Dampak Kekerasan terhadap Anak

tekanan sosial akibat situasi krisis ekonomi, tidak bekerja dan masalah perumahan akan meningkatkan kerentanan keluarga yang akhirnya akan terjadi penganiayaan dan penelantaran anak. 51

3. Dampak Kekerasan terhadap Anak

Tindak kekerasan yang dialami anak dapat memberikan dampak pada kesehatan fisik dan juga kesehatan mental anak. Dampak terhadap kesehatan fisik bisa berupa : luka memar, luka-luka simetris di wajah di kedua sisi, punggung pantat dan tungkai. 52 Dampak pada kesehatan mental dapat dilihat dari segi tingkah laku anak. Tingkah laku anak-anak yang mengalami penganiayaan sering menunjukkan : penarikan diri, ketakutan atau mungkin juga tingkah laku agresif, emosi yang labil. Mereka juga sering menunjukkan gejala depresi, jati diri yang rendah, kecemasan, adanya gangguan tidur, phobia, kelak bisa tumbuh mmenjadi penganiaya, menjadi bersifat keras, gangguan stress pasca trauma dan terlibat pada penggunaan zat adiktif. 53 Dampak kekerasan terhadap anak antara lain 54 : a. Dampak langsung, berupa : 1 Kematian 2 Patah tulang 3 Luka bakar 51 Lestari Basoeki dalam Bagong Suyanto dan Sri Sanituti Hariadi,Op.Cit,Hlm.117 52 Ibid,hlm.122 53 Ibid,hlm.123 54 Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak P2TP2A Provinsi DKI Jakarta,Op.Cit, hlm.9-10 Universitas Sumatera Utara 4 Luka terbuka 5 Kerusakan menetap pada susunan syaraf pusat yang dapat mengakibatkan retardasi mental, masalah belajar, kesulitan belajar, buta, tuli, gangguan motorik kasar dan halus, kejang, atalesia ataupun hidrocefalus. 6 Pertumbuhan fisik anak umumnya kurang dari anak sebayanya. 7 Perkembangan kejiwaan mengalami gangguan : kecerdasan, emosi, konsep diri, agresif, hubungan sosial. b. Dampak Jangka Panjang, berupa : 1 Muncul perasaan, seperti merasa salah, malu, menyalahkan diri sendiri. 2 Gangguan perasaan seperti cemas atau depresi. 3 Kehilangan minat untuk bersekolah seperti sering melamun atau tidak memperhatikan pelajaran, menghindari sekolah atau membolos, tidak perduli terhadap hasil ulangan atau ujian. 4 Stress pasca-trauma seperti terus menerus memikirkan peristiwa traumatis yang dialaminya, merasa gelisah dan cemas menghadapi lingkungan yang agak berubah. 5 Masalahproblem diri sendiri, seperti melakukan isolasi terhadap diri sendiri, rasa dendam dan takut terhadap sikap ramahkehangatankemesraan dari orang lain. Universitas Sumatera Utara Rusmil mengemukakan bahwa anak-anak yang menderita kekerasan, eksploitasi, pelecehan dan penelantaran, menghadapi risiko 55 : a. Usia yang lebih pendek b. Kesehatan fisik dan mental yang buruk c. Masalah pendidikan termasuk drop-out dari sekolah d. Kemampuan yang terbatas menjadi orang tua kelak. e. Menjadi gelandangan. YKAI Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia menyimpulkan bahwa kekerasan dapat meenyebabkan anak kehilangan hal-hal yang paling mendasar pada kehidupannya dan pada gilirannya berdampak sangat serius pada kehidupan anak di kemudian hari, antara lain 56 : a. Cacat tubuh permanen b. Kegagalan belajar c. Gangguan emosional bahkan dapat menjurus pada gangguan kepribadian d. Konsep diri yang buruk dan ketidakmampuan untuk mempercayai atau mencintai orang lain. e. Pasif dan menarik diri dari lingkungan, takut membina hubungan baru dengan orang lain. f. Agresif dan kadang-kadang melakukan tindakan kriminal. g. Menjadi penganiaya ketika dewasa. h. Menggunakan obat-obatan atau alkohol. 55 Rusmil dalam Abu Huraerah. Op.Cit,hlm.56 56 Ibid,hlm.56-57 Universitas Sumatera Utara i. Kematian Richard J. Gelles menjelaskan bahwa konsekuensi dari tindakan kekerasan dan penelantaran anak dapat menimbulkan kerusakan dan akibat yang lebih luas far-reaching. Luka-luka fisik, seperti : memar-memar bruises, goresan-goresan scrapes , dan luka bakar burns, hingga keerusakan otak brain damage, cacat permanen permanent disabilities, dan kematian death. Efek psikologis pada anak korban kekerasan dan penganiayaan bisa seumur hidup, seperti : rasa harga diri rendah a lowered sense of self worth , ketidak mampuan berhubungan dengan teman sebaya an inability to relate to peers, masa perhatian tereduksi reduced attention span, dan gangguan belajar learning disorders. Dalam beberapa kasus, kekerasan dapat mengakibatkan gangguan-gangguan kejiwaan pyschiatric disorders, seperti : depresi depression, kecemasan berlebihan excessive anxiety, gangguan identitas disosiatif dissociative identity disorders, juga bertambahnya risiko bunuh diri suicide. 57 Gambaran yang lebih jelas tentang efek tindak kekerasan pada anak juga bisa dilihat dalam penjelasan Moore yang mengamati beberapa kasus anak yang menjadi korban penganiayaan fisik. Diungkapkannya bahwa efek tindakan kekerasan tersebut demikian luas dan secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori. Ada yang meenjadi negatif dan agresif serta mudah frustasi ; ada yang menjadi sangat pasif dan apatis ; ada yang tidak mempunyai kepribadian sendiri, apa yang dilakukan sepanjang hidupnya hanyalah memenuhi keinginan orang tuanya parental extension, mereka tidak mampu menghargai 57 Ibid, hlm.57 Universitas Sumatera Utara dirinya sendiri chronically low self-esteem ; ada pula yang sulit menjalin relasi dengan individu lain ; dan yang tampaknya paling parah adalah timbulnya rasa benci yang luar biasa terhadap dirinya self-hate karena merasa dirinnyalah yang selalu bersalah sehingga menyebabkan penyiksaan terhadap dirinya, dan rasa benci terhadap dirinya sendiri ini menimbulkan tindakan untuk menyakiti diri sendiri seperti bunuh diri dan sebagainya. Selain akibat psikologis tersebut, Moore juga menemukan adanya kerusakan fisik seperti perkembangan tubuh yang kurang normal, juga rusaknya sistem syaraf dan sebagainya. 58

B. Ruang Lingkup Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar