Sedangkan ciri khas dari anak yang berada pada masa kelas tinggi adalah sebagai berikut
72
: a.
Perhatian tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari. b.
Ingin tahu, dan ingin belajar dan realistis. c.
Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus. d.
Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah.
e. Anak-anak membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain
bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.
3. Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.
73
Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan,
pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.
74
Pendidik dan tenaga kependidikan berhak memperoleh
75
: a.
Peenghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai ; b.
Penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja; c.
Pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas;
72
Ibid.
73
Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
74
Pasal 39 ayat 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
75
Pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Universitas Sumatera Utara
d. Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil
kekayaan intelektual; dan e.
Kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.
Tenaga kependidikan memiliki kewajiban yang sama dengan pendidik, yaitu sebagai berikut
76
: a.
Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna , menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis;
b. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu
pendidikan; dan c.
Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
C. Kekerasan terhadap Anak dalam Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan ini terbagi atas 5 Kecamatan dan 54 KelurahanDesa. Di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Sekolah Dasar Negeri
SDN terdapat 172 sekolah dengan jumlah murid 36.717 orang dan guru 1.923 orang.
Pada penulisan skripsi ini dilakukan penelitian pada tiga Sekolah Dasar Negeri di tiga kecamatan yang berbeda yaitu Sekolah Dasar Negeri No.117874
76
Pasal 40 ayat 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Universitas Sumatera Utara
Kecamatan Kotapinang, Sekolah Dasar Negeri No. 112227 Kecamatan Torgamba dan Sekolah Dasar Negeri No. 117491 Kecamatan Sungai Kanan.
Di Sekolah Dasar Negeri No. 117874 Kecamatan Kotapinang terdapat 13 orang tenaga pendidik dan kependidikan yang terdiri dari
77
: a.
Kepala Sekolah : 1 orang
b. Guru Kelas
: 9 orang c.
Guru Agama Islam : 1 orang d.
Guru Agama Kristen : 0 orang e.
Guru Penjas : 1 orang
f. Guru Bahasa Inggris : 1 orang
g. TU
: 0 Orang h.
Penjaga Sekolah : 0 Orang
Tabel 4 Jumlah Siswa pada Sekolah Dasar Negeri No.117874
Kecamatan Kotapinang Kelas
Laki-Laki Perempuan
Jumlah Jumlah Kelas
I 31
21 52
2 kelas II
18 18
36 1 kelas
III 23
18 41
1 kelas IV
22 25
47 2 kelas
V 25
14 39
1 kelas
77
Laporan Bulanan Sekolah Dasar Negeri No.117874 Kecamatan Kotapinang pada Bulan Desember 2015.
Universitas Sumatera Utara
VI 24
21 45
2 kelas Jumlah
143 117
260 9 kelas
Sumber : Laporan Bulanan Sekolah Dasar Negeri No.117874 Kecamatan Kotapinang pada Bulan Desember 2015
Di Sekolah Dasar Negeri No. 112227 Kecamatan Torgamba terdapat 5 orang tenaga pendidik dan kependidikan yang terdiri dari
78
: a.
Kepala Sekolah : 1 orang
b. Guru Kelas
: 3 orang c.
Guru Agama Islam : 1 orang d.
Guru Agama Kristen : 0 orang e.
Guru Penjas : 0 orang
f. Guru Bahasa Inggris : 0 orang
g. TU
: 0 Orang h.
Penjaga Sekolah : 0 Orang
Tabel 5 Jumlah siswa pada Sekolah Dasar Negeri No. 112227
Kecamatan Torgamba
78
Laporan Bulanan Sekolah Dasar Negeri No. 112227 Kecamatan Torgamba pada Bulan Desember 2015
Kelas Laki-Laki
Perempuan Jumlah
Jumlah Kelas I
18 22
40 1 kelas
II 14
12 26
1 kelas III
28 16
44 1 kelas
Universitas Sumatera Utara
Sumber :
Laporan Bulanan Sekolah Dasar Negeri No. 112227 Kecamatan Torgamba pada Bulan Desember 2015
Di Sekolah Dasar Negeri No. 117491 Kecamatan Sungai Kanan terdapat 15 orang tenaga pendidik dan kependidikan yang terdiri dari
79
: a.
Kepala Sekolah : 1 orang
b. Guru Kelas
: 9 orang c.
Guru Agama Islam : 2 orang d.
Guru Agama Kristen : 0 orang e.
Guru Penjas : 1 orang
f. Guru Bahasa Inggris : 0 orang
g. TU
: 1 Orang h.
