32
BAB II KEPATUHAN NOTARISPPAT BANDA ACEH TERHADAP
KEWAJIBAN MEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN PPh PASAL 21 TERHADAP KARYAWAN
A. Pajak Penghasilan dan PPh Pasal 21
Pemerintah menjalankan fungsinya dalam mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Untuk menjalankan fungsinya tersebut pemerintah
memerlukan dana atau modal. Modal yang diperlukan itu salah satunya bersumber dari pungutan berupa pajak dari rakyatnya.
Pajak adalah kewajiban rakyat sebagai warga negara yang baik, tetapi tidak sedikit yang menyetujui bahwa pajak merupakan beban yang harus dipikul
rakyat suatu negara. Pada negara-negara yang menganut demokrasi, pajak yang dibayar oleh penduduknya harus berdasarkan atas persetujuan rakyat melalui
Lembaga Perwakilan Rakyat. Dengan persetujuan dari rakyat melalui perwakilannya maka disahkan suatu peraturan perundang-undangan perpajakan,
sebagai dasar hukum kewajiban perpajakan. Ketentuan tentang subjek pajak, objek pajak, tarif pajak dan prosedur perpajakan merupakan ketentuan yang harus
mendapat persetujuan rakyat karena itu harus diatur dalam undang-undang. Pajak tersebut kemudian akan digunakan oleh pemerintah untuk membiayai pengeluaran
pemerintah, fasilitas publik dan membiayai pembangunan guna usaha mensejahterakan rakyat.
Pajak dapat dibedakan menurut sifat dan cirinya. Pembagian menurut sifat akan menghasilkan jenis-jenis pajak sebagai berikut seperti pajak atas kekayaan
dan pendapatan, pajak atas lalu lintas hukum, kekayaan dan barang, pajak atas kebendaan dan pajak atas pemakaian. Sedangkan menurut cirinya, Pajak dapat
32
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33
dibedakan menjadi pajak subjektif
52
dan pajak objektif
53
, pajak langsung dan tidak langsung, pajak pusat dan pajak daerah.
54
Salah satu pengenaan pajak yang diterapkan di Indonesia adalah Pajak Penghasilan. Pajak Penghasilan adalah
pajak yang dibebankan atas penghasilan perorangan, perusahaan atau Badan Hukum lainnya.
Seiring dengan perkembangan zaman, pada tahun 1925 dibuat aturan terpisah pemajakan perusahaan menjadi Ordonansi Pajak Perseroan Tahun 1925.
Dalam tahun 1933 diperkenalkan Ordonansi Pajak Kupon Bunga yang mengenakan pajak atas penghasilan bunga. Selanjutnya, dalam tahun 1935
dikeluarkan Ordonansi Pajak Upah untuk memungut pajak dari para karyawan yang pada tahun 1944 diintegrasikan dengan Ordonansi Pajak Pendapatan.
Selanjutnya dengan pasang surutnya pelaksanaan kedua ordonansi tersebut, dalam tahun 1983 keduanya menyatu dalam satu ketentuan, yaitu Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Pembaruan sistem perpajakan di Indonesia ini diusahakan tersusun sistem
perpajakan yang sederhana, adanya kepastian hukum, dan bertujuan untuk memberikan pemerataan perekonomian. Kesederhanaan diperlukan agar mudah
dimengerti dan dilaksanakan oleh wajib pajak ataupun fiskus. Sistem perpajakan yang baru tidak memungut pajak atas masyarakat yang masih berpenghasilan
52
Pajak Subjektif merupakan pajak yang erat hubungannya dengan subjek yang dikenakan pajak, dan besarnya sangat dipengaruhi keadaan subjek pajak. Memberi perhatian pada
keadaan pribadi wajib pajak. Seperti status kawin, tidak kawin, dan kawin dengan tanggungan. Hal tersebut menjadikannya sebagai beban yang harus dipikul dragkracht sebagai pengurang dari
penghasilan. Contohnya, pajak penghasilan, Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu, Op. Cit., hal 44
53
Pajak Objektif merupakan pajak yang erat hubungannya dengan objek pajak, sehingga besarnya jumlah pajak hanya tergantung kepada keadaan objek itu, dan sama sekali tidak
menghiraukan serta tidak dipengaruhi oleh keadaan subjek pajak. Pajak objektif ini dalam literature disebut juga pajak yang bersifat kebendaan Zakelijk. Contohnya, bea masuk, cukai,
pajak pertambahan nilai, bea materai. Ibid., hal. 45
54
Soemarso S.R, Op.Cit, hal.14.
