BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.  Secara parsial, kualitas pelayanan purna jual berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap  citra  merek  mobil  Toyota  pada  PT.  Astra  International  Tbk.  AUTO2000
Sisimangaraja , Medan. 2.  Secara  parsial,  kualitas  pelayanan  purna  jual  juga  berpengaruh  secara  positif  dan
signifikan  terhadap  loyalitas  konsumen  mobil  Toyota  pada  PT.  Astra  International Tbk. AUTO2000 Sisimangaraja , Medan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan evaluasi, maka saran yang dapat diberikan penulis adalah sebagai berikut :
1.
Variabel kualitas pelayanan purna jual dalam penelitian ini merupakan variabel  yang berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap citra merek mobil Toyota pada PT.
Astra  International  Tbk.  AUTO2000  Sisimangaraja,  Medan.  Walaupun  berhubungan tidak terlalu dominan tetapi  hasil penelitian ini tetap menyarankan kepada PT.  Astra
International  Tbk.  AUTO2000  Sisimangaraja,  Medan  untuk  lebih  meningkatkan  dan mempertinggi  kualitas  pelayanan  purna  jualnya  sembari  mencari  serta  membenahi
faktor-faktor  lain  yang  tidak  diteliti  dalam  penelitian  ini  agar  mampu  meningkatkan citra  merek  mobil  Toyota  pada  PT.  Astra  International  Tbk.  AUTO2000
Sisimangaraja, Medan.
2.
Variabel  kualitas pelayanan purna jual dalam  penelitian ini  juga merupakan variabel yang  berpengaruh  secara  positif  dan  signifikan  terhadap  loyalitas  konsumen  mobil
Universitas Sumatera Utara
Toyota  pada  PT.  Astra  International  Tbk.  AUTO2000  Sisimangaraja,  Medan. Walaupun  bukan  merupakan  variabel  yang  dominan  mempengaruhi,  tetapi  hasil
penelitian  ini  tetap  menggambarkan  bagaimana  kualitas  pelayanan  purna  jual  tetap memiliki  pengaruh  pada  loyalitas  konsumen  Mobil  Toyota  pada  PT.  Astra
International Tbk. AUTO2000 Sisimangaraja, Medan. Agar loyalitas konsumen dapat ditingkatkan  dan  terjaga  dengan  baik,  penelitian  ini  menyarankan  agar  perusahaan
lebih  meningkatkan  dan  mempertinggi  kualitas  pelayanan  purna  jualnya  sembari mencari  serta  membenahi  faktor-faktor  lain  yang  tidak  diteliti  dalam  penelitian  ini
agar  mampu  meningkatkan  loyalitas  konsumen  Mobil  Toyota  pada  PT.  Astra International Tbk. AUTO2000 Sisimangaraja, Medan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS
2.1.TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1.  Kualitas Pelayanan Purna Jual
Menurut Kotler, Philip dan Armstrong 2001:310, “Kualitas adalah totalitas fitur dan karakteristik  produk  atau  jasa  yang  mempengaruhi  kemampuannya  untuk  memenuhi
keinginan yang dinyatakan atau yang tersirat”. Menurut Sviokla dalam Lupiyoadi 2008:181 “Kualitas adalah kemampuan perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan.”
Sementara  menurut  Ratminto  2005:2  “Pelayanan  adalah  produk-produk  yang  tidak  kasat mata tidak dapat dirasa melibatkan usaha-
usaha manusia dan menggunakan peralatan” Wyckoff dalam Tjiptono 2005:59 mendefinisikan “Kualitas pelayanan merupakan
tingkat  keunggulan  yang  diharapkan  dan  pengendalian  atas  tingkat  keunggulan  tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan.”
Tjiptono 2005 :261 menjelaskan “Persepsi Kualitas pelayanan service quality yang
baik  positif diperoleh bila kualitas yang dialamai experienced quality memenuhi harapan pelanggan expected quality, bila harapan pelanggan tidak realistis, maka persepsi  kualitas
t otal total perceived quality akan rendah.”
Menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No. 634MPPKep92002 tentang ketentuan dan tata cara pengawasan barang dan atau jasa yang
beredar  di  pasar,  pasal  1  angka  12  disebutkan  pelayanan purna  jual adalah  pelayanan  yang diberikan  oleh  pelaku  usaha  kepada  konsumen  terhadap  barang  danatau  jasa  yang  dijual
dalam hal jaminan mutu, daya tahan, kehandalan operasional sekurang-kurangnya selama 1 satu  tahun.  Dan  dalam  Pasal  25  ayat  1  UUPK  menyatakan  bahwa  pelaku  usaha  yang
memproduksi  barang  yang  pemanfaatannya  berkelanjutan  dalam  batas  waktu  sekurang- kurangnya satu tahun wajib menyediakan suku cadang dan atau fasilitas purna jual dan wajib
Universitas Sumatera Utara
memenuhi jaminan atau garansi sesuai dengan yang diperjanjikan. Menurut  Shaharudin,  Muzani,  Jamel  dan  Wan  2009  layanan  purna  jual
digambarkan  sebagai  layanan  yang  di  berikan  kepada  konsumen  ketika  barang  yang  dibeli konsumen sudah dikirim. Layanan  purna  jual  sering  disebut  sebagai  kegiatan  pendukung
produk,  yang  berarti  semua  kegiatan  yang  mendukung  transaksi-sentris  produk  .    Hal  ini juga didefinisikan sebagai dukungan kepada pelanggan dimana semua unsur-unsur kegiatan
yang dilakukan dapat memastikan pelanggan bahwa produk yang dibelinya memiliki jaminan bebas masalah sesuai dengan yang dijanjikan.