Penjaga Sekolah : 1 Orang
Tabel 6 Jumlah siswa pada Sekolah Dasar Negeri No. 117491
Kecamatan Sungai Kanan
79
Laporan Bulanan Sekolah Dasar Negeri No. 117491 Kecamatan Sungai Kanan pada Bulan Desember 2015
IV 13
16 29
1 kelas V
20 16
36 1 kelas
VI 17
13 30
1 kelas Jumlah
106 94
205 6 kelas
Kelas Laki-Laki
Perempuan Jumlah
Jumlah Kelas I
29 26
55 2 kelas
II 19
14 33
1 kelas
Universitas Sumatera Utara
Sumber :
Laporan Bulanan Sekolah Dasar Negeri No. 117491 Kecamatan Sungai Kanan pada Bulan Desember 2015
1. Bentuk Kekerasan Terhadap Anak dalam Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Kekerasan terhadap anak yang terjadi di lingkungan sekolah dapat dilakukan oleh siapa saja, mulai dari kepala sekolah, guru, pembina sekolah,
karyawan ataupun antar siswa. Bentuk-bentuk dari tindak kekerasan tersebut pun berbeda-beda.
Bentuk-bentuk kekerasan yang dilakukan kepala sekolah, guru, pembina sekolah, dan karyawan antara lain memukul dengan tangan kosong atau dengan
benda tumpul seperti penggaris, melempar dengan penghapus, mencubit, menampar, mencekik, menyundut rokok, memarahi dengan ancaman kekerasan,
menghukum berdiri dengan satu kaki di depan kelas, berlari mengelilingi lapangan, menjemur murid di lapangan sambil menghormat bendera merah putih,
pelecehan seksual, serangan seksual, pembujukan untuk persetubuhan hingga perkosaan dan lain-lain. Mencakup juga kekerasan psikis seperti diskriminasi
terhadap murid yang mengakibatkan murid mengalami kerugian, baik materiil maupun moril sehingga menghambat fungsi sosialnya ; atau penelantaran terhadap
III 28
19 47
2 kelas IV
24 16
40 2 kelas
V 19
14 33
1 kelas VI
9 18
27 1 kelas
Jumlah 128
107 235
9 kelas
Universitas Sumatera Utara
murid mengalami penderitaan mental ataupun sosial. Diskriminasi bisa berupa diskriminasi terhadap suku, agama, kepercayaan, golongan, ras, dan status sosial
pembedaan murid keluarga berada dan murid dari keluarga tidak berada
80
Sedangkan kekerasan yang dilakukan oleh siswa kepada siswa lainnya biasanya disebut dengan istilah bullying. Bullying adalah perilaku agresif dan
menekan dari seorang yang lebih dominan terhadap orang yang lebih lemah dimana seorang siswa atau lebih secara terus menerus melakukan tindakan yang
menyebabkan siswa lain menderita.
81
Kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah ini dapat berbentuk antaralain. Pertama, secara fisik, memukul, menendang, mengambil milik orang
lain. Kedua, secara verbal mengolok-olok nama siswa lain, menghina, mengucapkan kata-kata yang menyinggung. Ketiga, secara tidak langsung
menyebarkan cerita bohong, mengucilkan, menjadikan siswa tertentu sebagai target humor yang menyakitkan, mengirim pesan pendek atau surat yang keji.
Mengolok-ngolok nama merupakan hal yang paling umum karena cirri-ciri fisik siswa, suku, etnis, warna kulit dan lain-lain.
82
Menurut psikolog Andrew Mellor, bullying adalah pengalaman yang terjadi ketika seseorang merasa teraniaya oleh tindakan orang lain dan ia takut
apabila perilaku buruk tersebut akan terjadi lagi sedangkan korban merasa tidak berdaya untuk mencegahnya. Bullying tidak terlepas dari adanya kesenjangan
power atau kekuatan antara korban dan pelaku serta diikuti pola repetisi
80
Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak P2TP2A Provinsi DKI Jakarta,Op.Cit,hlm.14-15
81
Ibid.
82
Ibid, hlm.14-16
Universitas Sumatera Utara
pengulangan perilaku . Lebih lanjut, Andrew Mellor menjelaskan bahwa ada beberapa jenis bullying, yakni
83
: a.
