cabang Bandar Udara diantaranya terletak di Bandung, Pekan Baru, Padang, Banda Aceh.
Dan mulai tahun 2000 dalam jajaran yang masuk ke PT Angkasa Pura II Persero Medan berjumlah menjadi 12 Bandar Udara, diantaranya:
1. Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta Tangerang.
2. Bandar Udara Halim Perdana Kesuma, Jakarta.
3. Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang.
4. Bandar Udara Supadio, Balikpapan.
5. Bandar Udara Polonia, Medan.
6. Bandar Udara Sultan Iskandar Muda, Aceh.
7. Bandar Udara Sultan Syarif Kasim, Pekan Baru.
8. Bandar Udara Internasional Minangkabau, Padang.
9. Bandar Udara Husein Sastranegara, Bandung.
10. Bandar Udara Haji Fassabillah, Tanjung Pinang.
11. Bandar Udara Depati Amir, Pangkal Pinang.
12. Bandar Udara Thaha, Jambi.
4.2 Struktur Organisasi Perusahaan.