Dalam pengertian umum layanan purna jual adalah bentuk jasa yang di tawarkan oleh produsen  kepada  konsumennya  setelah  transaksi  penjualan  dilakukan  sebagai  jaminan
mutu untuk produk yang ditawarkannya. Layanan purna jual tidak terbatas hanya pada produk kongkrit, produk abstrak seperti
pendidikan  pun  oleh  produsen  universitas  kadang-kadang  memiliki  layanan  purna  jual dimana  mahasiswa  dijanjikan  mendapatkan  pekerjaan  setelah  lulus  dengan  berbagai
macam saluran untuk mencari pekerjaan yang disediakan. Drucker menyatakan bahwa tujuan perusahaan  adalah  menciptakan  dan  mempertahankan  pelanggan.  Salah  satu  cara  untuk
mempertahankan  pelanggan  ini  adalah  dengan  memberikan  layanan  dan  dukungan  kepada konsumen dengan baik seperti misalnya memberikan layanan purna jual.
Layanan  Purna  jual  adalah  layanan  yang  diberikan  oleh  organisasi  kepada  para konsumen  setelah  konsumen  tersebut  melakukan  transaksi  pembelian  kepada  suatu
organisasi. Adapun tujuan layanan purna jual yang diberikan suatu organisasi antara lain : 1.  Layanan  purna  jual  dimaksudkan  untuk  menjaga  minat  konsumen  atau  calon
konsumen  dan  memperluas  sikap  positif  dari  keunggulan  produk  yang  telah dijanjikan.
2.  Menumbuhkan   kepuasan konsumen,   kekaguman terhadap produk,   rekomendasi
Universitas Sumatera Utara
dan  di  atas semuanya mengharapkan pembelian ulang. 3.  Menciptakan kepercayaan, keyakinan diri, dan reputasi.
4.  Mengungkapkan  garansi  dengan  persyaratan  termasuk  penjelasan tentang suku cadang bila ada secara terbuka.
5.  Meningkatkan  kepuasan  konsumen  agar  para  konsumen  tersebut mau  kembali membeli  produk-produk  yang  dijual  organisasi  atau perusahaan sehingga proses
bisnis berjalan lancar dan berkesinambungan. Hal yang meliputi layanan purna jual yang dilakukan organisasi atau perusahaan seperti :
1.  Layanan yang diberikan oleh costumer service 2.  Pemberian jaminan
3.  Pelatihan dan petunjuk penggunaan produk 4.  Penyediaan suku cadang
5.  Penanganan    perbaikan,    penanganan    keluhan,    trakcing    informasi  yang dibutuhkan mengenai kondisi produk yang sedang diperbaiki
6.  up selling serta cross selling
2.1.1.1. Faktor – Faktor  Kualitas Pelayanan Purna Jual
1.  Pengiriman Produk  harus  dikirimkan  dengan  segera,  konsumen  akan  merasa  terpuaskan
dengan  tersebut.  Diantaranya  adalah  dengan  menjaga  safety  stock    dapat menghindari    keterlambatan    pengiriman    produk    ke  pelanggan,  menjaga  waktu
tunggu minimal, dan sistem distribusi yang baik. 2.  Instalasi
Respon  instalasi  harus  sesuai  dengan  spesifikasi  dan  kebutuhan.  Dengan  melatih staff  mereka  untuk  memberikan  kohesif  dan  layanan  yang  handal  kepada
konsumen.
Universitas Sumatera Utara
3.  Garansi Jaminan   yang   diberikan   perusahaan   kepada   konsumen   sesuai dengan janji
yang  diberikan  dan  menyediakan  suku  cadang  dalam  jangka  waktu  yang  sudah ditentukan.
2.1.2.  Citra Merek atau Brand Image
Menurut  Kotler  2008  :  275  Merek  adalah  nama,  istilah,  tanda,  lambang,  atau  desain, atau  kombinasi  dari  semua  ini  yang  memperlihatkan  identitas  produk  atau  jasa  dari  satu
penjual  atau  sekelompok  penjual  dan  membedakan  produk  itu  dari  produk  pesaing.  Merek adalah segala hal yang digambarkan oleh persepsi dan perasaan konsumen mengenai produk
dan kinerjanya dan segala hal lainnya yang berarti bagi konsumen. Sejumlah  teknik  kualitatif  dan  kuantitatif  telah  dikembangkan  untuk  membantu
mengungkapkan  persepsi  dan  asosiasi  konsumen  terhadap  sebuah  merek  tertentu.  Sejak diperkenalkan  secara  formal  dalam  disiplin  pemasaran,  komunikasi  Citra  merek  atau  yang
biasa  disebut  Brand  Image  kepada  segmen  target  telah  menjadi  aktivitas  pemsaran  yang penting. Dan bahkan ini menjadi sesuatu yang biasa dalam penelitian perilaku konsumen dari
tahun beberapa tahun belakangan. Membicarakan citraimage, maka biasanya bisa menyangkut image produk, perusahaan,
merek,  orang  atau  apapun  yang  berada  dalam  benak  seseorang.  Mengukur  image  ada  dua kesulitan,  pertama  adalah  konseptualisasi  image,  Image  adalah  konsep  yang  mudah
dimengerti  tetapi  sulit  dijelaskan  secara  sistematis  karena  sifatnya  abstrak  dan  yang  kedua adalah kesulitan dalam pengukuran.
Terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan dalam mengukur image. Pertama adalah merefleksikan  image  di  benak  konsumen  menurut  mereka  sendiri.  Pendekatan  ini  disebut
pendekatan  tidak  terstuktur  unstructured  approach  karena  memang  konsumen  bebas
Universitas Sumatera Utara
menjelaskan image suatu objek dibenak mereka. Cara yang kedua adalah peneliti menyajikan dimensi  yang  jelas,  kemudian  responden  merespon  terhadap  dimensi-dimensi  yang
ditanyakan itu. Ini disebut pendekatan terstuktur structured approach. M
enurut  Tjiptono  2005:49  “Citra  merek  atau  Brand  Image  merupakan  deskripsi tentang  asosiasi  dan  keyakinan  konsumen  terhadap  merek  tersebut.