Bullying fisik, yaitu jenis bullying yang melibatkan kontak fisik antara pelaku dan korban. Perilaku yang termasuk, antara lain : memukul, menendang,
meludahi, mencekik, melukai menggunakan benda, memaksa korban melakukan aktivitas fisik tertentu, menjambak, merusak benda milik korban,
dan lain-lain. Bullying fisik adalah jenis yang paling tampak dan mudah untuk diidentifikasi dibandingkan bullying jenis lainnya
b. Bullying Verbal, melibatkan bahasa verbal yang bertujuan menyakiti hati
seseorang. Perilaku yang termasuk , antara lain : mengejek, memberi nama julukan yang tidak pantas, memfitnah, pernyataan seksual yang melecehkan,
meneror, dan lain-lain. Kasus bullying verbal termasuk jenis bullying yang sering terjadi dalam keseharian namun seringkali tidak disadari.
c. Bullying relasi sosial adalah jenis bullying yang bertujuan menolak dan
memutus relasi sosial korban dengan orang lain, meliputi pelemahan harga diri korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan atau penghindaran.
Contoh bullying sosial antara lain : menyebarkan rumor, mempermalukan seseorang di depan umum, menghasut untuk menjauhi seseorang,
menertawakan, menghancurkan reputasi seseorang, meengggunakan bahasa tubuh yang merendahkan, mengakhiri hubungan tanpa alasan dan lain-lain.
d. Bullying Elektronik, merupakan bentuk perilaku bullying yang dilakukan
melalui media elektronik seperti komputer, handphone, internet, website,
83
http:www.kpai.go.idberitakpai-kasus-bullying-dan-pendidikan-karakter ,diakses pada tanggal 16 januari 2016 pukul 15.50 WIB
Universitas Sumatera Utara
chatting room, e-mail, SMS dan lain-lain. Perilaku yang termasuk, antara lain : menggunakan tulisan, gambar dan video yang bertujuan untuk mengintimidasi,
menakuti, dan menyakiti korban. Contoh cyber bullying yaitu bullying lewat internet.
Menurut Sullivan, bullying terbagi menjadi dua bentuk, yaitu secara fisik maupun non-fisik. Bullying secara fisik contohnya seperti memukul , menendang,
meninju, menggigit, menarik, menjambak rambut, mencakar, meludahi, maupun merusak barang-barang milik korban. Bullying secara fisik ini sangat mudah
diidentifikasi.
84
Untuk bulliying non-fisik terbagi menjadi dua yaitu secara verbal maupun non-verbal. Bullying secara verbal contohnya mengancam , memeras, berkata-
kata keji, dan memanggil-manggil dengan sebutan meledek, berkata-kata menekan, menggosip, ataupun menyebarluaskan aib si korban. Sedangkan
bullying non-verbal contohnya cukup banyak, baik yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Kalau secara langsung contohnya hampir sama
dendan bullying secara fisik tapi lebih kepada tindakan mengancam dengan tatapan mata, menunjuk-nunjuk atau menghantam benda-benda agar si korban
merasa takut. Bulliying non-verbal yang tidak langsung dapat berupa mengucilkan seseorang dari pergaulan, mengirimkan pesan menghasut, berlaku curang atau
melakukan tindakan manipulasi secara sembunyi-sembunyi mengenai hal yang berkaitan dengan diri si korban.
85
84
Paresma Elvigro,
Secangkir Kopi
Bully, Jakarta
: PT.Alex
Media Komputindo,2014,hlm.4
85
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
School Bulliying atau kekerasan di sekolah dikelompokkan ke dalam lima kategori yaitu sebagai berikut
86
: a.
Kontak Fisik Langsung memukul, mendorong, menggigit, menjambak, menendang, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar,
juga termasuk memeras dan merusak barang-barang yang dimiliki orang lain.
b. Kontak verbal langsung mengancam, mempermalukan, merendahkan,
meengganggu, memberi panggilan nama, sarkasme, merendahkan, mencelamengejek, mengintimidasi, memaki, menyebarkan gosip.
c. Perilaku non-verbal langsung melihat dengan sinis, menjulurkan lidah,
menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, megejek, atau mengancam ; biasanya disertai oleh bullying fisik atau verbal.
d. Perilaku non-verbal tidak laangsung mendiamkan seseorang,
memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirim surat kaleng.
Untuk mengetahui lebih rinci mengenai bentuk-bentuk kekerasan pada anak ataupun bullying yang terjadi dalam lingkungan sekolah khususnya pada
tingkat sekolah dasar, dilakukan penelitian dengan melakukan wawancara dengan pertanyaan yang sama pada tiap-tiap kepada kepala sekolah pada tiga sekolah
dasar yang berada di tiga kecamatan yang berbeda di kabupaten labuhanbatu selatan yang hasil wawancaranya menyebutkan sebagai berikut :
86
Nurani Soyomukti, Teori-Teori Pendidikan Dari Tradisional, Neo Liberal, Marxis- Sosialis, Hingga Post Modern,Yogyakarta : Ar-Ruzz Media,2015,hlm.55
Universitas Sumatera Utara
Sekolah yang pertama kali penulis datangi adalah Sekolah Dasar Negeri Nomor 117874 Kecamatan Kotapinang. Di sekolah ini tindak kekerasan yang
dialami oleh siswa diketahui oleh Kepala Sekolah melalui laporan wali kelas, siswa dan laporan orang tua siswa.