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34
rendah, tetapi memungut pajak atas individu-individu berpenghasilan tinggi dan perusahaan-perusahaan besar, dengan harapan akan mendapat sumbangan besar
bagi peningkatan perekonomian golongan menengah ke bawah, di sini proses pemerataan perekonomian diharapkan terwujud. Bagi instansi pajak juga
menekankan pada peningkatan pelayanan kepada wajib pajak, agar dapat mendorong kepatuhan wajib pajak yang akhirnya akan memengaruhi peningkatan
penerimaan pajak.
55
Pajak Penghasilan termasuk jenis pajak yang dipungut pada tingkat nasional sehingga dapat dikategorikan dalam kelompok pajak pusat. Seiring
dengan perkembangan dan kemajuan ekonomi dan kehidupan sosial serta kecerdasan masyarakat dan perkembangan hukum Undang-Undang Pajak
Penghasilan telah mengalami empat kali perubahan yaitu, dengan Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1991, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994, Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2000 dan terakhir Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
Objek Pajak dalam perpajakan adalah apa yang dikenakan pajak. Undang- Undang Perpajakan selalu dengan tegas dan jelas menyebutkan apa yang menjadi
objek setiap jenis pajak. Sesuai dengan namanya, Pajak Penghasilan merupakan pajak yang dikenakan atas penghasilan. Untuk itu, Pasal 4 ayat 1 Undang-
Undang Pajak Penghasilan ini telah memberikan penegasan mengenai Objek Pajak yaitu penghasilan . Pajak penghasilan orang pribadi merupakan pajak
personal dalam arti bahwa pengenaannya sedapat mungkin diupayakan untuk diselaraskan dengan keadaan penanggung pajak . Objek pajak dari personal ini
55
Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu, Op.Cit., hal. 78
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
35
dapat berupa penghasilan inflow resources atau pengeluaran outflow resources. Pajak personal dengan objek penghasilan disebut Pajak Penghasilan income
tax.
56
Berdasarkan ilmu Akuntansi, penghasilan income berarti suatu
penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Sedangkan menurut
undang-undang perpajakan, penghasilan adalah setiap tambahan yang diterima atau diperoleh Wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dan dalam bentuk apapun.
57
Penghasilan menurut Akuntansi meliputi semua sumber ekonomi yang diterima oleh perusahaan baik itu dari transaksi penjualan barang, penyerahan jasa
kepada pihak lain atau pengguna aktiva perusahaan oleh pihak lain. Penghasilan diukur dengan kenaikan bruto dari aktiva atau berkurangnya hutang selain dari
transaksi penanaman modal. Sedangkan Undang-Undang pajak menganut prinsip pemajakan atau penghasilan dalam pengertian luas yaitu pajak dikenakan atas
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari manapun asalnya yang dipergunakan untuk konsumsi maupun menambah
kekayaan.
58
Salah satu indikator keadilan dalam pajak adalah pengenaan berdasar kemampuan membayar ability to pay. Salah satu petunjuk kemampuan
membayar adalah adanya penghasilan income. Oleh karena itu, sudah
56
Ibid., hal. 45
57
Sunarto, Perpajakan 1, Amus, Yogyakarta, 2004, hal. 90
58
Ibid, hal. 90
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36
selayaknya kalau pajak personal dikenakan atas penghasilan. Karena dikenakan atas penghasilan, defenisi istilah tersebut menjadi penting untuk memberikan
kepastian hukum. Undang-Undang ini menganut prinsip pemajakan atas penghasilan dalam pengertian yang luas, yaitu bahwa pajak dikenakan atas setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak tersebut dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana terakhir telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang
Pajak Penghasilan, subjek Pajak Penghasilan secara umum terdiri atas: 1. a. orang pribadi
b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak
2. Badan
59
3. Bentuk Usaha Tetap BUT
60
Pasal 3 ayat 1 UU Pajak Penghasilan, orang atau badan yang tidak termasuk sebagai subjek pajak adalah :
1. Kantor perwakilan negara asing
59
Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah, Ibid, hal. 12
60
Bentuk Usaha Tetap Permanent Establishment adalah bentuk usaha yang digunakan oleh Subjek Pajak luar negeri untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia
yang dapat berupa tempat kedudukan manajemen, cabang perusahaan, kantor perwakilan, gedung kantor, pabrik, bengkel, pertambangan dan penggalian sumber alam, perikanan, peternakan,
pertanian, perkebunan atau kehutanan, proyek konstruksi, instalasi atau proyek perakitan, pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau oleh orang lain sepanjang dilakukan lebih
dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan, orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas, agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan
berkedudukan di Indonesia. Ibid., hal. 12
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
37
2. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang
bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka dengan syarat bukan warga Negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau
memperoleh penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.