”  Sementara  menurut Ferrinadewi 2008:166 “Citra Merek atau Brand Image merupakan konsep yang diciptakan
oleh konsumen karena alasan subjektif dan emosi pribadinya. ” Berbagai asosiasi yang diingat
konsumen  dapat  dirangkai  sehingga  membentuk  image  tentang  merek  atau  Brand  Image  di dalam  benak  konsumen.  Konsumen  yang  terbiasa  menggunakan  merek  tertentu  cenderung
memiliki konsistensi terhadap citra merek atau hal ini disebut juga denga kepribadian merek atau brand personality.
Pengertian Citra merek atau Brand Image menurut Keller 2008:165  : 1.  Bahwa  anggapan  tentang  brand  yang  direfleksikan  konsumen  yang  berpegang  pada
ingatan konsumen. 2.  Cara  orang  berpikir  tentang  sebuah  brand  secara  abstrak  dalam  pemikiran  mereka,
sekalipun pada saat  mereka memikirkannya, mereka tidak berhadapan  langsung dengan produk. Membangun brand image yang positif dapat dicapai dengan program pemasaran
yang kuat terhadap produk tersebut, yang unik dan memiliki kelebihan yang ditonjolkan, yang  membedakannya  dengan  produk  lain.  Kombinasi  yang  baik  dari  elemen-elemen
yang mendukung dapat menciptakan brand image yang kuat bagi konsumen. Bagaimana Brand Image terbentuk pada konsumen? Brand Image merupakan intepretasi
akumulasi  berbagai  informasi  yang  diterima  konsumen.  Jadi  yang  mengiteepretasi  adalah konsumen, dan yang diitepretasi adalah informasi. Hasil intrepretasi bergantung pada dua hal.
Pertama bagaimana konsumen melakukan intepretasi dan kedua informasi yang diintepretasi.
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan tidak sepenuhnya dapat mengontrol kedua faktor ini. Karena faktor “ Bagaimana konsumen melakukan intepres
tasi” dipengaruhi oleh aspek konsumen sendiri dan lingkungan.
Brand  Image penting  untuk  diketahui  karena  Brand  Image  dibentuk  melalui  kepuasan
konsumen.  Penjualan  dengan  sendirinya  diperoleh  melalui  kepuasan  konsumen,  sebab konsumen yang puas selain akan membeli lagi, juga akan mengajak calon pembeli lainnya.
Komunikasi  pemasaran,  iklan  dan  promosi  mempunyai  peran  penting  dalam pembangunan  Brand  Image.  Hal  ini  disebabkan  karena  kegiatan  ini  mempunya  target
audience luas  sehingga  dalam  waktu  relatif  singkat  pesan  yang  ingin  disampaikan  tentang
brang lebih cepat sampai. Ada banyak kegiatan lain yang juga berdampak besar. Contohnya adalah
1.  Desain Kemasan,  termasuk isi tulisanpesan yang disampaikan. 2.  Event,  promosi  di  toko,  promosi  di  tempat  umum  dan  kegiatan  below  the  line
lainnya. 3.  Iklan tidak langsung yaitu bersifat public relations
4.  Corporate  Social  Responsibility  CSR  yaitu  kegiatan-kegiatan  sosial  untuk komunitas yang dilakukan oleh perusahaan.
5.  Customer  Service,  bagaimana  perusahaan  menangani  keluhan,  masukan  dari konsumen setelah terjadi transaksi.
6.  Bagaimana  karyawan  yang  kerja  di  lini  depanfront  lines  apakah  itu  bagian penjualan,  kasir  dan  resepsionis,  dan  lain-lain  bersikap  dalam  menghadapi
pelanggan, dan lain-lain. Jenis tipe komunikasi  dalam daftar diatas adalah  kegiatan-kegiatan  yang baik  buruknya
tergantung  dari  kegiatan  perusahaan,  semuanya  dapat  dikontrol  atau  dikendalikan. Komplikasi justru akan muncul dari kegiatan-kegiatan komunikasi seputar brand oleh pihak
Universitas Sumatera Utara
lain  yang  tidak  bisa  dikontrol  oleh  perusahaam,  misalnya  komunikasi  oleh  konsumen langsung.  Mereka  bisa  menyebarkan  pada  networknya  dengan  berita  yang  kurang
menyenangkan yang mereka alami pada saat berinteraksi dengan brand. Word  of  Mouth  Communication
adalah  salah  satu  jenis  komunikasi  yang  sangat  efektif dan berbahaya apabila itu menyangkut publisitas buruk. Dalam komunikasi pemasaran, iklan
dan  promosi  mempunyai  target  audience  yang  luas,  sehingga  dalam  waktu  relatif  singkat pesan  yang    ingin  disampaikan  tentang  brand  lebih  cepat  sampai.  Jadi  pada  dasarnya
perusahaan  perlu  memperhatikan  semua  elemen  komunikasi  dalam  bentuk  apapun  yang menghubungkan  konsumen  dengan  brand  perusahaan.  Minimalkan  kemungkinan  terjadinya
ketidapuasan konsumen, sehingga berita seputar brand bisa selalu merupakan berita baik. Penyampaian komunikasi  yang berbeda mempunyai kekuatan dan juga pandangan akan
suatu  tujuan  yang  berbeda.  Pengembangan  Brand  Image  penting  agar  komunikasi  yang disampaikan kepada calon pembeli dapat sejajar dengan maksud dan tujuan dari produsen.