Laporan yang sering diadukan oleh orang tua siswa biasanya karena anaknya mengeluh karena dijahili temannya di sekolah. Wali kelas juga
melaporkan kepada kepala sekolah apabila persoalan anak tersebut tidak lagi bisa ditangani oleh wali kelas.
Bentuk-bentuk kekerasan yang dilakukan oleh siswa di Sekolah Dasar Negeri No. 117874 Kecamatan Kotapinang berupa kekerasan fisik dan kekerasan
psikis. Kekerasan fisik berupa : saling dorong hingga terjatuh, lempar melempar, memukul memakai tali seperti kuda kepang, dan menyingkap rok anak
perempuan. Kekerasan psikis seperti mengejek status sosial eknomi anak yang lebih rendah dan mengucilkan siswa lain dari pertemanan.
87
Sama seperti sekolah sebelumnya, penulis juga melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah Sekolah Dasar Negeri No.112227 Kecamatan Torgamba.
Kepala sekolah juga mengetahui adanya tindak kekerasan yang terjadi melalui wali kelas maupun orang tua siswa yang mengadu secara langsung.
Di Sekolah Dasar Negeri No.112227 Kecamatan Torgamba, kekerasan yang terjadi di kalangan para siswa umumnya berupa kekerasan fisik seperti
mengganggu anak lain ketika jam istirahat dan kadang anak laki-laki suka
87
Hasil wawancara dengan Hj. Netty Ariani,S.Pd Kepala Sekolah Sekolah Dasar Negeri No. 117874 Kecamatan Kotapinang
Universitas Sumatera Utara
mengganggu anak perempuan dengan menarik-narik roknya dan mencoleknya. Umumnya hal ini dilakukan oleh siswa kelas 6.
88
Wawancara yang terakhir dilakukan di Sekolah Dasar Negeri No.117491 Kecamatan Sungai Kanan, penulis juga melakukan wawancara dengan kepala
sekolahnya. Dan disini juga tindak kekerasan diketahui dari laporan wali kelas maupun laporan orang tua siswa secara langsung kepada kepala sekolah.
Di SD Negeri No.117491 Kecamatan Sungai Kanan bentuk-bentuk kekerasan yang terjadi berupa saling ejek, senior yang meminta uang jajan kepada
muridnya dan baru-baru ini terjadi kekerasan yang dilakukan oleh 2 orang siswa kelas 6 terhadap adik kelasnya siswa kelas 1. Kekerasan tersebut bermula ketika
Akri dan Adit meminta uang jajan kepada korban. Akan tetapi korban tidak mau menyerahkan uang jajannya kepada kedua kakak kelasnya tersebut. Kejadian
tersebut terjadi pada hari sabtu , siswa kelas 6 sedang gotong royong dan siswa kelas 1 belajar di kelas seperti biasanya. Arga sedang buang air kecil di balik
pohon di belakang ruangan kelas 6. Kemudian tiba-tiba datang Akri dan Adit dari belakang menusuk lubang anus korban secara bergantian.
89
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada Kepala Sekolah Dasar Negeri pada tiga kecamatan yang berbeda di Kabupaten Labuhanbatu
Selatan maka dapat diketahui bahwa kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah dasar dapat merupakan kekerasan yang dilakukan oleh guru kepada siswanya dan
kekerasan yang dilakukan oleh siswa kepada siswa lainnya.
88
Hasil wawancara dengan HJ.Nurliani S.Pd Kepala Sekolah SD Negeri No.112227 Kecamatan Torgamba
89
Hasil wawancara dengan Hj.Rosnah,S.Pd Kepala Sekolah SD Negeri No. 117491 Kecamatan Sungai Kanan
Universitas Sumatera Utara
Kekerasan yang dilakukan oleh guru kepada siswa merupakan bentuk hukuman secara fisik maupun psikis yang ditujukan kepada siswa yang tidak
disiplin atau melakukan kesalahan selama mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. Pada dasarnya guru tersebut tidak merasa bahwa hukuman yang
diberikan tersebut merupakan tindak kekerasan. Pada saat ini para Guru Sudah mulai mengetahui tentang Undang-undang Perlindungan Anak dan Guru hanya
memberikan hukuman yang wajar agar para siswa dapat lebih disiplin lagi.
2. Faktor Penyebab terjadinya Kekerasan terhadap Anak dalam Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Seperti yang kita ketahui kekerasan terhadap anak dalam lembaga pendidikan khususnya di lingkungan sekolah bisa saja dilakukan oleh guru
maupun sesama siswa, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindak kekerasan tersebut pun berbeda-beda.
Tindak kekerasan yang dilakukan oleh siswa atau yang lebih dikenal dengan istilah bullying di dalam lingkungan sekolah bisa saja dilakukan oleh
senior kepada junior maupun sesama teman satu tingkatan. Adapun penyebab siswa melakukan tindak kekerasan dalam lingkungan sekolah adalah sebagai
berikut
90
: a.
Permusuhan dan rasa kesal b.
Rasa kurang percaya diri dan mencari perhatian, seseorang yang kurang percaya diri seringkali ingin diperhatikan, salah satunya adalah
90
Buku Panduan Melawan Bullying di download dari http:www.sudahdong.com diakses pada tanggal 17 januari 2016 pukul 21.30 WIB
Universitas Sumatera Utara
dengan melakukan bullying. Dengan membully orang lain, mereka akan merasa lebih puas, lebih kuat dan dominan.
c. Perasaan dendam, seseorang yang pernah disakiti atau ditindas biasanya
menyimpan rasa dendam yang ingin disalurkan kepada orang lain sehingga orang lain merasakan hal yang sama, salah satunya adalah
dengan melakukan bullying. d.
Pengaruh negatif dari media, semakin banyaknya gambaran kekerasan baik di media baik televisi, internet dan sebagainya. Menjadi contoh
buruk yang menginspirasi seseorang untuk melakukan kekerasan tanpa alasan yang jelas.
Untuk mengetahui lebih rinci mengenai faktor-faktor penyebab anak melakukan kekerasan ataupun bullying yang terjadi dalam lingkungan sekolah
khususnya pada tingkat sekolah dasar, maka penulis melakukan penelitian dengan melakukan wawancara kepada kepala sekolah pada tiga sekolah dasar yang berada
di tiga kecamatan yang berbeda di kabupaten labuhanbatu selatan yang hasil wawancaranya menyebutkan sebagai berikut :
Pada Sekolah Dasar Negeri 117874 Kecamatan Kotapinang, Guru memberikan hukuman fisik kepada siswa dikarenakan siswa tersebut sudah tidak
bisa diperingatkan lagi dan diberi tahu secara baik-baik dan bertujuan untuk member efek jera pada anak tersebut agar tidak mengulangi perbuatannya lagi dan
dapat belajar lebih giat lagi.
91
91
Hasil wawancara dengan Hj. Netty Ariani,S.Pd Kepala Sekolah SD Negeri No. 117874 Kecamatan Kotapinang.
Universitas Sumatera Utara
Dari pengaduan-pengaduan yang disampaikan oleh wali kelas maupun orang tua siswa kepada Kepala Sekolah kekerasan yang dilakukan oleh siswa
terhadap siswa lainnya atau yang biasa disebut dengan istilah bullying disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1. Anak yang menjadi korban kondisinya lebih lemah dibandingkan dengan
anak yang menjadi pelaku. Sebagai contoh tindakan pengucilan yang dilakukan kepada seorang siswi kelas 3 yang di lakukan oleh tiga orang
teman sekelasnya. Sari adalah anak seorang buruh cuci dan ayahnya bekerja serabutan, jarak dari rumah sari cukup jauh dari sekolah dan harus
ia tempuh dengan berjalan kaki. Hal ini mengakibatkan sari menjadi mengantuk saat jam pelajaran di sekolah dan tampilannya yang lebih kumal
dibandingkan dengan tiga orang temannya yang lain tadi yang kondisi ekonominya dan dari segi fisik lebih lumayan dibandingkan dengan sari.
Oleh sebab itu 3 orang siswi tersebut sering mengejek sari dan mengucilkan sari dan mengajak teman-temannya yang lain untuk tidak mau
berteman dengannya. 2.
