enzimatik sel. Sumber kalsium terbaik adalah susu dan produk susu, seperti keju dan yogurt. Selain itu, kalsium juga terdapat dalam jumlah terbatas
pada sayuran dan makanan yang difortifikasi kalsium Schlenker Gilbert, 2015. Pada vegetarian, khususnya lakto-ovo-vegetarian, kecukupan
kalsium harian sama dengan yang non-vegetarian, sedangkan orang vegan memiliki kadar kalsium yang lebih rendah Craig Mangels, 2009. Kadar
kalsium yang rendah disebabkan sayuran yang dikonsumsi memiliki zat fitat dan oksalat, yang menurunkan bioavailabilitas kalsium dengan cara
berikatan dengan kalsium dan membentuk zat yang tidak larut dan tidak bisa diabsorpsi. Oleh sebab itu, orang vegan yang tidak mengonsumsi produk
susu disarankan mengonsumsi makanan yang difortifikasi kalsium atau suplemen kalsium Craig Mangels, 2009; Schlenker Gilbert, 2015;
Weaver Plawecki, 1999.
Vitamin B12
Vitamin B12 memiliki fungsi pembentukan gugus heme pada hemoglobin, dan defisiensi vitamin B12 menyebabkan anemia megaloblastik Schlenker
Gilbert, 2015. Sumber vitamin B12 hanya terdapat dalam sumber hewani, dan tidak bisa didapat dari sumber nabati. Oleh sebab itu, orang
vegetarian berisiko defisiensi vitamin B12 Dwyer, 1988; Craig Mangels, 2009, dan membutuhkan makanan yang difortifikasi atau suplementasi
Craig Mangels, 2009; Schlenker Gilbert, 2015; Kwok, et al., 2002. Banyak penelitian telah dilakukan untuk mencari hubungan pola diet
vegetarian dengan gejala defisiensi vitamin B12, salah satunya dengan mengukur kadar homosistein, asam metilmalonat, u holotranskobalamin II
Craig Mangels, 2009; Kwok, et al., 2002.
2.2. Suplemen Makanan
2.2.1. Definisi dan Sejarah Suplemen Makanan
Suplemen makanan didefinisikan oleh DSHEA Dietary Supplement Health and Education Act
sebagai produk yang bertujuan untuk mencukupkan diet yang
Universitas Sumatera Utara
mengandung bahan makanan atau nutrisi seperti: vitamin; mineral; herbal atau produk tumbuh-tumbuhan; asam amino atau protein; substansi yang dipakai
manusia untuk meningkatkan asupan gizi total; atau semacam konsentrat, metabolit, konstituen, ekstrak, atau kombinasi bahan-bahan yang disebutkan di atas
Marra Boyar, 2009. Suplemen makanan bukanlah makanan pokok atau obat sehingga bertujuan untuk menyembuhkan penyakit atau kelainan pada tubuh
manusia Owens, et al., 2014. Suplemen makanan biasanya dikonsumsi lewat mulut dan terdiri dari beberapa bentuk sediaan, seperti pil, kapsul, tablet, cairan
atau sirup, bubuk, atau bentuk lain selama tidak digunakan sebagai makanan pokok, hanya sebagai makanan penunjang saja. Marra Boyar, 2009.
Sejarah suplementasi bisa ditelusuri sampai ke masa lampau, seperti perkataan Sir William Osler bahwa “keinginan manusia untuk mengonsumsi obat-
obatan membedakan manusia dari hewan”. Hal tersebut ditandai dengan penemuan specimen tanaman obat di dalam usus manusia purba “iceman” berusia 5.300 tahun
di Pegunungan Alpen, Swiss Halsted, 2003. Pada tahun 400 SM, Hippokrates memberikan senyawa tembaga sebagai obat untuk menyembuhkan bermacam-
macam penyakit, termasuk penyakit pernapasan. Pada abad ke-17, senyawa zat besi digunakan untuk menyembuhkan anemia defisiensi besi. Perkembangan
pengetahuan mengenai suplemen, khususnya senyawa vitamin berawal pada tahun 1747, ketika Dr. James Lind menemukan senyawa pada buah lemon yang dapat
menyembuhkan sariawan, yang sekarang dikenal sebagai vitamin C. Perkembangan pun berlanjut sampai pada tahun 1912, Casimir Funk, seorang ahli biokimia,
membuat istilah “vitamine” setelah dr. William Fletcher menemukan senyawa thiamin pada kulit padi vitamine berasal dari kata Latin vital, yang berarti penting
bagi kehidupan dan amine, yaitu senyawa gabungan nitrogen pada thiamin. Sejak saat itu, sampai tahun 1948, semua jenis vitamin, baik larut dalam air maupun
lemak, sudah ditemukan, dengan vitamin B12 sebagai vitamin terakhir yang ditemukan. Sejak tahun 1933, vitamin sudah bisa disintesis di laboratorium
vitamin C pertama kali. Dan akhirnya pada tahun 2002, AMA American Medical Association
mengemukakan bahwa orang dewasa di AS dianjurkan untuk mengonsumsi suplemen multivitamin untuk mengurangi risiko penyakit kronis, dan
Universitas Sumatera Utara
AHA American Heart Association menganjurkan konsumsi minyak ikan, baik dari makanan ataupun suplementasi, untuk melindungi kesehatan jantung
Rehnborg, 2009; Clement, 2010. Sekarang, muncul sebuah proyek bernama The Human Genome Project,
yang membantu pawa ilmuwan untuk mempelajari bagaimana pola diet memengaruhi kondisi genetic seseorang disebut nutrigenomics, dan bagaimana
kondisi genetic seseorang memengaruhi pola diet, kerentanan terhadap penyakit tertentu, dan respon terhadap kondisi lingkungan disebut nutrigenetics. Hal
tersebut memberi kesimpulan bahwa tiap orang memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda-beda, bergantung pada kondisi genetik orang tersebut. Diharapkan ke
depannya perkembangan tersebut dapat memberikan dampak positif bagi peran suplementasi untuk mencukupi kebutuhan nutrisi tiap orang personalized health
Schlenker Gilbert, 2015.
2.2.2. Prevalensi Penggunaan Suplemen di Dunia