Pajak Penghasilan dan PPh Pasal 21

32

BAB II KEPATUHAN NOTARISPPAT BANDA ACEH TERHADAP

KEWAJIBAN MEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN PPh PASAL 21 TERHADAP KARYAWAN

A. Pajak Penghasilan dan PPh Pasal 21

Pemerintah menjalankan fungsinya dalam mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Untuk menjalankan fungsinya tersebut pemerintah memerlukan dana atau modal. Modal yang diperlukan itu salah satunya bersumber dari pungutan berupa pajak dari rakyatnya. Pajak adalah kewajiban rakyat sebagai warga negara yang baik, tetapi tidak sedikit yang menyetujui bahwa pajak merupakan beban yang harus dipikul rakyat suatu negara. Pada negara-negara yang menganut demokrasi, pajak yang dibayar oleh penduduknya harus berdasarkan atas persetujuan rakyat melalui Lembaga Perwakilan Rakyat. Dengan persetujuan dari rakyat melalui perwakilannya maka disahkan suatu peraturan perundang-undangan perpajakan, sebagai dasar hukum kewajiban perpajakan. Ketentuan tentang subjek pajak, objek pajak, tarif pajak dan prosedur perpajakan merupakan ketentuan yang harus mendapat persetujuan rakyat karena itu harus diatur dalam undang-undang. Pajak tersebut kemudian akan digunakan oleh pemerintah untuk membiayai pengeluaran pemerintah, fasilitas publik dan membiayai pembangunan guna usaha mensejahterakan rakyat. Pajak dapat dibedakan menurut sifat dan cirinya. Pembagian menurut sifat akan menghasilkan jenis-jenis pajak sebagai berikut seperti pajak atas kekayaan dan pendapatan, pajak atas lalu lintas hukum, kekayaan dan barang, pajak atas kebendaan dan pajak atas pemakaian. Sedangkan menurut cirinya, Pajak dapat 32 www.nitropdf.com UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 33 dibedakan menjadi pajak subjektif 52 dan pajak objektif 53 , pajak langsung dan tidak langsung, pajak pusat dan pajak daerah. 54 Salah satu pengenaan pajak yang diterapkan di Indonesia adalah Pajak Penghasilan. Pajak Penghasilan adalah pajak yang dibebankan atas penghasilan perorangan, perusahaan atau Badan Hukum lainnya. Seiring dengan perkembangan zaman, pada tahun 1925 dibuat aturan terpisah pemajakan perusahaan menjadi Ordonansi Pajak Perseroan Tahun 1925. Dalam tahun 1933 diperkenalkan Ordonansi Pajak Kupon Bunga yang mengenakan pajak atas penghasilan bunga. Selanjutnya, dalam tahun 1935 dikeluarkan Ordonansi Pajak Upah untuk memungut pajak dari para karyawan yang pada tahun 1944 diintegrasikan dengan Ordonansi Pajak Pendapatan. Selanjutnya dengan pasang surutnya pelaksanaan kedua ordonansi tersebut, dalam tahun 1983 keduanya menyatu dalam satu ketentuan, yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Pembaruan sistem perpajakan di Indonesia ini diusahakan tersusun sistem perpajakan yang sederhana, adanya kepastian hukum, dan bertujuan untuk memberikan pemerataan perekonomian. Kesederhanaan diperlukan agar mudah dimengerti dan dilaksanakan oleh wajib pajak ataupun fiskus. Sistem perpajakan yang baru tidak memungut pajak atas masyarakat yang masih berpenghasilan 52 Pajak Subjektif merupakan pajak yang erat hubungannya dengan subjek yang dikenakan pajak, dan besarnya sangat dipengaruhi keadaan subjek pajak. Memberi perhatian pada keadaan pribadi wajib pajak. Seperti status kawin, tidak kawin, dan kawin dengan tanggungan. Hal tersebut menjadikannya sebagai beban yang harus dipikul dragkracht sebagai pengurang dari penghasilan. Contohnya, pajak penghasilan, Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu, Op. Cit., hal 44 53 Pajak Objektif merupakan pajak yang erat hubungannya dengan objek pajak, sehingga besarnya jumlah pajak hanya tergantung kepada keadaan objek itu, dan sama sekali tidak menghiraukan serta tidak dipengaruhi oleh keadaan subjek pajak. Pajak objektif ini dalam literature disebut juga pajak yang bersifat kebendaan Zakelijk. Contohnya, bea masuk, cukai, pajak pertambahan nilai, bea materai. Ibid., hal. 45 54 Soemarso S.R, Op.Cit, hal.14. www.nitropdf.com UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 34 rendah, tetapi memungut pajak atas individu-individu berpenghasilan tinggi dan perusahaan-perusahaan besar, dengan harapan akan mendapat sumbangan besar bagi peningkatan perekonomian golongan menengah ke bawah, di sini proses pemerataan perekonomian diharapkan terwujud. Bagi instansi pajak juga menekankan pada peningkatan pelayanan kepada wajib pajak, agar dapat mendorong kepatuhan wajib pajak yang akhirnya akan memengaruhi peningkatan penerimaan pajak. 55 Pajak Penghasilan termasuk jenis pajak yang dipungut pada tingkat nasional sehingga dapat dikategorikan dalam kelompok pajak pusat. Seiring dengan perkembangan dan kemajuan ekonomi dan kehidupan sosial serta kecerdasan masyarakat dan perkembangan hukum Undang-Undang Pajak Penghasilan telah mengalami empat kali perubahan yaitu, dengan Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1991, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994, Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2000 dan terakhir Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. Objek Pajak dalam perpajakan adalah apa yang dikenakan pajak. Undang- Undang Perpajakan selalu dengan tegas dan jelas menyebutkan apa yang menjadi objek setiap jenis pajak. Sesuai dengan namanya, Pajak Penghasilan merupakan pajak yang dikenakan atas penghasilan. Untuk itu, Pasal 4 ayat 1 Undang- Undang Pajak Penghasilan ini telah memberikan penegasan mengenai Objek Pajak yaitu penghasilan . Pajak penghasilan orang pribadi merupakan pajak personal dalam arti bahwa pengenaannya sedapat mungkin diupayakan untuk diselaraskan dengan keadaan penanggung pajak . Objek pajak dari personal ini 55 Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu, Op.Cit., hal. 78 www.nitropdf.com UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 35 dapat berupa penghasilan inflow resources atau pengeluaran outflow resources. Pajak personal dengan objek penghasilan disebut Pajak Penghasilan income tax. 56 Berdasarkan ilmu Akuntansi, penghasilan income berarti suatu penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Sedangkan menurut undang-undang perpajakan, penghasilan adalah setiap tambahan yang diterima atau diperoleh Wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dan dalam bentuk apapun. 