71
E. Kepatuhan NotarisPPAT Banda Aceh Terhadap Memungut Pajak
Penghasilan
Pelaksanaan pemungutan pajak memerlukan suatu system yang telah disetujui masyarakat melalui perwakilannya di dewan perwakilan, dengan
menghasilkan suatu peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pelaksanaan perpajakan bagi fiskus maupun bagi wajib pajak.
Salah satu jenis pajak yang diberlakukan di Indonesia adalah Pajak Penghasilan. Dalam Pajak Penghasilan ini , ditemui Pajak Penghasilan pasal 21
berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008. Sistem Pemungutan atas pajak jenis ini adalah dengan melibatkan orang ketiga sebagai pemungut pajak
dengan menggunakan sistem pemotongan. Pemberi kerja merupakan satu diantara beberapa orang atau badan yang termasuk dalam katagori sebagai pemotong,
sedangkan penerima penghasilan atau gaji masuk dalam katagori orang yang penghasilannya kena pajak dan dipotong oleh pemotong tersebut.
Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia, istilah kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Dalam hal perpajakan di Indonesia,
dapat memberi pengertian bahwa kepatuhan perpajakan merupakan ketaatan, tunduk dan patuh serta melaksanakan ketentuan perpajakan. Jadi, wajib pajak
yang patuh adalah wajib pajak yang taat dan memenuhi serta melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
105
Terdapat 2 dua macam kepatuhan, yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan material, yakni ;
105
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,
1995, hal. 1013
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
72
1. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang
perpajakan. 2. Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara substantif
atau hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa Undang-Undang Perpajakan.
Misalnya ketentuan
tentang batas
waktu penyampaian
Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 21 dari tanggal 1 sampai tanggal 10 setiap
bulannya. Apabila pemotong telah melakukan Surat Pemberitahuan Masa tersebut sebelum atau pada tanggal 10 setiap bulannya pemotong telah memilih ketentuan
formal namun isinya belum tentu memenuhi ketentuan material. Pemotong yang memenuhi kepatuhan material adalah pemotong yang mengisi dengan jujur,
lengkap dan benar Surat Pemberitahuan Masa tersebut sesuai dengan ketentuan dan menyampaikannya ke Kantor Pelayanan Pajak sebelum batas waktu berakhir.
Notaris PPAT sebagai salah satu dari pemberi kerja berdasarkan Undang- Undang Pajak Penghasilan ditunjuk dan diwajibkan untuk memotong PPh Pasal
21 dari gaji yang dibayarkannya pada pegawai tetapnya tersebut. Dari hasil penelitian yang didapat diketahui bahwa tidak semua dari jumlah keseluruhan
responden yaitu 21 dua puluh satu NotarisPPAT di Banda Aceh yang mengetahui kewajibannya sebagai pemotong atas gaji dari pegawai tetapnya
tersebut. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa jumlah NotarisPPAT yang mengetahui kewajibannya sebagai pemotong hanya 10 sepuluh orang atau
47,61 empat puluh tujuh koma enam puluh satu persen . Sedangkan 11 sebelas orang atau 52,39 lima puluh dua koma tiga puluh sembilan persen
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
73
NotarisPPAT yang lainnya tidak mengetahui kewajibannya sebagai pemotong. Dari sebelas orang tersebut diatas, 7 tujuh orang atau 63,63 enam puluh tiga
koma enam puluh tiga persen tidak mengetahui kewajiban sebagai pemotong karena tidak pernah mendapat sosialisasi dari Kantor Pelayanan Pajak setempat
sementara 4 empat orang atau 36,37 tiga puluh enam koma tiga puluh tujuh persen karena kurang memahami PPh Pasal 21 terutama tentang ketentuan serta
hak dan kewajiban sebagai pemotong bagi para pemberi kerja, yang mana salah satunya adalah NotarisPPAT.
Kesepuluh orang atau 47,61 empat puluh tujuh koma enam puluh satu persen NotarisPPAT di Kota Banda Aceh yang mengetahui kewajibannya
sebagai pemotong, semuanya melakukan penghitungan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai tetapnya, sesuai dengan yang diperintahkan oleh Undang-Undang Nomor
36 tahun 2008 . Langkah selanjutnya setelah penghitungan adalah melakukan pemotongan.