Pengembangan  Brand  Image  dapat  membentuk  kesan  tersendiri.  Beberapa  kesan  yang terbentuk dari sudut pandang konsumen akan mempengaruhi mereka tentang bagaimana cara
mereka  memandang  merek  tersebut,  kemudian  masuk  kedalam  ciri  dan  kepribadian  yang khas sehingga terbentuklah citra terhadap suatu merek.
Dalam  pengembangan  image  atau  kesan  terhadap  suatu  brand,  terhadap  ciri  dan kepribadian  yang  khas  yang  harus  diutamakan.  Dibutuhkan  beberapa  perubahan  seperti
program  pemasaran  dengan  meningkatkan  kekuatan  dan  keunikan  dari  suatu  merek  yang akan meningkatkan brand image tersebut.
Selain itu juga mempertahankan image positif dari merek tersebut juga dapat menetralisir image
negatif  yang terbentuk  dari suatu  brand. Pengembangan  image tersebut  dapat  berupa
Universitas Sumatera Utara
promosi ulang produk-produk yang ditawarkan untuk dapat menimbulkan familiaritas brand atau dengan menciptakan suatu promosi  seperti  promosi  dari mulut  ke mulut,  salah satunya
melalui  pelanggan  yang  telah  mendapatkan  pengalaman  positif  dari  merek  tersebut  atau melalui pelanggan yang telah loyal terhadap brand tersebut. Lebih jauh lagi dibutuhkan usaha
untuk membangun pengalaman positif yang lebih sering dan lebih banyak. Usaha-Usaha yang dilakukan  dari  membentuk  citra  tersebut  tidak  lepas  dari  seperangkat  assest  dan  liabilitas
mereka yang berkaitan dengan suatu brand Brand Equity.
2.1.2.1. Elemen-Elemen dan Komponen Brand Image
Berikut  adalah  beberapa  elemen  yang  terkandung  didalam  brand  image  suatu  produk yaitu :
1.  Ketahanan tenacity berkaitan dengan kualitas dan brand image produk itu sendiri. 2.  Kesesuaian  congruence  berkaitan  dengan  kesesuaian  antara  brand  image  dan
karakteristik brand. 3.  Keseksamaan  precision  menentukan  berapa  akurat  dan  jelasnya  image  yang  ingin
ditampilkan. 4.  Konotasi connotative merupakan pendapat konsumen dari kepribadian produk yaitu
dari semua karakteristik merek produk sejenis  yang diterima, konsumen menemukan brand
produk yang satu berbeda dengan brand produk yang lainnya, Pembentukan  brand  image  dalam  benak  konsumen  tidak  terjadi  dalam  waktu  sekejap,
melainkan dalam waktu bertahun-tahun. Pembentukan brand image ini dipengaruhi oleh : 1.  Kualitas produk yang dihasilkan
2.  Pelayanan yang disediakan 3.  Reputasi perusahaan
Universitas Sumatera Utara
4.  Kebijaksanaan perusahaan 5.  Kegiatan-Kegiatan perusahaan itu sendiri.
Brand Image merupakan asosiasi dari semua informasi  yang tersedia mengenai produk,
jasa dan perusahaan dari brand yang dimaksud. Informasi ini didapat dari dua cara; Pertama  melalui  pengalaman  konsumen  secara  langsung,  yang  terdiri  dari  kepuasan
fungsional dan kepuasan emosional. brand tersebut tidak cuma dapat bekerja maksimal dan memberikan  performansi  yang  dijanjikan  tapi  juga  harus  dapat  memahami  kebutuhan
konsumen,  mengusung  nilai-nilai  yang  diinginkan  oleh  kosumen  dan  juga  memenuhi
kebutuhan  individual  konsumen
– yang akan mengkontribusi atas hubungan dengan brand
tersebut.
Kedua,  persepsi  yang  dibentuk  oleh  perusahaan  dari  brand  tersebut  melalui  berbagai macam  bentuk  komunikasi,  seperti  iklan,  promosi,  hubungan  masyarakat  public  relations,
logo,  fasilitas  retail,  sikap  karyawan  dalam  melayani  penjualan,  dan  performa  pelayanan. Bagi  banyak  brand,  media  dan  lingkungan  dimana  merek  tersebut  dijual  dapat
mengkomunikasikan  atribut  atribut  yang  berbeda.  Setiap  alat  pencitraan  ini  dapat  berperan dalam  membina  hubungan  dengan  konsumen.  Penting  demi  kesuksesan  sebuah  brand,  jika
semua  faktor  ini  dapat  berjalan  sejajar  atau  seimbang,  ketika  nantinya  akan  membentuk gambaran total dari brand, tersebut. Gambaran inilah yang disebut Brand Image atau reputasi
brand , dan image ini bisa berupa image yang positif atau negatif atau bahkan diantaranya.
Brand  Image terdiri  dari  atribut  objektif    instrinsik  seperti  ukuran  kemasan  dan  bahan
dasar yang digunakan, serta kepercayaan, perasaan dan asosiasi yang ditimbulkan oleh brand produk tersebut.