3. Organisasi-organisasi internasional dengan syarat: a. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut
b. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada
pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota 4. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional.
Penghasilan dapat dikelompokkan menjadi :
61
a. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan bebas seperti gaji, honorarium, penghasilan dari praktik dokter, notaris, aktuaris, akuntan,
pengacara dan sebagainya; b. Penghasilan dari usaha dalam kegiatan;
c. Penghasilan dari modal, yang berupa harta gerak ataupun harta tidak gerak seperti bunga, dividen, royalti, sewa, keuntungan penjualan harta atau hak yang
tidakdipergunakan untuk usaha, dan lain sebagainya; d. Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang, hadiah, dan lain sebagainya;
Beberapa negara maju, misalnya Amerika Serikat, Pajak Penghasilan sangat didominasi oleh orang pribadi. Penerimaan pajak yang dikenakan atas
semua penghasilan selama bertahun-tahun dari seluruh sumber dengan keluarga sebagai unit pemajakan dan tarif progresif, telah secara langsung berpengaruh
61
Ibid., hal. 46
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38
mendalam ke seluruh lapisan masyarakat dan rakyat. Hal ini berbeda dengan perpajakan di Negara berkembang, termasuk Indonesia. Penerima pajak pada
umumnya masih didominasi oleh Pajak Penghasilan badan. Suatu institusi formal terdaftar, badan lebih mudah teridentifikasi, terpantau kehadirannya, terdeteksi
kegiatannya dan transparan objek pajaknya. Pemungutan pajak atas badan jauh lebih optimal daripada orang pribadi. Kesulitan praktik pemantauan dan
pendektesian Penghasilan Kena Pajak orang pribadi terutama karena institusi financial dan system perekonomian secara efektif belum berkembang sehingga
kehidupan sosial ekonominya masih bersifat cash society . Realisasi pemasukan pajak dari Pajak Penghasilan ke Kas Negara selain
dilakukan dengan cara penyetoran sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan ke Kas Negara, Bank Persepsi atau Kantor Pos, yang mana cara ini disebut dengan
Self Assesment System, dapat juga dilakukan dengan cara melakukan pemotongan dan pemungutan.
Pemotongan dan pemungutan Pajak Penghasilan dilakukan oleh pihak yang ditunjuk oleh pemerintah terhadap penerima penghasilan berdasarkan
ketentuan perpajakan. Sistem pengumpulan pajak dengan menggunakan pola pemotongan dan pemungutan semacam ini dikenal dengan Withholding System,
yaitu sistem pemungutan pajak yang dilakukan oleh pihak tertentu yang ditunjuk oleh pemerintah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Pihak yang
ditunjuk tersebut berkewajiban untuk menghitung, memotong atau memungut,
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
39
menyetor dan melaporkan pajak yang dipungut atau dipotongnya sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan.
62
Withholding tax merupakan cara pembayaran pajak yang dilakukan melalui pemberi kerja, yakni Pemberi kerja memotong sejumlah nilai tertentu dari
gaji yang dibayarkan untuk disetorkan kepada pemerintah dalam bentuk pajak. Salah satu Pajak Penghasilan yang pemungutannya menggunakan system
pemotongan oleh orang ketiga dalam hal ini pemotong adalah Pajak Penghasilan Pasal 21, yang selanjutnya disebut PPh Pasal 21. Pajak Penghasilan berdasarkan
Pasal 21 Undang-Undang Pajak Penghasilan merupakan pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, komisi,
bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan oleh
Subjek Pajak orang pribadi dalam negeri. Subjek pajak adalah pihak yang dituju untuk membayar pajak penghasilan.