Dari 10 sepuluh orang NotarisPPAT itu yang menghitung Pajak Penghasilan pasal 21 atas gaji pegawai tetapnya, yang melakukan pemotongan atas pajak
tersebut diatas terhadap pegawai tetapnya hanya 2 dua orang NotarisPPAT. Sementara 8 delapan NotarisPPAT lainnya yang sebelumnya melakukan
penghitungan tidak melakukan pemotongan karena faktor hasil penghitungan yang nihil yaitu sebesar 7 tujuh orang atau 87,5 delapan puluh tujuh koma
lima persen dan juga faktor keberatan dari pegawai tetapnya itu sendiri yaitu sebesar 1 satu orang atau 12,5 dua belas koma lima persen.
Demikian halnya tentang bukti pemotongan, 2 dua orang NotarisPPAT di Banda Aceh yang telah melakukan pemotongan, keduanya memberikan bukti
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
74
pemotongan PPh Pasal 21 kepada pegawai tetapnya. Pada tahap penyetoran dan pelaporan. NotarisPPAT harus menyampaikan penyetoran atas pemotongan yang
telah ia lakukan. Dari 2 dua orang NotarisPPAT di Banda Aceh yang melakukan pemotongan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai tetapnya, keduanya
menindaklanjuti tindakannya dengan melakukan penyetoran pajak tersebut diatas. Akan tetapi keduanya tidak melakukan penyetoran pada waktu yang bersamaan.
Hanya 1 satu orang NotarisPPAT melakukan penyetoran sesuai dengan waktu yang ditentukan yaitu dari tanggal 1 satu sampai dengan tanggal 10 sepuluh
setiap bulannya sementara 1 satu orang lainnya melakukannya setelah tanggal jatuh tempo.
Pada tahap pelaporan, kedua NotarisPPAT di atas juga menyampaikan pelaporan atas pemotongan PPh Pasal 21 yang telah mereka lakukan atas gaji
pegawainya. Pelaporan ini juga tidak dilakukan dengan bersamaan. 1 satu orang NotarisPPAT melakukan sesuai dengan waktu yang dijadwalkan setiap bulannya
sedangkan 1 satu terlambat dalam menyampaikan pelaporan. Keduanya menyampaikan laporan dengan menggunakan SPT Masa, yang disampaikan setiap
bulannya ke Kantor Pelayanan Pajak setempat. Berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan
terhadap NotarisPPAT di Banda Aceh, dapat diketahui bahwa dari 21 dua puluh satu responden hanya 2 dua orang NotarisPPAT atau 9,52 sembilan koma
lima puluh dua persen yang benar-benar melakukan kewajibannya dalam menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 berdasarkan Undang-Undang Pajak
Penghasilan Nomor 36 tahun 2008.
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
75
Dengan demikian dari pembahasan di atas dapat diketahui bahwa sebahagian kecil dari 21 dua puluh satu responden yang diteliti, yaitu 9,52
atau 2 dua orang yang telah mematuhi secara formal ketentuan Undang-Undang Pajak Penghasilan, yakni mematuhi kewajiban sebagai pemotong. Akan tetapi
masih terdapat NotarisPPAT yang tidak mematuhi ketentuan formal tersebut yaitu 90,47 sembilan puluh koma empat puluh tujuh persen atau 19 sembilan
belas orang, walaupun sebahagian di antara mereka yaitu 8 delapan orang, sudah mengetahui kewajiban sebagai pemotong dan telah melakukan kewajiban
perpajakannya walaupun tidak penuh, namun mereka tidak menyampaikan SPT Masa seperti yang telah digariskan dalam Peraturan Perundang-undangan yang
menyangkut ketentuan tentang Pajak Penghasilan, yaitu Undang Nomor 36 Tahun 2008.
Hal tersebut bertentangan dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan yang berkaitan dengan PPh Pasal 21
yang mengharuskan setiap pemotong
menyampaikan pelaporan dalam bentuk SPT Masa untuk setiap pemotongan yang telah ia lakukan, meskipun hasil pemotongan atas gaji pegawai tetap tersebut
adalah nihil. SPT Masa merupakan bukti bahwa NotarisPPAT sebagai pemotong telah menjalankan kewajiban sebagai pemotong PPh Pasal 21 dengan baik dan
utuh. Oleh karena itu, berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat dikatakan tingkat kepatuhan NotarisPPAT di Banda Aceh dalam memenuhi kewajibannya seperti
tersebut diatas masih rendah.
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
76
BAB III FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEPATUHAN ATAU