Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21

42 a. Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olahraga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya; b. Peserta rapat, konferensi, siding, pertemuan, atau kunjungan kerja; c. Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan tertentu; d. Peserta pendidikan, pelatihan dan magang; e. Peserta kegiatan lainnya

B. Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21

Pajak penghasilan Pasal 21 menganut sistem pemungutan pajak withholding system dengan menggunakan orang ketiga sebagai pemotong. Ketentuan PPh Pasal 21 Undang-undang Pajak Penghasilan yang berlaku saat ini mengatur bahwa pemberi penghasilan wajib memotong, menyetorkan, dan melaporkan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri, karena pemberi penghasilan melakukan pemotongan pajak terhadap penghasilan yang dibayarkan kepada orang pribadi dalam negeri maka istilah yang sering muncul dikenal dengan Pemotong pajak . Pemotong pajak adalah Wajib pajak pribadi atau Wajib Pajak badan, termasuk bentuk usaha tetap mempunyai kewajiban untuk melakukan pemotongan pajak atas Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan jasa, dan kegiatan orang pribadi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 21: a. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai; www.nitropdf.com UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 43 b. Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan; c. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran lain dengan nama apapun dalam rangka pensiun; d. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas; e. Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan pelaksanaan suatu kegiatan. Pemberi kerja terdiri dari orang pribadi dan badan, baik merupakan pusat maupun cabang perwakilan atau unit yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun, sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai dan bukan pegawai. 70 Bendahara atau pemegang kas pemerintah termasuk bendahara atau pemegang kas kepada Pemerintah Pusat termasuk institusi TNIPOLRI, Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga Negara lainnya, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri, yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan. 71 70 Pasal 2 ayat 1 huruf a, Peraturan Menteri Keuangan No. 252PMK.032008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak Atas Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan Orang Pribadi 71 Pasal 2 ayat 1 huruf b, Peraturan Menteri Keuangan No. 252PMK.032008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak Atas Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan Orang Pribadi www.nitropdf.com UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 44 Dana pensiun adalah badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja juga termasuk badan-badan lain yang membayar uang pensiun dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua. 72 Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara BUMN, atau badan usaha milik daerah BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi social politik atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk badan usaha tetap. 73 Penyelenggara kegiatan adalah wajib pajak orang pribadi atau wajib pajak badan sebagai penyelenggara kegiatan tertentu yang melakukan pembayaran imbalan dengan nama dan dalam bentuk apapun kepada orang pribadi sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan tersebut. 74 Yang termasuk penyelenggara kegiatan adalah badan pemerintah, organisasi yang bersifat nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan yang membayar honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk 72 Pasal 2 ayat 1 huruf c, Peraturan Menteri Keuangan No. 252PMK.032008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak Atas Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan Orang Pribadi 73 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan 74 Pasal 2 ayat 1 huruf e, Peraturan Menteri Keuangan No. 252PMK.03 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak Atas Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan Orang Pribadi www.nitropdf.com UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 45 apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu kegiatan. 75 Hubungan kerja antara pegawai dengan pemotong sebagai pemberi kerja, pada dasarnya, adalah hubungan transaksional yang membawa konsekuensi terhadap pemberi kerja, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Membayar imbalan yang disepakati dengan pegawai atau buruh. 2. Menanggung iuran-iuran yang ditetapkan Pemerintah sebagai akibat adanya hubungan kerja. 3. Mematuhi ketentuan pemerintah tentang jam kerja. 4. Memotong dari penghasilan yang dibayarkan kepada pegawai atau buruh, pajak penghasilan yang terutang dan menyetorkannya ke kas Negara. Kewajiban Pemotong Pajak adalah : 76 1. Kewajiban mendaftarkan diri a. Setiap pemotong pajak, termasuk organisasi internasional yang tidak dikecualikan sebagai pemotong wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Penyuluhan Pajak dan Pengamatan Potensi Perpajakan setempat. b. Pemotong Pajak mengambil sendiri fomulir-fomulir yang diperlukan dalam rangka pemenuhan kewajiban perpajakannya kepada Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Penyuluhan Pajak dan Pengamatan Potensi Perpajakan setempat. 2. Kewajiban menghitung, memotong, dan menyetorkan : 75 Pasal 2 ayat 1 huruf e, Peraturan Menteri Keuangan No. 252PMK.03 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak Atas Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan Orang Pribadi 76 Didik Budi Waluyo, Op. Cit., hal. 16 www.nitropdf.com UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 46 a. Pemotong pajak wajib menghitung, memotong, dan menyetorkan PPh Pasal 21 yang terutang untuk setiap bulan takwim. b. Penyetoran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak SSP ke Bank BUMN atau BUMD atau bank lain yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Anggaran, atau PT Posindo, selambat-lambatnya tanggal 10 bulan takwim berikutnya. c. Pemotong pajak wajib melaporkan penyetoran tersebut sekalipun nihil dengan menggunakan Surat Pemberitahuan SPT Masa ke Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Penyuluhan Pajak dan Pengamatan Potensi Perpajakan setempat, selambat-lambatnya tanggal 20 bulan takwim berikutnya. d. Apabila dalam satu bulan takwim terjadi kelebihan penyetoran PPh Pasal 21 maka kelebihan tersebut dapat diperhitungkan dengan PPh Pasal 21 yang terutang dalam bulan berikutnya dalam tahun takwim yang bersangkutan. e. Pemotong pajak wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 baik diminta maupun tidak pada saat dilakukannya pemotongan pajak kepada orang pribadi bukan sebagai pegawai tetap, penerima uang tebusan pensiun, penerima jaminan hari tua, penerima pesangon, dan penerima dana pensiun. f. Pemotong wajib pajak menerima bukti pemotongan PPh Pasal 21 tahunan kepada pegawai tetap, termasuk penerima pensiunan bulanan, dengan menggunakan fomulir yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak dalam waktu 2 dua bulan setelah tahun takwim berakhir. Namun apabila pegawai tetap berhenti bekerja atau pensiun pada bagian tahun takwim, maka bukti pemotongan tersebut diberikan oleh pemberi kerja selambat-lambatnya 1 www.nitropdf.com UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 47 satu bulan setelah pegawai yang bersangkutan berhenti bekerja atau pensiun. Hak-hak Pemotong Pajak PPh Pasal 21 adalah: 77 - Mengkompensasikan kelebihan penyetoran apabila dalam suatu bulan terjadi kelebihan penyetoran pajak atas Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terutang, kelebihan penyetoran tersebut dapat diperhitungkan dengan Pajak Penghasilan 21 yang terutang pada bulan berikutnya melalui Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21. Pasal 21 ayat 1 Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 tahun 2008 menyebutkan bahwa pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, dilakukan oleh beberapa pihak dimana salah satunya adalah pemberi kerja. Salah satu yang termasuk dalam kategori pemberi kerja adalah NotarisPPAT. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Notaris adalah pejabat umum yang satu-satunya berwenang untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau yang oleh berkepentingan untuk dinyatakan dalam suatu akta otentik, menjamin kepastian tanggalnya, menyimpan aktanya, memberikan grosse, salinan dan kutipannya, semua sepanjang pembuatan akta itu oleh suatu peraturan umum tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat atau orang lain. 78 Sedangkan Pejabat Pembuat Akta Tanah selanjutnya disebut PPAT adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk 77 Ibid., 78 G.H.S Lumban Tobing, Op. Cit., hal. 31 www.nitropdf.com UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 48 membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau hak milik atas rumah susun. Sebagai pemotong, NotarisPPAT harus menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan sendiri pajak penghasilan para pegawainya ke Kantor Pos atau Bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan, paling lama 10 sepuluh hari setelah masa pajak berakhir. 79 NotarisPPAT mempunyai beberapa pegawai baik yang tetap maupun tidak tetap untuk membantu kelancaran pekerjaan dari NotarisPPAT tersebut. Untuk itu para pegawai tersebut berhak untuk memperoleh penghasilan atas hasil kerja mereka setiap bulannya. Atas penghasilan tersebut, para pegawai tersebut menjadi wajib pajak atas pajak penghasilan yang mereka dapatkan, yang mana pemungutan atas PPh Pasal 21 tersebut akan dilakukan oleh pemotong. NotarisPPAT sebagai pemberi kerja akan bertindak sebagai pemotong atas pajak penghasilan para pegawainya. Ia wajib menghitung pajak para pegawainya, apabila penghasilan para pegawainya tersebut memenuhi PTKP sebagaimana yang telah ditentukan dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan, maka NotarisPPAT tersebut harus melakukan pemotongan dan kemudian selanjutnya ditindak lanjuti dengan penyetoran dan pelaporan. Itulah tugas NotarisPPAT sebagai pemotong PPh Pasal 21 atas penghasilan para pegawainya. NotarisPPAT sebagai pemberi kerja berdasarkan Undang-Undang Pajak Penghasilan yaitu Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 telah ditunjuk dan diwajibkan untuk memotong PPh Pasal 21 dari gaji yang dibayarkannya pada pegawai tetap notaris tersebut. Untuk itu terlebih dahulu, para NotarisPPAT harus 79 Pasal 24 ayat 3, PER-31PJ2009 www.nitropdf.com UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 49 mengetahui dan memahami Undang-Undang tersebut diatas dengan baik. Namun demikian berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa pengetahuan NotarisPPAT di Kota Banda Aceh mengenai kewajiban sebagai pemotong pajak penghasilan terhadap pegawainya dapat dilihat pada tabel II.1 di bawah ini : Tabel II.1 NotarisPPAT di Banda Aceh yang Mengetahui sebagai Pemotong No Keterangan Jumlah 1 NotarisPPAT yang mengetahui kewajibannya sebagai pemotong PPh Pasal 21 10 47,61 2 NotarisPPAT yang tidak mengetahui kewajibannya sebagai pemotong PPh Pasal 21 11 52,39 Total 21 100 Sumber: Hasil wawancara dengan para NotarisPPAT Banda Aceh pada tanggal 21 Juli 2011 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 21 dua puluh satu orang NotarisPPAT di Banda Aceh yaitu hanya 10 sepuluh orang atau 47,61 empat puluh tujuh koma enam puluh satu persen NotarisPPAT yang mengetahui kewajibannya sebagai pemotong sedangkan sisanya sebanyak 11 sebelas orang atau 52,39 lima puluh dua koma tiga puluh sembilan persen NotarisPPAT tidak mengetahui kewajibannya sebagai pemotong atas gaji pegawai tetapnya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar NotarisPPAT di kota tersebut tidak mengetahui mengenai kewajiban dan hak-hak sebagai pemotong. Karena mereka tidak mengetahui, maka mereka tidak melakukan kewajiban sebagai pemotong pajak. Padahal sebagai pemotong pajak sekaligus sebagai wajib pajak seharusnya NotarisPPAT itu mengetahui kewajibannya tersebut. Hal ini berkaitan dengan Teori kewajiban Pajak Mutlak atau sering disebut juga sebagai teori Bhakti. Teori tersebut didasarkan pada organ theory dari Otto von Gierke, yang menyatakan bahwa Negara merupakan suatu kesatuan dimana di dalamnya setiap warga Negara terikat. Tanpa ada organ atau lembaga www.nitropdf.com UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 50 tersebut individu tidak mungkin dapat hidup. Lembaga tersebut, oleh karena memberi hidup kepada warganya, dapat membebani setiap anggota masyarakatnya dengan kewajiban-kewajiban, antara lain kewajiban membayar pajak. 80 Terdapat beberapa faktor penyebab para NotarisPPAT tersebut tidak mengetahui hak dan kewajiban mereka sebagai pemotong. Sebanyak 7 tujuh orang atau 63,63 enam puluh tiga koma enam puluh tiga persen NotarisPPAT tidak mengetahui kewajibannya sebagai pemotong karena tidak pernah mendapatkan sosialisasi dari Kantor Pelayanan Pajak setempat. Hal ini menyebabkan mereka sama sekali tidak mengetahui akan kewajiban perpajakan sebagai pemotong. Sedangkan 4 empat orang atau 36,37 tiga puluh enam koma tiga puluh tujuh persen lainnya karena kurang memahami Undang-Undang Pajak Penghasilan terutama yang menyangkut ketentuan tentang Pasal 21 . Mereka beranggapan ketentuan ini sangat rumit untuk dipahami. Faktor-faktor tersebut diatas mengakibatkan mereka tidak melakukan kewajiban perpajakannya tersebut bukan karena faktor kesengajaan, akan tetapi karena faktor kurang memahami dengan baik tentang Undang-Undang Pajak Penghasilan, khususnya tentang kewajiban sebagai pemotong. Hal ini tentunya tidak terlepas dari belum maksimalnya sosialisasi tentang PPh Pasal 21 dari Kantor Pelayanan Pajak setempat kepada pemberi kerja, khususnya NotarisPPAT selama ini dan kurangngya kesadaran dan kemauan dari para NotarisPPAT itu sendiri untuk lebih mencari tahu tentang kewajiban perpajakannya secara lebih mendalam. 80 Y. Sri Pudyatmoko, Hukum Pajak, Yogyakarta, Andi, 2004, hal. 24 www.nitropdf.com UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 51