57 Penghasilan menurut Akuntansi meliputi semua sumber ekonomi yang diterima oleh perusahaan baik itu dari transaksi penjualan barang, penyerahan jasa kepada pihak lain atau pengguna aktiva perusahaan oleh pihak lain. Penghasilan diukur dengan kenaikan bruto dari aktiva atau berkurangnya hutang selain dari transaksi penanaman modal. Sedangkan Undang-Undang pajak menganut prinsip pemajakan atau penghasilan dalam pengertian luas yaitu pajak dikenakan atas setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari manapun asalnya yang dipergunakan untuk konsumsi maupun menambah kekayaan. 58 Salah satu indikator keadilan dalam pajak adalah pengenaan berdasar kemampuan membayar ability to pay. Salah satu petunjuk kemampuan membayar adalah adanya penghasilan income. Oleh karena itu, sudah 56 Ibid., hal. 45 57 Sunarto, Perpajakan 1, Amus, Yogyakarta, 2004, hal. 90 58 Ibid, hal. 90 www.nitropdf.com UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 36 selayaknya kalau pajak personal dikenakan atas penghasilan. Karena dikenakan atas penghasilan, defenisi istilah tersebut menjadi penting untuk memberikan kepastian hukum. Undang-Undang ini menganut prinsip pemajakan atas penghasilan dalam pengertian yang luas, yaitu bahwa pajak dikenakan atas setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak tersebut dengan nama dan dalam bentuk apapun. Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana terakhir telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, subjek Pajak Penghasilan secara umum terdiri atas: 1. a. orang pribadi b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak 2. Badan 59 3. Bentuk Usaha Tetap BUT 60 Pasal 3 ayat 1 UU Pajak Penghasilan, orang atau badan yang tidak termasuk sebagai subjek pajak adalah : 1. Kantor perwakilan negara asing 59 Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah, Ibid, hal. 12 60 Bentuk Usaha Tetap Permanent Establishment adalah bentuk usaha yang digunakan oleh Subjek Pajak luar negeri untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia yang dapat berupa tempat kedudukan manajemen, cabang perusahaan, kantor perwakilan, gedung kantor, pabrik, bengkel, pertambangan dan penggalian sumber alam, perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan atau kehutanan, proyek konstruksi, instalasi atau proyek perakitan, pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau oleh orang lain sepanjang dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan, orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas, agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan berkedudukan di Indonesia. Ibid., hal. 12 www.nitropdf.com UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 37 2. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka dengan syarat bukan warga Negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik. 3. Organisasi-organisasi internasional dengan syarat: a. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut b. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota 4. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional. Penghasilan dapat dikelompokkan menjadi : 61 a. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan bebas seperti gaji, honorarium, penghasilan dari praktik dokter, notaris, aktuaris, akuntan, pengacara dan sebagainya; b. Penghasilan dari usaha dalam kegiatan; c. Penghasilan dari modal, yang berupa harta gerak ataupun harta tidak gerak seperti bunga, dividen, royalti, sewa, keuntungan penjualan harta atau hak yang tidakdipergunakan untuk usaha, dan lain sebagainya; d. Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang, hadiah, dan lain sebagainya; Beberapa negara maju, misalnya Amerika Serikat, Pajak Penghasilan sangat didominasi oleh orang pribadi. Penerimaan pajak yang dikenakan atas semua penghasilan selama bertahun-tahun dari seluruh sumber dengan keluarga sebagai unit pemajakan dan tarif progresif, telah secara langsung berpengaruh 61 Ibid., hal. 46 www.nitropdf.com UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 38 mendalam ke seluruh lapisan masyarakat dan rakyat. Hal ini berbeda dengan perpajakan di Negara berkembang, termasuk Indonesia. Penerima pajak pada umumnya masih didominasi oleh Pajak Penghasilan badan. Suatu institusi formal terdaftar, badan lebih mudah teridentifikasi, terpantau kehadirannya, terdeteksi kegiatannya dan transparan objek pajaknya. Pemungutan pajak atas badan jauh lebih optimal daripada orang pribadi. Kesulitan praktik pemantauan dan pendektesian Penghasilan Kena Pajak orang pribadi terutama karena institusi financial dan system perekonomian secara efektif belum berkembang sehingga kehidupan sosial ekonominya masih bersifat cash society . Realisasi pemasukan pajak dari Pajak Penghasilan ke Kas Negara selain dilakukan dengan cara penyetoran sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan ke Kas Negara, Bank Persepsi atau Kantor Pos, yang mana cara ini disebut dengan Self Assesment System, dapat juga dilakukan dengan cara melakukan pemotongan dan pemungutan. Pemotongan dan pemungutan Pajak Penghasilan dilakukan oleh pihak yang ditunjuk oleh pemerintah terhadap penerima penghasilan berdasarkan ketentuan perpajakan. Sistem pengumpulan pajak dengan menggunakan pola pemotongan dan pemungutan semacam ini dikenal dengan Withholding System, yaitu sistem pemungutan pajak yang dilakukan oleh pihak tertentu yang ditunjuk oleh pemerintah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Pihak yang ditunjuk tersebut berkewajiban untuk menghitung, memotong atau memungut, www.nitropdf.com UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 39 menyetor dan melaporkan pajak yang dipungut atau dipotongnya sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan. 62 Withholding tax merupakan cara pembayaran pajak yang dilakukan melalui pemberi kerja, yakni Pemberi kerja memotong sejumlah nilai tertentu dari gaji yang dibayarkan untuk disetorkan kepada pemerintah dalam bentuk pajak. Salah satu Pajak Penghasilan yang pemungutannya menggunakan system pemotongan oleh orang ketiga dalam hal ini pemotong adalah Pajak Penghasilan Pasal 21, yang selanjutnya disebut PPh Pasal 21. Pajak Penghasilan berdasarkan Pasal 21 Undang-Undang Pajak Penghasilan merupakan pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan oleh Subjek Pajak orang pribadi dalam negeri. Subjek pajak adalah pihak yang dituju untuk membayar pajak penghasilan. Apabila subjek pajak adalah menerima atau memperoleh penghasilan sebagai objek pajak, maka subjek pajak tersebut menjadi wajib pajak dan wajib untuk membayar pajak penghasilan. Namun apabila tidak termasuk subjek pajak, maka tidak mempunyai kewajiban membayar pajak penghasilan meskipun menerima atau memperoleh penghasilan yang menjadi objek pajak. 63 Subjek pajak yang ditetapkan menjadi wajib pajak penghasilan Pasal 21, adalah: 64 1. Pegawai adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, baik sebagai pegawai tetap atau pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas berdasarkan 62 Atep Adya Barata Jajat Djuhadiat, Pemotongan Pemungutan Pajak Penghasilan Dan Kredit Pajak Luar Negeri., Jakarta, Elex Media Computindo, 2004, hal. 1 63 Wirawan B. Ilyas dan Rudy Suhartono, Op. Cit., hal.11 64 Didik Budi Waluyo, Op. Cit., hal 5 www.nitropdf.com UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 40 perjanjian atau kesepakatan kerja baik secara tertulis maupun tidak tertulis, untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu dengan memperoleh imbalan yang dibayarkan berdasarkan periode tertentu, penyelesaian pekerjaan, atau ketentuan lain yang ditetapkan pemberi kerja, termasuk orang pribadi yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri atau badan usaha milik Negara atau badan usaha milik daerah. 65 Pegawai terdiri dari: a. Pegawai tetap, adalah pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam juklah tertentu secara teratur, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas yang secara teratur terus menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan secara langsung, serta pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu tertentu sepanjang pegawai yang bersangkutan bekerja penuh full time dalam pekerjaan tersebut. 66 b. Pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, adalah pegawai yang hanya menerima penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja. 67 2. Penerima Pensiun, adalah orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima atau memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan di masa lalu, termasuk orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima tunjangan hari tua atau jaminan hari tua. 68 Yang termasuk penerima pensiun adalah penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya. 65 Pasal 1 angka 9, Peraturan Menteri Keuangan No. 252PMK.032008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak Atas Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan Orang Pribadi 66 Pasal 1 angka 10, Peraturan Menteri Keuangan No. 252PMK.032008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak Atas Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan Orang Pribadi 67 Pasal 1 angka 11, Peraturan Menteri Keuangan No. 252PMK.032008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak Atas Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan Orang Pribadi 68 Pasal 3 huruf b, Peraturan Menteri Keuangan No. 252PMK.032008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak Atas Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan Orang Pribadi www.nitropdf.com UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 41 3. Bukan Pegawai, yang termasuk bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan jasa, atau kegiatan, antara lain meliputi: a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris; b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawanperagawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis dan seniman lainnya; c. Olahragawan; d. Penasehat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator; e. Pengarang, peneliti dan penerjemah; f. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik computer dan system aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan social serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan; g. Agen iklan; h. Pengawas dan pengelola proyek; i. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara; j. Petugas penjaja barang dagangan; k. Petugas dinas luar asuransi; l. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya. 4. Peserta Kegiatan adalah orang pribadi yang terlibat dalam suatu kegiatan tertentu, termasuk mengikuti rapat, siding, seminar, lokakarya workshop, pendidikan, pertunjukan, olahraga, atau kegiatan lainnya dan menerima atau memperoleh imbalan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam kegiatan tersebut. 69 Peserta kegiatan yang menerima penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain meliputi : 69 Pasal 1 angka 13, Peraturan Menteri Keuangan No. 252PMK.032008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak Atas Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan Orang Pribadi www.nitropdf.com UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 42 a. Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olahraga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya; b. Peserta rapat, konferensi, siding, pertemuan, atau kunjungan kerja; c. Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan tertentu; d. Peserta pendidikan, pelatihan dan magang; e. Peserta kegiatan lainnya

B. Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21

Dokumen yang terkait

Analisis Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota Tahun 20111-2013

7 95 50

Kepatuhan Hukum Notaris/Ppat Di Kota Banda Aceh Terhadap Kewajiban Menyampaikan Spt Pph Pasal 21 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan

2 71 132

Pelaksanaan Kewajiban Mengisi Dan Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Pada Koperasi Swadharma Medan

1 65 51

Pengawasan Pelunasan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

0 45 68

Analisis Hukum Terhadap Letter Of Credit Syariah Berdasarkan Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

6 58 151

Mekanisme Perhitungan Dan Pelaporan Pajak Penghasilan ( Pph ) Pasal 21 Karyawan Pada Rumah Sakit Umum Haji Medan

4 65 73

Akuntansi Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada Dinas Pertamanan Kota Medan

0 19 61

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republ

0 0 6

BAB II KEPATUHAN NOTARISPPAT BANDA ACEH TERHADAP KEWAJIBAN MEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 TERHADAP KARYAWAN A. Pajak Penghasilan dan PPh Pasal 21 - Kepatuhan Hukum Notaris/Ppat Di Kota Banda Aceh Terhadap Kewajiban Menyampaikan Spt Pph Pasal 21

0 1 44

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Kepatuhan Hukum Notaris/Ppat Di Kota Banda Aceh Terhadap Kewajiban Menyampaikan Spt Pph Pasal 21 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan

0 0 31