Apabila subjek pajak adalah menerima atau memperoleh penghasilan sebagai objek pajak, maka subjek pajak tersebut menjadi wajib pajak dan wajib untuk
membayar pajak penghasilan. Namun apabila tidak termasuk subjek pajak, maka tidak mempunyai kewajiban membayar pajak penghasilan meskipun menerima
atau memperoleh penghasilan yang menjadi objek pajak.
63
Subjek pajak yang ditetapkan menjadi wajib pajak penghasilan Pasal 21, adalah:
64
1. Pegawai adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, baik sebagai pegawai tetap atau pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas berdasarkan
62
Atep Adya Barata Jajat Djuhadiat, Pemotongan Pemungutan Pajak Penghasilan Dan Kredit Pajak Luar Negeri., Jakarta, Elex Media Computindo, 2004, hal. 1
63
Wirawan B. Ilyas dan Rudy Suhartono, Op. Cit., hal.11
64
Didik Budi Waluyo, Op. Cit., hal 5
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40
perjanjian atau kesepakatan kerja baik secara tertulis maupun tidak tertulis, untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu
dengan memperoleh imbalan yang dibayarkan berdasarkan periode tertentu, penyelesaian pekerjaan, atau ketentuan lain yang ditetapkan pemberi kerja,
termasuk orang pribadi yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri atau badan usaha milik Negara atau badan usaha milik daerah.
65
Pegawai terdiri dari:
a. Pegawai tetap, adalah pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam juklah tertentu secara teratur, termasuk anggota dewan
komisaris dan anggota dewan pengawas yang secara teratur terus menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan secara langsung, serta pegawai yang
bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu tertentu sepanjang pegawai yang bersangkutan bekerja penuh full time dalam pekerjaan
tersebut.
66
b. Pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, adalah pegawai yang hanya menerima penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan bekerja,
berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh
pemberi kerja.
67
2. Penerima Pensiun, adalah orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima atau memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan di masa lalu, termasuk
orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima tunjangan hari tua atau jaminan hari tua.
68
Yang termasuk penerima pensiun adalah penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan
hari tua, termasuk ahli warisnya.
65
Pasal 1 angka 9, Peraturan Menteri Keuangan No. 252PMK.032008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak Atas Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa dan
Kegiatan Orang Pribadi
66
Pasal 1 angka 10, Peraturan Menteri Keuangan No. 252PMK.032008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak Atas Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa
dan Kegiatan Orang Pribadi
67
Pasal 1 angka 11, Peraturan Menteri Keuangan No. 252PMK.032008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak Atas Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa
dan Kegiatan Orang Pribadi
68
Pasal 3 huruf b, Peraturan Menteri Keuangan No. 252PMK.032008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak Atas Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa dan
Kegiatan Orang Pribadi
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
41
3. Bukan Pegawai, yang termasuk bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan jasa, atau kegiatan,
antara lain meliputi: a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris; b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, bintang
iklan, sutradara,
kru film,
foto model,
peragawanperagawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis dan seniman lainnya;
c. Olahragawan; d. Penasehat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
e. Pengarang, peneliti dan penerjemah; f. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik computer dan system
aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan social serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;
g. Agen iklan; h. Pengawas dan pengelola proyek;
i. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara;
j. Petugas penjaja barang dagangan; k. Petugas dinas luar asuransi;
l. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya.
4. Peserta Kegiatan adalah orang pribadi yang terlibat dalam suatu kegiatan tertentu, termasuk mengikuti rapat, siding, seminar, lokakarya workshop,
pendidikan, pertunjukan, olahraga, atau kegiatan lainnya dan menerima atau memperoleh imbalan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam kegiatan
tersebut.
69
Peserta kegiatan yang menerima penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain meliputi :
69
Pasal 1 angka 13, Peraturan Menteri Keuangan No. 252PMK.032008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak Atas Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa
dan Kegiatan Orang Pribadi
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
42
a. Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olahraga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya;
b. Peserta rapat, konferensi, siding, pertemuan, atau kunjungan kerja; c. Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara
kegiatan tertentu; d. Peserta pendidikan, pelatihan dan magang;
e. Peserta kegiatan lainnya
B. Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21