Faktor Lingkungan di sekitar anak. Furqan siswa kelas 6 sering mendapatkan pengaduan dari siswa maupun orang tua siswa yang anaknya
sering dijahili oleh furqan. Selain kurang dalam prsestasi akademik furqan juga sering berbuat kasar kepada temannya sesama siswa kelas 6 seperti :
menarik-narik rambut anak perempuan, mengejek anak lain, dan menarik rok anak perempuan. Furqan saling ejek dengan teman sekelasnya hingga
mengakibatkan perkelahian dan mengakibatkan temannya cedera. Setelah
Universitas Sumatera Utara
orang tua furqan dipanggil oleh pihak sekolah ternyata furqan sering bergaul dengan teman yang lebih dewasa darinya di daerah sekotar
rumahnya. Selain itu furqan merupakan anak yang paling kecil dan anak laki-laki satu-satunya sehingga kebanyakan permintaan furqan selalu
dituruti oleh kedua orang tuanya dan orang tuanya sulit untuk bertindak tegas pada furqan. Selain nakal di sekolah furqan juga suka kebut-kebutan
naik sepeda motor dan pernah kabur dari rumahnya. Pada Sekolah Dasar Negeri No. 112227 Kecamatan Torgamba, pada
umumnya guru memberikan hukuman kepada siswa karena siswa tersebut susah diatur dan tidak bisa dinasehati lagi dengan kata-kata. Sementara itu siswa yang
sering mengadukan tindakan jahil dari temannya adalah siswi kelas 6. Yang mana siswa kelas 6 sering mengganggu para siswi perempuan dikarenakan pada
umumnya siswa kelas 6 berusia 11-12 tahun yang mana pada usia tersebut anak memasuki masa-masa pubertas dan mulai mengganggu lawan jenis.
92
Sama seperti dua sekolah yang lain Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Negeri 117941 Kecamatan Sungai Kanan memberikan sanksi atau hukuman fisik
kepada siswa karena ingin mendisiplinkan siswa agar tidak mengulangi perbuatannya. Sementara itu tindak kekerasan yang dilakukan oleh siswa kepada
siswa lain disebabkan oleh : 1.
Rasa senioritas. Adit dan Akri memang terkenal sering meminta uang jajan kepada siswa kelas 1 karena mereka merasa mereka lah yang paling kuat
di sekolah ini karena telah duduk di bangku kelas 6.
92
Hasil wawancara dengan HJ.Nurliani S.Pd Kepala Sekolah SD Negeri No.112227 Kecamatan Torgamba
Universitas Sumatera Utara
2. Faktor Lingkungan Keluarga. Seperti yang diketahui Akri berasal dari
keluarga broken home , Ayah dan Ibunya telah bercerai dan sekarang Akri tinggal bersama Ibunya. Akri di sekolah terkenal sebagai anak yang jahil
kepada teman-temannya. Hal ini ia lakukan karena ia kurang mendapat perhatian dari keluarganya terutama kedua orang tuanya. Sedangkan Adit
Ibunya telah meninggal dunia dan Ayahnya telah menikah lagi. 3.
Tontonan anak di Televisi, Akri dan Adit mengatakan mereka menusuk anus adik kelasnya karena sering menonton adegan tersebut di film kartun
yang mereka tonton. 4.
Faktor ekonomi, Akri dan Adit mengaku sering meminta uang jajan kepada adik kelasnya selain karena merasa senior mereka juga
mengatakan kalau uang jajan yang diberikan orang tua mereka kurang.
3. Dampak Kekerasan Terhadap Anak dalam Lembaga Pendidikan pada Sekolah Dasar Negeri Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
Kekerasan yang terjadi dalam lingkungan sekolah dapat menimbulkan dampak yang buruk baik kepada anak sebagai korban kekerasan maupun anak
sebagai pelaku kekerasan itu sendiri. Arif G
osita menyatakan yang dimaksud dengan korban adalah “mereka yang menderita jasmaniah dan rohaniah sebagai akibat tindakan orang lain yang
meencari peemenuhan diri sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan kepentingan dan hak asasi yang menderita”. Ini menggunakan istilah penderitaan
Universitas Sumatera Utara
jasmani dan rohaniah fisik dan mental dari korban dan juga bertentangan dengan hak asasi manusia dari korban.
93
Secara yuridis pengertian korban yang terdapat dalam Undang-undaang Nomor 13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban adalah seseorang
yang mengalami penderitaan fisik, mental, danatau kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak pidana.
94
Berdasarkan rumusan tersebut, maka yang disebut korban adalah :
a. Setiap orang
b. Mengalami penderitaan fisik, mental, danatau
c. Kerugian ekonomi
d. Akibat tindak pidana
Berdasarkan hal-hal tersebut maka yang dimaksud dengan anak sebagai korban kekerasan adalah anak yang mengalami penderitaan baik secara fisik,
mental atau pun ekonomi yang diakibatkan oleh tindak kekerasan yang terjadi dalam lingkungan sekolah.
Adapun ciri-ciri yang dialami oleh anak yang menjadi korban kekerasan di lingkungan sekolah adalah sebagai berikut
95
: a.
Anak menjadi enggan untuk pergi ke sekolah b.
Sering sakit secara tiba-tiba c.
