Tabel 2.1 Empat Jenis Loyalitas
Pembelian Berulang Tinggi
Rendah
Tinggi Loyalitas premium
Loyalitas tersembunyi Rendah
Loyalitas yang lemah Tanpa loyalitas
Sumber: Jill Griffin 2003:22
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa loyalitas adalah suatu tingkatan dimana konsumen benar
– benar melekat kepada suatu perusahaan tersebut, baik terhadap suatu merek saja atau keseluruhan perusahaan. Loyalitas memungkinkan
perusahaan dapat bantuan dalam memasarkan produk yang diciptakan oleh konsumen yang loyal, karena konsumen yang loyal akan memberitahukan dan menyarankan lingkungan
mereka untuk menggunakan produk atau jasa tersebut
2.1.3.3 Tingkatan Loyalitas
Menurut Kartajaya 2009:131 loyalitas sendiri memiliki lima tingkatan yaitu: 1.
Switchers Price Sensitive , dimana pada tingkatan ini pelanggan tidak loyal
kepada merek atau belum memiliki brand equity yang kuat. Setiap merek dipersepsikan memberikan kepuasan yang cukup.
2. Satisfied Habitual Buyer
, dimana pada tingkatan kedua ini pelanggan merasa puas terhadap produk atau setidaknya tidak merasa tidak puas terhadap produk
perusahaan. Pelanggan juga sensitif terhadap benefit baru yang ditawarkan kepada mereka.
3. Satisfied buyer with switching cost
, dimana pelanggan merasa puas terhadap produk. Mereka harus mengeluarkan biaya tertentu apabila mereka ingin
berpindah merek. Pada tingkatan ini, pelanggan sensitif dengan benefit yang dapat melampaui biaya beralih merek.
Keterikatan Relatif
Universitas Sumatera Utara
4. Likes the brand
, pelanggan sungguh menyukai merek yang ditawarkan perusahaan. Mereka memiliki pertalian emosional dengan merek tersebut.
5. Commited buyer
, pelanggan memiliki rasa bangga menggunakan produk yang ditawarkan perusahaan. Mereka merekomendasikan merek yang sama kepada
orang lain. Pada tingkatan ini ,merek produk memiliki brand equity yang kuat di mata pelanggan.
2.1.3.4 Model Loyalitas
Model loyalitas pelanggan berdasarkan telaah literatur yang dilakukan dalam Fandy Tjiptono 2005:400 mengidentifikasi tiga model popular dalam konseptualisasi loyalitas
pelanggan. Model 1 . Memandang loyalitas sebagai sikap yang kadang-kadang mengarah pada
terjalinnya relasi dengan merek. Beragumen bahwa harus ada komitmen sikap terhadap suatu merek, baru bisa berbentuk loyalitas sejati. Sikap ini tercermin dalam serangkaian keyakinan
positif yang konsisten terhadap merek yang dibeli. Sikap semacam itu diukur dengan jalan menanyakan kepada pelanggan seberapa suka mereka terhadap merek tertentu, seberapa kuat
komitmen mereka terhadap merek tersebut, kecendrungan untuk ,merekomendasikan merek tersebut kepada orang lain, serta keyakinan dan perasaan terhadap merek bersangkutan,
relatif dibandingkan merek-merek pesaing. Kekuatan sikap ini merupakan prediktor kunci pembelian merek dan pola pembelian uang.
Model 2 . Mendasarkan loyalitas lebih pada pola pembelian masa lalu dibandingkan motivasi atau komitmen konsumen terhadap merek. Model ini mengandalkan data
longitudinal tentang pola pembelian di berbagai kategori produk dan dibanyak negara. Riset- riset berdasarkan perspektif ini menemukan bahwa hanya sedikit konsumen yang tergolong
loyal monogami.
Universitas Sumatera Utara
Model 3 . Merupakan ancangan kontingensi yang beranggapan bahwa konseptualisasi terbaik untuk loyalitas adalah bahwa hubungan antara sikap dan perilaku di moderasi oleh
variabel-variabel kontingensi, seperti kondisi individu saat ini, karakteristik individu dan atau situasi pembelian yang dihadapi konsumen. Dengan demikian, sikap yang positif terhadap
sebuah merek mungkin hanya memberikan prediksi yang lemah mengenai apakah merek tersebut akan dibeli atau tidak pada kesempatan pembelian berikutnya.
Pelanggan yang loyal kepada keputusan pembeliannya tidak lagi mempertimbangkan faktor
–faktor yang berpengaruh dalam penentuan pilihan seperti tingkat harga, jarak, kualitas dan atribut lainnya, karena telah tertanam dalam dirinya bahwa produk atau jasa yang
dibeli sesuai dengan harapan dan mampu memenuhi kebutuhan. Karena pelanggan yang loyal merupakan kelangsungan hidup perusahaan, dan tentu saja meningkatkan profitabilitas
perusahaan. Pemahaman loyalitas pelanggan sebenarnya tidak hanya dilihat dari transaksinya saja atau pembelian berulang.
Ada beberapa ciri suatu pelanggan dianggap loyal : 1. Pelanggan yang melakukan pembelian ulang secara teratur.
2. Pelanggan yang membeli produk yang lain di tempat yang sama. 3. Pelanggan yang mereferensikan kepada orang lain.
4. Pelanggan yang tidak dapat dipengaruhi pesaing untuk pindah. Di dalam pasar yang persaingannya sangat ketat, banyak alternatif merek, harga
bervariasi, dan banyak produk pengganti, maka loyalitas merek pada umumnya cenderung menurun. Oleh karenanya perusahaan yang ingin tetap bertahan perlu mengembangkan
strategi pemasaran, dengan harapan konsumen tetap memiliki loyalitas terhadap produk dari perusahaan tersebut.
Loyalitas dapat dicapai melalui dua tahap Kotler 2001 :
Universitas Sumatera Utara
1. Perusahaan harus mempunyai kemampuan dalam memberikan kepuasan kepada konsumennya agar konsumen mendapatkan suatu pengalaman positif.
2. Perusahaan harus mempunyai cara untuk mempertahankan hubungan yang lebih jauh dengan konsumennya dengan menggunakan kesetiaan yang dipaksa Forced
Loyalty supaya konsumen ingin melakukan pembelian ulang.
Dalam lingkungan bisnis dimana persaingan berlangsung sangat ketat seperti saat ini, upaya memenangkan persaingan tidak hanya didasarkan pada mutu produk atau jasa yang
tinggi, harga jual bersaing, tetapi juga upaya terpadu untuk memberikan kepuasan pada pelanggan dan memenuhi kebutuhan lebih baik sesuai dengan yang diharapkan pelanggan.
Dalam jangka panjang, loyalitas pelanggan menjadi tujuan bagi perencanaan pasar strategik selain itu juga dijadikan dasar untuk pengembangan keuntungan kompetitif yang
berkelanjutan, yaitu keunggulan yang dapat direalisasikan melalui upaya –upaya
pemasaran. Dalam lingkungan persaingan global yang semakin ketat dengan masuknya
produk –produk inovatif ke pasaran di satu sisi, dan kondisi pasar yang jenuh untuk
produk –produk tertentu di sisi lain, tugas mengelola loyalitas pelanggan menjadi
tantangan manajerial yang tidak ringan. Griffin 2003:35 lebih lanjut mengemukakan enam indikator yang bisa digunakan untuk mengukur loyalitas pelanggan yaitu:
1 Pembelian ulang 2 Kebiasaan mengonsumsi merek tersebut
3 Selalu menyukai merek tersebut 4 Tetap memilih merek tersebut
5 Yakin bahwa merek tersebut yang terbaik 6 Merekomendasikan merek tersebut pada orang lain
Maka dapat disimpulkan bahwa loyalitas pelanggan itu sendiri adalah suatu komitmen yang mendalam untuk membeli kembali atau berlangganan suatu produk atau jasa secara
Universitas Sumatera Utara
konsisten dimasa yang akan datang. Sehingga dapat menyebabkan pengulangan pembelian merek yang sama walaupun ada pengaruh situasi dan berbagai usaha pemasaran yang
berpotensi untuk menyebabkan tindakan perpindahan merek, perusahaan untuk mendapatkan loyalitas atau kesetiaan konsumen perlu strategi pemasaran yang tepat dan kompleks.
2.2. Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini. Berikut ini adalah beberapa diantaranya :
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
No.
Nama Peneliti
Judul Tehnik
Analisis Hasil Penelitian
1. Azizah
Karim 2008
Pengaruh Pelayanan Purna Jual Terhadap
Tingkat Kepuasan Konsumen Dalam
Membeli Yamaha Mio pada P.T.Thamrin
Brothers Cabang Lemabang di Palembang
- Regresi Linier
Terdapat hubungan
yang positif dan signifikan antara
pelayanan purna jual dengan tingkat kepuasan konsumen,
hal ini disebabkan mampunya perusahaan
dalam menyediakan
suku cadang
yang membuat
konsumen tidak ragu untuk membeli
produk yang
ditawarkan perusahaan
2. Nuraidya
Fajariah 2010
Pengaruh Pelayanan Purna Jual Terhadap
Kepuasan Konsumen Produk Sepeda Motor
Merek Suzuki Studi kasus pada PT.
HERO SAKTI MOTOR Malang
- Regresi Linier
Ada pengaruh yang signifikan pelayanan
purna jual
penyerahan barang, garansi, fasilitas perbaikan servis,
dan jasa konsultasi terhadap kepuasan konsumen PT. Hero
Sakti Motor Malang secara parsial
dan simultan.
Pelayanan purna
jual mempunyai pengaruh terhadap
kepuasan konsumen sebesar 65,1
sedangkan 34,9
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini
Universitas Sumatera Utara