Brand  Image merepresentasikan  inti  dari  semua  kesan  menngenai  suatu  merek  yang
terbentuk dalam benak konsumen. Kesan-kesan ini terdiri dari:
Universitas Sumatera Utara
1.  Kesan mengenai penampilan fisik dan performansi produk; 2.  Kesan tentang keuntungan fungsional produk;
3.  Kesan tentang orang-orang yang memakai produk tersebut; 4.  Semua emosi dan asosiasi yang ditimbulkan produk itu;
5.  Kesan mengenai penampilan fisik dan performansi produk; 6.  Kesan tentang keuntungan fungsional produk;
7.  Kesan tentang orang-orang yang memakai produk tersebut; 8.  Semua emosi dan asosiasi yang ditimbulkan produk itu;
dapat  dikatakan  bahwa  Brand  Image merupakan  „totalitas‟  terhadap  suatu  brand  yang
terbentuk dalam persepsi konsumen. Image
pada suatu brand merefleksikan image dari perspektif konsumen dan melihat janji yang dibuat  brand tersebut  pada konsumennya.  Brand Image  terdiri atas asosiasi  konsumen
pada  kelebihan  produk  dan  karakteristik  personal  yang  dilihat  oleh  konsumen  pada  brand tersebut. Menurut Ferrinadewi 2009:167, Brand Image memilki tiga komponen, yaitu:
1.  Brand Associations Asosiasi Merek Asosiasi terhadap karakteristik produk atau jasa yang dilekatkan oleh konsumen pada
brand tersebut,  termasuk  persepsi  konsumen  mengenai  janji  janji  yang  dibuat  oleh
merek  tersebut,  positif  maupun  negatif,  dan  harapan  mengenai  usaha-usaha  untuk mempertahankan kepuasan konsumen dari merek tersebut. Suatu brand memiliki akar
yang kuat, ketika brand tersebut diasosiasikan dengan nilai-nilai  yang mewakili atau yang  diinginkan  oleh  konsumen.  Asosiasi  brand  membantu  pemasar  mengerti
kelebihan dari brand yang tersampaikan pada konsumen. 2.  Brand Value Nilai Merek
Nilai  dari  sebuah  Brand,  tidak  hanya  sekedar  nilai  asset  yang  berupa  asset  yang tangible
pada  perusahaan.  Nilai  Brand  dapat  berupa  segala  sesuatu  yang  bersifat
Universitas Sumatera Utara
intangible pada  perusahaan,  seperti  nilai  dari  customer  loyalty,  image  perusahaan  di
mata customer. 3.  Brand Positioning penempatan Merek
Brand positioning adalah suatu kegiatan perusahaan untuk mendisain  penawaran dan
image sehingga memberikan nilai yang berbeda didalam pikiran konsumen Ferrinadewi  2008:167  juga  mendefinisikan  sebuah  Brand  Image  sebagai  persepsi
mengenai  sebuah  brand  sebagaimana  direfleksikan  oleh  asosiasi  merek  yang  terdapat  di dalam benak konsumen. Brand Image terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut:
1.  Attributes Atribut Merupakan pendefinisian deskriptif tentang fitur-fitur yang ada dalam senuah produk atau jasa.
a.  Product related attributes atribut produk: Didefinisikan sebagai bahan-bahan yang  diperlukan  agar  fungsi  produk  yang  dicari  konsumen  dapat  bekerja.
Berhubungan  dengan  komposisi  fisik  atau  persyaratan  dari  suatu  jasa  yang ditawarkan, dapat berfungsi.
b.  Non-product  related  attributes  atribut  non-produk:  Merupakan  aspek eksternal  dari  suatu  produk  yang  berhubungan  dengan  pembelian  dan
konsumsi  suatu  produk  atau  jasa.  Terdiri  dari:  informasi  tentang  harga, kemasan  dan  desain  produk,  orang,  peer  group  atau  selebriti  yang
menggunakan  produk  atau  jasa  tersebut,  bagaimana  dan  dimana  produk  atau jasa itu digunakan.
2.  Benefits  Keuntungan  yaitu  Nilai  personal  yang  dikaitkan  oleh  konsumen  pada atribut-atribut produk atau jasa tersebut.
a.  Functional benefits : berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar seperti kebutuhan fisik dan keamanan atau pemecahan masalah.
Universitas Sumatera Utara
b.  Experiental  benefits  :  berhubungan  dengan  perasaan  yang  muncul  dengan menggunakan  suatu  produk  atau  jasa.  Benefit  ini  memuaskan  kebutuhan
bereksperimen  seperti  kepuasan  sensori,  pencarian  variasi,  dan  stimulasi kognitif.
c.  Symbolic  benefits  :  berhubungan  dengan  kebutuhan  akan  persetujuan  sosial atau ekspresi personal dan self-esteem seseorang. Konsumen akan menghargai
nilai-nilai  prestise,  eksklusivitas  dan  gaya  fashion  dari  sebuah  brand  karena hal-hal ini berhubungan dengan konsep diri mereka
3.  Brand Attitude Sikap merek a.  Didefinisikan  sebagai  evaluasi  keseluruhan  atas  suatu  brand,  apa  yang
dipercayai  oleh  konsumen  mengenai  brand  tertentu –  sejauh  apa  konsumen
percaya  bahwa  produk  atau  jasa  tersebut  memiliki  atribut  atau  keuntungan tertentu, dan penilaian evaluatif terhadap kepercayaan tersebut bagaimana baik
atau buruknya suatu produk jika memiliki atribut atau keuntungan tersebut. Menurut Temporal 2002:44 Merek penting bagi konsumen karena :
1.  Merek memberikan pilihan 2.  Merek memudahkan mengambil keputusan
3.  Merek memberikan jaminan kualitas 4.  Merek memberikan pencegahan resiko
5.  Merek memberikan alat untuk mengekspresikan diri Brand  image
adalah  penting  karena  kontribusinya  dalam  memilih  merek  yang  cocok untuk  dirinya.  Sehingga  hal  ini  dapat  mempengaruhi  perilaku  pembelian  mereka  ataupun
Brand  Equity .  Sebuah  brand  image  yang  terkomunikasi  dengan  baik  dapat  membangun
posisi  merek  yang  bagus,  membedakan  merek  dari  persaingan,  meningkatkan  performa brand
pasar, dan berperan penting pada pembangunan ekuitas brand .
Universitas Sumatera Utara
2.1.3.  Loyalitas Konsumen
Kotler dan Keller 2008:138 mendefenisikan “Loyalitas pelanggan adalah komitmen pelanggan yang tinggi untuk berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang produk
jasa yang disukai secara konsisten di masa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-
usaha pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku”. Tjiptono  2005:386  menambahkan  bahwa  pembelian  ulang  bisa  merupakan  hasil
dominasi  pasar  oleh  suatu  perusahaan  yang  berhasil  membuat  produknya  menjadi  satu- satunya  alternatif  yang  tersedia.  Konsekuensinya,  pelanggan  tidak  memiliki  peluang  untuk
memilih.  Selain  itu,  pembelian  ulang  bisa  pula  merupakan  hasil  dari  upaya  promosi  terus menerus  dalam  rangka  memikat  dan  membujuk  pelanggan  untuk  membeli  kembali  merek
yang  sama.  Pelanggan  yang  loyal  pada  merek  tertentu  cenderung  ‟terikat‟  pada  produk tersebut  dan  akan  membeli  produk  yang  sama  lagi  sekalipun  tersedia  banyak  alternatif
lainnya. Loyalitas merupakan salah satu tujuan akhir yang sangat diharapkan oleh perusahaan.
Konsumen  yang  loyal  terhadap  perusahaan  adalah  salah  satu  tingkat  pencapaian  tertinggin karena  ketika  konsumen  loyal  maka  mereka  akan  menjadi  konsumen  tetap  bahkan  akan
membantu menjadi pemasar bagi lingkungan sekitar. Supranto  2001:112  pengertian  loyalitas  pelanggan  menekankan    pada    runtutan
pembelian,    proporsi    pembelian,    atau    dapat    juga    probabilitas  pembelian.  Loyalitas pelanggan  merupakan  reaksi  atau  akibat  dari    terciptanya  kepuasan  pelanggan  sebagai
implementasi  dari  keberhasilan  pelayanan  yang  berkualitas  dalam  memenuhi  harapan pelanggan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3.1 Loyalitas dan Siklus Pembelian
Setiap  kali  pelanggan  membeli,  ia  bergerak  melalui  siklus  pembelian.  Langkah- langkah yang dilewati pelanggan tersebut menurut Griffin 2003:18 adalah:
1.   Kesadaran Pada  tahap  ini  pelanggan  mulai  membentuk  ”pangsa  pikiran”  yang  dibutuhkan
untuk  memposisikan  produk  sebagai  produk  yang  lebih  unggul  dari pesaing.Timbulnya  kesadaran  bisa  melalui  iklan  konvensional  radio,  TV,  surat
kabar, iklan di web, komunikasi word of mouth, dan lain-lain. 2.   Pembelian awal
Pembelian pertama kali merupakan pembelian percobaan, disini perusahaan dapat menanamkan kesan positif maupun negatif kepada pelanggan.
3.   Evaluasi pasca pembelian Setelah  pembelian  dilakukan,  pelanggan  secara  sadar  atau  tidak  sadar  akan
mengevaluasi  transaksi.  Bila  merasa  puas  atau  tidak  begitu  kecewa  dengan produk yang dibelinya, maka keputusan untuk membeli kembali mungkin terjadi.
4.   Keputusan untuk membeli kembali Komitmen  untuk  membeli  kembali  merupakan  sikap  yang  paling  penting  bagi
loyalitas.Ini  muncul  bila  pelanggan  telah  memiliki  ikatan  emosional  yang  kuat dengan produk.
5.   Pembelian kembali Pelanggan benar-benar loyal menolak pesaing dan membeli kembali produk yang
sama kapan saja dibutuhkan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3.2 Jenis Loyalitas
Griffin 2003:22 Empat jenis loyalitas yang berbeda muncul bila keterikatan rendah dan  tinggi  diklasifikasi-  silang  dengan  pola  pembelian  ulang  yang  rendah  dan  tinggi    lihat
tabel 2.1. 1.   Tanpa Loyalitas
Beberapa  pelanggan  tidak  mengembangkan  loyalitas  terhadap  produk  atau  jasa tertentu.  Keterkaitannya  yang  rendah  dengan  tingkat  pembelian  berulang  yang
rendah menunjukkan tidak adanya loyalitas. 2.   Loyalitas yang lemah
Keterkaitan  yang  rendah  digabung  dengan  pembelian  berulang  yang  tinggi menghasilkan loyalitas yang lemah intertia loyality.
Pelanggan  yang  membeli  karena  kebiasaan.  Dengan  kata  lain,  faktor  nonsikap dan faktor situasi merupakan alasan utama pembelian.
3.   Loyalitas Tersembunyi Tingkat prefensi yang relatif tinggi digabung dengan tingkat pembelian berulang
yang rendah menunjukkan loyalitas tersembunyi  latent  loyalty. Bila pelanggan memiliki loyalitas yang tersembunyi, pengaruh situasi dan bukan pengaruh sikap
yang menentukan pembelian berulang. 4.   Loyalitas Premium
Jenis loyalitas yang paling dapat ditingkatkan, terjadi bila ada tingkat keterikatan yang  tinggi  dan  tingkat  pembelian  berulang  yang  tinggi.  Pada  tingkat  prefensi
yang tinggi tersebut, orang bangga karena menemukan dan menggunakan produk tertentu  dan  senang  membagi  pengetahuan  mereka  dengan  rekan  dan  keluarga.
Para pelanggan ini menjadi pendukung vokal produk atau jasa tersebut dan selalu menyarankan orang lain untuk membelinya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Empat Jenis Loyalitas
Pembelian Berulang Tinggi
Rendah
Tinggi Loyalitas premium
Loyalitas tersembunyi Rendah
Loyalitas yang lemah Tanpa loyalitas
Sumber: Jill Griffin 2003:22
Berdasarkan  beberapa  pengertian  diatas  dapat  disimpulkan  bahwa  loyalitas  adalah suatu tingkatan dimana  konsumen benar
– benar melekat kepada suatu perusahaan tersebut, baik  terhadap  suatu  merek  saja  atau  keseluruhan  perusahaan.  Loyalitas  memungkinkan
perusahaan  dapat  bantuan  dalam  memasarkan  produk  yang  diciptakan  oleh  konsumen  yang loyal,  karena  konsumen  yang  loyal  akan  memberitahukan  dan  menyarankan  lingkungan
mereka untuk menggunakan produk atau jasa tersebut
2.1.3.3 Tingkatan Loyalitas
Menurut Kartajaya 2009:131 loyalitas sendiri memiliki lima tingkatan yaitu: 1.
Switchers    Price  Sensitive ,  dimana  pada  tingkatan  ini  pelanggan  tidak  loyal
kepada  merek  atau  belum  memiliki  brand  equity  yang  kuat.  Setiap  merek dipersepsikan memberikan kepuasan yang cukup.
2. Satisfied   Habitual Buyer
, dimana pada tingkatan kedua ini pelanggan merasa puas terhadap produk atau setidaknya tidak merasa tidak puas terhadap produk
perusahaan.  Pelanggan  juga  sensitif  terhadap  benefit  baru  yang  ditawarkan kepada mereka.
3. Satisfied  buyer  with  switching  cost
,  dimana  pelanggan  merasa  puas  terhadap produk.  Mereka  harus  mengeluarkan  biaya  tertentu  apabila  mereka  ingin
berpindah  merek.  Pada  tingkatan  ini,  pelanggan  sensitif  dengan  benefit  yang dapat melampaui biaya beralih merek.
Keterikatan Relatif
Universitas Sumatera Utara
4. Likes  the  brand
,  pelanggan  sungguh  menyukai  merek  yang  ditawarkan perusahaan. Mereka memiliki pertalian emosional dengan merek tersebut.
5. Commited  buyer
,  pelanggan  memiliki  rasa  bangga  menggunakan  produk  yang ditawarkan  perusahaan.  Mereka  merekomendasikan  merek  yang  sama  kepada
orang lain. Pada tingkatan ini ,merek produk memiliki brand equity yang kuat di mata pelanggan.
2.1.3.4  Model Loyalitas
Model  loyalitas  pelanggan  berdasarkan  telaah  literatur  yang  dilakukan  dalam  Fandy Tjiptono  2005:400  mengidentifikasi  tiga  model  popular  dalam  konseptualisasi  loyalitas
pelanggan. Model  1  .  Memandang  loyalitas  sebagai  sikap  yang  kadang-kadang  mengarah  pada
terjalinnya relasi dengan merek. Beragumen bahwa harus ada komitmen sikap terhadap suatu merek, baru bisa berbentuk loyalitas sejati. Sikap ini tercermin dalam serangkaian keyakinan
positif  yang  konsisten  terhadap  merek  yang  dibeli.  Sikap  semacam  itu  diukur  dengan  jalan menanyakan kepada pelanggan seberapa suka mereka terhadap merek tertentu, seberapa kuat
komitmen  mereka  terhadap  merek  tersebut,  kecendrungan  untuk  ,merekomendasikan  merek tersebut  kepada  orang  lain,  serta  keyakinan  dan  perasaan  terhadap  merek  bersangkutan,
relatif  dibandingkan  merek-merek  pesaing.  Kekuatan  sikap  ini  merupakan  prediktor  kunci pembelian merek dan pola pembelian uang.
Model 2 . Mendasarkan loyalitas lebih pada pola pembelian masa lalu dibandingkan motivasi  atau  komitmen  konsumen  terhadap  merek.  Model  ini  mengandalkan  data
longitudinal tentang pola pembelian di berbagai kategori produk dan dibanyak  negara. Riset- riset  berdasarkan  perspektif  ini  menemukan  bahwa  hanya  sedikit  konsumen  yang  tergolong
loyal monogami.
Universitas Sumatera Utara
Model 3 . Merupakan ancangan kontingensi yang beranggapan bahwa konseptualisasi terbaik  untuk  loyalitas  adalah  bahwa  hubungan  antara  sikap  dan  perilaku  di  moderasi  oleh
variabel-variabel kontingensi, seperti kondisi individu saat ini, karakteristik individu dan atau situasi  pembelian  yang  dihadapi  konsumen.  Dengan  demikian,  sikap  yang  positif  terhadap
sebuah  merek  mungkin  hanya  memberikan  prediksi  yang  lemah  mengenai  apakah  merek tersebut akan dibeli atau tidak pada kesempatan pembelian berikutnya.
Pelanggan yang loyal kepada keputusan pembeliannya tidak lagi mempertimbangkan faktor
–faktor yang berpengaruh dalam penentuan pilihan seperti tingkat  harga, jarak, kualitas dan  atribut  lainnya, karena  telah tertanam  dalam  dirinya  bahwa  produk  atau  jasa  yang
dibeli   sesuai   dengan  harapan  dan mampu memenuhi kebutuhan.  Karena pelanggan  yang loyal merupakan kelangsungan hidup perusahaan, dan tentu saja meningkatkan profitabilitas
perusahaan.  Pemahaman  loyalitas  pelanggan    sebenarnya    tidak    hanya    dilihat  dari transaksinya saja atau pembelian berulang.
Ada beberapa ciri suatu pelanggan dianggap loyal : 1.  Pelanggan yang melakukan pembelian ulang secara teratur.
2.  Pelanggan yang membeli produk yang lain di tempat yang sama. 3.  Pelanggan yang mereferensikan kepada orang lain.
4.  Pelanggan yang tidak dapat dipengaruhi pesaing untuk pindah. Di  dalam  pasar  yang  persaingannya  sangat  ketat,  banyak  alternatif  merek,  harga
bervariasi, dan banyak produk pengganti,  maka   loyalitas merek pada umumnya cenderung menurun.  Oleh  karenanya    perusahaan  yang    ingin    tetap  bertahan  perlu  mengembangkan
strategi pemasaran, dengan harapan konsumen tetap memiliki loyalitas terhadap produk dari perusahaan tersebut.
Loyalitas dapat dicapai melalui dua tahap Kotler 2001 :
Universitas Sumatera Utara
1.  Perusahaan  harus  mempunyai  kemampuan  dalam  memberikan  kepuasan  kepada konsumennya agar konsumen mendapatkan suatu pengalaman positif.
2.  Perusahaan  harus  mempunyai  cara  untuk  mempertahankan  hubungan  yang  lebih jauh  dengan  konsumennya  dengan  menggunakan  kesetiaan  yang  dipaksa  Forced
Loyalty supaya konsumen ingin melakukan pembelian ulang.
Dalam    lingkungan    bisnis  dimana  persaingan    berlangsung  sangat  ketat  seperti  saat ini, upaya memenangkan persaingan tidak hanya didasarkan pada mutu produk atau jasa yang
tinggi, harga  jual  bersaing,  tetapi  juga  upaya  terpadu  untuk  memberikan  kepuasan  pada pelanggan  dan  memenuhi  kebutuhan  lebih  baik  sesuai  dengan  yang  diharapkan  pelanggan.
Dalam jangka panjang,  loyalitas  pelanggan menjadi tujuan bagi perencanaan pasar strategik selain  itu  juga  dijadikan  dasar  untuk  pengembangan  keuntungan  kompetitif  yang
berkelanjutan,    yaitu    keunggulan    yang    dapat  direalisasikan    melalui    upaya –upaya
pemasaran. Dalam    lingkungan    persaingan    global    yang  semakin  ketat  dengan  masuknya
produk –produk  inovatif  ke  pasaran  di  satu  sisi,  dan    kondisi  pasar    yang    jenuh    untuk
produk –produk    tertentu    di    sisi    lain,    tugas    mengelola    loyalitas  pelanggan  menjadi
tantangan manajerial  yang tidak ringan. Griffin 2003:35 lebih lanjut mengemukakan enam indikator yang bisa digunakan untuk mengukur loyalitas pelanggan yaitu:
1  Pembelian ulang 2  Kebiasaan mengonsumsi merek tersebut
3  Selalu menyukai merek tersebut 4  Tetap memilih merek tersebut
5  Yakin bahwa merek tersebut yang terbaik 6 Merekomendasikan merek tersebut pada orang lain
Maka dapat disimpulkan bahwa loyalitas pelanggan itu sendiri adalah suatu komitmen yang  mendalam  untuk  membeli  kembali  atau  berlangganan  suatu  produk  atau  jasa  secara
Universitas Sumatera Utara
konsisten  dimasa  yang  akan  datang.  Sehingga  dapat  menyebabkan  pengulangan  pembelian merek  yang  sama  walaupun  ada  pengaruh  situasi  dan  berbagai  usaha  pemasaran  yang
berpotensi untuk menyebabkan tindakan perpindahan merek, perusahaan untuk mendapatkan loyalitas atau kesetiaan konsumen perlu strategi pemasaran yang tepat dan kompleks.
2.2. Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian terdahulu  yang dapat  dijadikan sebagai  acuan  dalam penelitian ini. Berikut ini adalah beberapa diantaranya :
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
No.
Nama Peneliti
Judul Tehnik
Analisis Hasil Penelitian
1. Azizah
Karim 2008
Pengaruh Pelayanan Purna Jual Terhadap
Tingkat Kepuasan Konsumen Dalam
Membeli Yamaha Mio pada P.T.Thamrin
Brothers Cabang Lemabang di Palembang
- Regresi Linier
Terdapat hubungan
yang positif  dan  signifikan  antara
pelayanan  purna  jual  dengan tingkat  kepuasan  konsumen,
hal  ini  disebabkan  mampunya perusahaan
dalam menyediakan
suku cadang
yang membuat
konsumen tidak  ragu  untuk  membeli
produk yang
ditawarkan perusahaan
2. Nuraidya
Fajariah 2010
Pengaruh Pelayanan Purna Jual Terhadap
Kepuasan Konsumen Produk Sepeda Motor
Merek Suzuki Studi kasus pada PT.
HERO SAKTI MOTOR Malang
- Regresi Linier
Ada  pengaruh  yang  signifikan pelayanan
purna jual
penyerahan  barang,  garansi, fasilitas  perbaikan  servis,
dan  jasa  konsultasi  terhadap kepuasan  konsumen  PT.  Hero
Sakti  Motor  Malang  secara parsial
dan simultan.
Pelayanan purna
jual mempunyai pengaruh terhadap
kepuasan  konsumen  sebesar 65,1
sedangkan 34,9
dipengaruhi  oleh  variabel  lain yang  tidak  diteliti  dalam
penelitian ini
Universitas Sumatera Utara
3.
Muhammad Yusup
2011 Analisis Pengaruh
Promosi, Harga, Kualitas Produk Dan Layanan
Purna Jual Terhadap Keputusan Pembelian
Sepeda Motor Honda Studi Kasus pada
Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro, Semarang - Regresi
Linier Berganda
Hasil  penelitian  membuktikan bahwa
tiga variabel
independen yaitu
harga, kualitas  produk  dan  layanan
purna jual
mempunyai pengaruh
positif dan
signifikan  terhadap  variabel dependen    yaitu  keputusan
pembelian sepeda
motor Honda.
2.3. Kerangka Konseptual