C. Penghitungan dan Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21

Dokumen yang terkait

Analisis Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota Tahun 20111-2013

7 95 50

Kepatuhan Hukum Notaris/Ppat Di Kota Banda Aceh Terhadap Kewajiban Menyampaikan Spt Pph Pasal 21 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan

2 71 132

Pelaksanaan Kewajiban Mengisi Dan Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Pada Koperasi Swadharma Medan

1 65 51

Pengawasan Pelunasan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

0 45 68

Analisis Hukum Terhadap Letter Of Credit Syariah Berdasarkan Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

6 58 151

Mekanisme Perhitungan Dan Pelaporan Pajak Penghasilan ( Pph ) Pasal 21 Karyawan Pada Rumah Sakit Umum Haji Medan

4 65 73

Akuntansi Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada Dinas Pertamanan Kota Medan

0 19 61

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republ

0 0 6

BAB II KEPATUHAN NOTARISPPAT BANDA ACEH TERHADAP KEWAJIBAN MEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 TERHADAP KARYAWAN A. Pajak Penghasilan dan PPh Pasal 21 - Kepatuhan Hukum Notaris/Ppat Di Kota Banda Aceh Terhadap Kewajiban Menyampaikan Spt Pph Pasal 21

0 1 44

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Kepatuhan Hukum Notaris/Ppat Di Kota Banda Aceh Terhadap Kewajiban Menyampaikan Spt Pph Pasal 21 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan

0 0 31