Mengalami penurunan nilai
93
Arif Gosita dalam Bambang Waluyo,Perlindungan Korban dan Saksi,Jakarta : Sinar Grafika,2014,hlm.9
94
Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban
95
Tabloid Nova, Isu Spesial “Stop Bulliying”, Edisi 1444XVIIII 26 Oktober-1
November 2015.
Universitas Sumatera Utara
d. Barang yang dimiliki hilang atau rusak
e. Mimpi buruk atau bahkan sulit untuk terlelap
f. Rasa amarah dan benci mudah meluap dan meningkat
g. Sulit untuk berteman dengan teman baru
h. Memiliki tanda fisik seperti memar atau luka.
Dampak yang ditimbulkan dari kekerasan terhadap anak yang terjadi di lingkungan sekolah atau yang sering disebut dengan istilah bullying pada anak
sebagai korban dapat berupa penderitaan secara fisik dan secara psikismental. Dampak fisik merupakan dampak yang dapat terlihat secara fisik yang ada pada
tubuh korban, seperti luka, memar maupun luka fisik lainnya. Selain menimbulkan dampak fisik bullying juga dapat menimbulkan
ketakutan dan gangguan psikologi. Yaitu sebagai berikut
96
: a.
Siswa menjadi bolos sekolah karena takut dibully b.
Siswa ingin pindah sekolah karena takut dibully c.
Orang yang dibully lebih mungkin mengalami kesulitan dalam lingkungan pekerjaan
d. Orang yang dibully mengalami kesulitan dalam menjaga persahabatan
jangka panjang dan hubungan baik dengan orang tua mereka. e.
Mereka yang ditindas dapat melakukan bullying terhadap diri sendiri sehinggga dapat membahayakan diri sendiri.
Apabila bullying berlanjut dalam waktu yang berkepanjangan, maka hal ini dapat mempengaruhi self-esteem korban, meningkatkan isolasi sosial,
96
Buku Panduan Melawan Bullying di download dari http:www.sudahdong.com diakses pada tanggal 17 januari 2016 pukul 21.30 WIB
Universitas Sumatera Utara
memunculkan perilaku withdrawal menarik diri dari lingkungan, rentan terhadap stress dan depresi , serta adanya rasa tidak aman. Lebih parahnya lagi, bullying
juga akan menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri apabila sudah tidak tahan dengan situasitekanan tersebut.
97
Banks juga mengemukakan bahwa perilaku bullying memberikan kontribusi terhadap rendahnya tingkat keehadiranabsensi kelas, rendahnya
prestasi akademik di sekolah, rendahnya harga diri, tingginya depresi, tingginya kenakalan remaja, dan kejahatan orang dewasa. Selain itu, dapat memicu
penurunan skor tes IQ kecerdasan seseoraang dan meelemahkan daya analisis siswa.
98
Selain menimbulkan dampak bagi anak yang menjadi korban kekerasan, bullying ataupun kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah juga menimbulkan
dampak yang negatif pada anak sebagi pelaku kekerasan tersebut. Sebelum mengetahui dampak bully tersebut kepada anak sebagai pelaku
perlu diketahui terlebih dahulu ciri anak yang melakukan bully, yaitu sebagai berikut :
99
1 Melakukan perilaku agresif berulang
2 Kurang kasih sayang dalam suatu hubungan
3 Berpikiran positif terhadap kekerasan
4 Mengalami keebingungan dalam diri
5 Mengembangkan pola perilaku impulsif
6 Menggantikanmenyalurkan kemarahan pada orang lain
7 Beralih dari korban menjadi pelaku
8 Merasa tidak aman dan cemas
9 Anti-sosial dan terisolir
10 Memiliki rasa dendam, benci dan frustasi
11 Memiliki pandangan diri yang positif tidak realistis
97
Paresma Elvigro,Op.Cit,.hlm.20
98
Ibid,hlm.21
99
Ibid,hlm.6
Universitas Sumatera Utara
12 Tidak mampu menyesuaikan terhadap pengharapan baru
13 Menunjukkan ketidaknyamanan sosial
14 Sering kali tidak sadar dan tidak peduli terhadap rasa dendam
korbannya 15
Diasingkan dari kehidupan sekolah dan teman sebaya 16
Memandang sekolah sebagai sesuatu sebagai sesuatu yang tidak bermakna
17 Memiliki pola perilaku dan sejarah bertindak kejam kepada binatang
18 Kurang toleransi terhadap frustasi
19 Memiliki pola perilaku pembuat onar
20 Kurang memiliki empati dan rasa iba
21 Suka membanggakan diri dan kurang memahami kebutuhan orang lain
22 Kebutuhan yang berlebihan akan superioritas dan kekuasaan
23 Kebutuhan yang berlebihan akan perhatian dan kasih sayang
24 Mengeksternalisasikan kesalahan
25 Bermasalah dalam resolusi amarah
26 Tidak toleran, berprasangka, dan suka membeda-bedakan orang lain
27 Humor yang tidak pantas, sarkastik, dan menyakitkan hati
28 Melontarkan ejekan, olok-olok, yang mencela, meremehkan,
menghina, dan mempermalukan 29
Lebih memilih kelompok sosial yang tertutup 30
Kaku dan berpendirian dogmatiskeras 31
Mengendalikan suatu perkumpulan sosial teman sebaya 32
Agresif secara seksual 33
Kurang memiliki sensitivitas terhadap gender dan budaya 34
Mengalami kekosongan atau kehampaan sptiritual 35
Sering kali berpikiran negatif dan irrasional 36
Menggunakan obat-obatan terlarang 37
Sikap menantang dan destruktif 38
Melakukan tindakan yang berisiko 39
Kurang memiliki ketabahan. Coloroso dalam Paresma Elvigro menyebutkan bahwa siswa yang
terperangkap dalam perilaku bullying tidak akan mengembangkan hubungan yang sehat baik interpersonal, kurang cakap memandang segala sesuatu dari perspektif
yang lain memiliki sudut pandang yang sempit, tidak memiliki empati dan akan menganggap bahwa dirinya yang paling kuat dan disukai, sehingga mampu
memengaruhi pola hubungan sosialnya di masa mendatang. Mereka juga akan berpikir bahwa mempunyai kekuasaan atau dapat mendominasi segala hal.
Universitas Sumatera Utara
Mereka juga akan mengembangkan tindak perilaku kriminal lainnya yang lebih beragam.
100
Untuk mengetahui lebih rinci mengenai dampak kekerasan ataupun bullying yang terjadi dalam lingkungan sekolah khususnya pada tingkat sekolah
dasar pada anak sebagai pelaku maupun anak sebagai korban, maka penulis melakukan penelitian dengan melakukan wawancara kepada kepala sekolah pada
tiga sekolah dasar yang berada di tiga kecamatan yang berbeda di kabupaten labuhanbatu selatan yang hasil wawancaranya menyebutkan sebagai berikut :
Pada SD Negeri No.117874 Kecamatan Kotapinang, Dampak yang dialami anak yang melakukan kekerasan kepada temannya adalah berupa
pemberian sanksi yang diberikan kepada anak yang melakukan kekerasan kepada temannya. Sanksi tersebut berupa pemberian surat panggilan kepada orang tua,
apabila setelah 3 kali orang tua dipanggil dan anak tersebut tidak berubah juga maka sanksi pengeluaran dari sekolah akan diberlakukan.
101
Sementara itu dampak yang dialami siswa yang menjadi korban yaitu dapat berupa : adanya luka fisik yang mengakibatkan anak harus menjalani proses
pengobatan. Korban jadi enggan untuk datang ke sekolah karena malu mendapat ejekan dari teman-temannya seperti pada kasus sari siswa kelas 3 yang dikucilkan
oleh teman sekelasnya. Pada SD Negeri No.11227 Kecamatan Torgamba, dampak yang dialami
oleh anak sebagai pelaku kekerasan adalah berupa hukuman yang diberikan oleh guru seperti : menyiram tanaman, membersihkan ruangan dan bahkan lari keliling
100
Ibid.,hlm.21
101
Hasil wawancara dengan Hj. Netty Ariani, S.Pd Kepala Sekolah SD Negeri No.117874 Kecamatan Kotapinang.
Universitas Sumatera Utara
lapangan. Sedangkan dampak yang dialami anak sebagai korban kekerasan adalah anak menjadi malas untuk pergi ke sekolah, anak mengalami luka-luka, dan anak
tersebut jadi takut untuk berteman dengan yang lain.
102
Pada SD Negeri No. 117491 Kecamatan Sungai Kanan, dampak yang dialami anak sebagai pelaku kekerasan adalah pemberian sanksi oleh pihak
sekolah berupa surat peringatan dan pemanggilan orang tua serta muncul stigma dari siswa lain bahwa anak tersebut adalah anak jahat dan dijauhi oleh temannya
yang lain. Sedangkan dampak yang dialami korban adalah korban tidak mau masuk sekolah lagi dan akhirnya pindah sekolah.
102
Hasil wawancara dengan HJ.Nurliani S.Pd Kepala Sekolah SD Negeri No.112227 Kecamatan Torgamba
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang