1 Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

I. 1 Latar Belakang Masalah

Masyarakat Indonesia memiliki sifat kehidupan yang beranekaragam ras, suku bangsa, bahasa, budaya dan sebagainya. Dasar dari keanekaragaman tersebut adalah keadaan lingkungan yang tidak sama sehingga membawa dampak terhadap kepribadian individu maupun segi kehidupan sosial lainnya. Keanekaragaman itu antara lain ditandai oleh sebagian masyarakat yang masih hidup secara tradisional dan sebagian masyarakat yang hidup secara modern. Pada masyarakat yang modern, sering dibedakan antara masyarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan. Perkembangan zaman yang semakin modern ini, upacara tradisional sebagai warisan budaya leluhur yang bisa dikatakan masih memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat pedesaan maupun masyarakat perkotaan. Pada kehidupan sekarang, tidaklah mudah melestarikan kebudayaan melalui berbagai bentuk upacara tradisional yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia yang dialami oleh ratusan suku bangsa dengan latar belakang kebudayaan. Adat budaya yang turut membentuk karakter orang Batak, membuat orang Batak dikenal sebagai salah satu etnis yang spesifik di Indonesia. Betapa tidak, seiring perkembangan zaman, adat Batak itu sendiri tidak mengalami perubahan makna dan hakekat tetapi sedikit mengalami pergeseran nilai dan formalitas, terutama di kota-kota besar yang menjadi daerah perantauan komunitas Batak. Universitas Sumatera Utara Pada orang Batak, sebelum masuknya ajaran Kristen ke Tanah Batak tahun 1862, adat segala perangkat aturan dan sanksinya, merupakan norma dan ideologi yang harus dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Masuknya ajaran injil, ikut membuat paradigma terhadap adat sedikit bergeser, namun secara umum, adat bagi orang Batak tetap dijunjung tinggi, baik yang berada di Tanah Batak maupun di daerah perantauan. Perayaan pesta adat Batak, baik pesta perkawinan marunjuk maupun pasahat sulang-sulang sian pahompu mangadati merupakan tradisi nenek moyang orang Batak yang diwariskan turun-menurun sejak ratusan tahun silam. Adat Batak dengan sistem kekerabatannya dalihan na tolu yang begitu harmoni di tengah kehidupan masyarakat Batak hingga kini masih terpelihara dengan subur Tabloid Dalihan Na Tolu, 2007 : 4. Pesta perkawinan adalah upacara adat yang terpenting bagi orang Batak di desa maupun di kota, karena hanya orang yang sudah kawin berhak mengadakan upacara adat, dan upacara-upacara adat lainnya seperti menyambut lahirnya seorang anak, pemberian nama kepadanya dan lain sebagainya adalah sebuah perkawinan. Pesta perkawinan dari sepasang pengantin merupakan semacam jembatan yang mempertemukan dalihan na tolu dari orang tua laki-laki dengan dalihan na tolu orang tua perempuan. Artinya, karena perkawinan itulah maka dalihan na tolu dari orang tua pengantin laki-laki merasa dirinya berkerabat dengan dalihan na tolu dari orang tua pengantin perempuan Siahaan, 1982 : 53. Upacara-upacara adat yang diadakan oleh orang Batak di kota adalah berdasarkan dalihan na tolu juga, sama seperti di bona ni pasogit, yaitu seluruh masyarakat Batak adalah bagaikan satu keluarga besar, ada dongan sabutuha, Universitas Sumatera Utara boru dan hula-hula. Pada pelaksanaan upacara-upacara adat itu ada perbedaan- perbedaan kecil timbul pada beberapa tempat di Tanah Batak, demikian juga di kota, akan tetapi prinsipnya sama. Sistem dalihan na tolu dikalangan Batak timbul, karena perkawinan antar marga perkawinan eksogami marga. Perkawinan inilah muncul hula-hula, dongan sabutuha dan boru. Sistem hubungan antara tiga kelompok kekerabatan yang merupakan suatu kesatuan sosial yang erat, yaitu : a. Hula-hula, yaitu : sekelompok orang yang terdiri dari : 1. Hula-hula pangalapan : Boru suhut mertua suhut atau keturunannya yang laki-laki. 2. Tulang : Saudara laki-laki ibu suhut atau keturunannya laki-laki. 3. Bona tulang : Saudara laki-laki dari nenek pihak ayah suhut atau keturunannya yang laki-laki. 4. Bona ni ari : Saudara laki-laki inang tua mangulahi suhut atau keturunan laki-lakinya. 5. Tulang rorobot : Tulang paman istri. b. Boru, yaitu sekelompok orang yang terdiri dari : 1. Boru suhut : Saudara-saudara perempuan suhut. 2. Boru tubu : Putri atau menantu suhut. 3. Boru natua-tua : Saudara perempuan dari kakek suhut atau keturunannya laki-laki. Universitas Sumatera Utara 4. Bona sihabolon : Saudara perempuan dari ama mangulahi atau keturunan laki-lakinya. 5. Bona torop : Perempuan yang semarga dengan suhut. 3. Dongan sabutuha, yaitu : sekelompok orang yang terdiri dari : 1. Suhut paidua : Saudara laki-laki dari satu kakek atau lain ayah. 2. Pamarai : Saudara laki-laki suhut. 3. Suhut : Orang yang punya hajatan. 4. Pangalap : Keturunan laki-laki dari ama mangalua bersaudara. 5. Panambol : Keturunan laki-laki dari kakek bersaudara. 6. Pomparan ompu : Kumpulan marga. parsadaan marga 7. Pariban : Kelompok kerabat yang ditarik dari garis perempuan dan bukan garis laki-laki. Pada pelaksanaan upacara perkawinan, hal ini harus dimusyawarahkan terlebih dahulu dengan dalihan na tolu masing-masing pihak, bagaimana tahap- tahap dalam pelaksanaan pesta upacara perkawinan tersebut. Tata cara dan urutan sistem pernikahan adat Batak Toba, yaitu : mulai tahap martandang berpacaran, dengan maksud mangaririt melamar dan sekalian memberi tanda hata biasanya memberi suatu “benda”, kemudian marhata sinamot menentukan emas kawin, martumpol berjanji untuk melangsungkan perkawinan yang dilakukan di depan pengurus agama, orang tua dan para undangan, martonggo raja musyawarah Universitas Sumatera Utara raja-raja adat, marunjuk upacara perkawinan, paulak une berkunjung pertama kalinya pengantin baru ke rumah orang tua pengantin perempuan, dan maningkir tangga berkunjung pertama kalinya orang tua pengantin perempuan ke rumah menantu laki-laki yang baru tersebut. Kedua belah pihak didapat kata sepakat maka ditentukanlah hari yang tepat untuk melaksanakan pesta upacara perkawinan pesta marunjuk. Pesta marunjuk, ada tahap penting yang harus dilaksanakan menurut adat, yaitu marbagi jambar membagi bagian, khususnya pembagian jambar juhut. Pembagian jambar juhut ini masing-masing pihak nantinya akan mendapat bagian dari jambar juhut yang dibagi menurut kedudukannya dan peranannya dalam pesta marunjuk tersebut. Pada daerah perantauan pada umumnya dan di Medan pada khususnya masih diteruskan tradisi dalam pembagian jambar-jambar dan juga masih digunakan istilah-istilah seperti jambar juhut dan lain sebagainya. Semua itu perlu disorot dahulu latar belakangnya di bona pasogit, 1 di zaman dahulu sehubungan dengan pembagian jambar, khususnya jambar juhut 2 dalam pesta adat perkawinan. Pada pesta marunjuk adalah tahapan biasanya dibagikan apa yang disebut “jambar”. Jambar adalah bagian tertentu dari hewan yang dipotong pada pesta marunjuk dan diberikan kepada orang atau kelompok orang tertentu. Bagian- bagian hewan yang tertentu itu sudah tetap dan orang-orang tertentu itu sudah tetap menurut aturan adat. _____________ 1 Bona ni pasogit, arti aslinya : “tempat pemujaan nenek moyang yang di kampung asal” Siahaan, 1982 : 45. 2 Jambar atau tudu-tudu ni sipanganon merupakan hak bagian atau hak perolehan dari milik bersama yang dibagi. Jambar juhut adalah jambar yang berupa daging yang khusus yang disajikan kepada dalihan na tolu. Universitas Sumatera Utara Gambar 1. Hewan babi yang digunakan sebagai jambar juhut. Keterangan : 1. Ihur-Ihur : Bagian Ekor. 2. Osang-Osang : Bagian Rahang Bawah. 3. Parsanggulan : Bagian Kepala. 4. Soit : Bagian Pangkal Paha. 5. Aliang-Aliang : Bagian Lingkaran Leher. 6. Somba-Somba : Bagian Rusuk. 7. Panamboli : Bagian Punggung. Pada pembagian jambar juhut ini akan dijumpai adanya prinsip resiprositas, yaitu pertukaran timbal balik antar individu atau antar kelompok. Prinsip ini didasarkan pada adat dalihan na tolu sebagai sistem kekerabatan masyarakat Batak Toba. Prinsip resiprositas ini lebih mengacu pada apa yang disebut Haviland 1988 : 51 sebagai resiprositas umum yaitu cara tukar-menukar dimana yang memberi maupun yang menerima menentukan dengan pasti nilai barang yang terlihat dan pada waktu penyerahannya…, lebih lanjut ia mengatakan “di Australia kalau sekelompok pemburu membunuh bintang dagingnya dibagi-bagi untuk keluarga-keluarga para pemburu dan kerabat-kerabat lain. Pada orang dipangkalan mendapat bagian yang besar tergantung pada jauh dekatnya hubungan kekerabatan orang yang bersangkutan dengan para Universitas Sumatera Utara pemburu…, pembagian pangan seperti itu mempunyai maksud memperkuat ikatan komunitas. Kebiasaan membagi-bagi hadiah terjadi juga dikalangan orang Indian Kwakiutl di British Colombia, yaitu potlatch. Potlatch adalah upacara umum yang terpenting untuk mengumumkan peristiwa-peristiwa penting dan untuk mengambil gelar hierarkis, menyatakan hak waris dan hak-hak khusus. Pengumuman atau pernyataan seperti itu selalu disertai pemberian hadiah oleh tuan rumah kepada tamu-tamunya. Potlatch diadakan untuk merayakan hari lahir, perkawinan, kematian, adopsi dan saat remaja menjadi dewasa. Hadiah yang diberikan kepada tamu itu sesuai dengan kedudukan suku mereka dan nilainya menurut prestisenya. Nilai dan banyaknya hadiah yang dibagi-bagikan pada waktu potlatch diadakan tidak mencerminkan kedudukan dari pihak penerima, tetapi pihak pemberi. Hadiah potlatch itu sangat beraneka ragam mulai dari uang sampai harta benda perahu, selimut, tepung, ternak, dan minyak ikan. Gambaran yang terlihat di atas, sistem resiprositas jambar juhut yang menarik perhatian peneliti karena pembagian itu total masyarakat akan dipecah- pecah menjadi bagian-bagian tertentu dari masyarakat adat tersebut. Peneliti juga akan membandingkan sistem resiprositas jambar juhut di daerah pedesaan Desa Aek Siansimun dengan di daerah perkotaan Kelurahan Pulo Brayan Darat I. Universitas Sumatera Utara

I. 2 Ruang Lingkup Permasalahan

Dokumen yang terkait

Harmonisasi Masyarakat Multi Etnis (Etnis Btak Toba, Mandailing, Jawa dan Sunda)” (Studi Deskriptif Masyarakat di Desa Teluk Panji II, Kecamatan Kampung Rakyat, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Sumatera Utara)

9 107 137

Stratifikasi Sosial dan Tradisi Mangalua Pada Masyarakat Batak Toba (Studi Deskriptif di Kelurahan Timbang Deli Amplas, Kota Madya Medan)

18 182 103

Persepsi Masyarakat Terhadap Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima Pasar Sukaramai (Studi Kasus Pada Masyarakat Kelurahan Tegal Sari I Kecamatan Medan Area Kota Medan )

5 118 98

Komparatif Nilai Sosial Budaya Perkawinan Batak Toba Pada Masyarakat Asal dengan Perantauan (Studi Komparatif Antara Desa Hutajulu Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan dengan Kelurahan Sidorame Kecamatan Medan Perjuangan)

4 53 119

Pendekatan Pemberdayaan Pada Kelompok-Kelompok Masyarakat Prakarsa Pemerintah, Lsm, Dan Swadaya Masyarakat Di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan

1 26 11

Kedudukan Anak Angkat Dalam Hukum Adat Batak Toba Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak (Studi di Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara)

8 58 115

Analisis Penjualan Sayuran Di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan Kota Medan

2 39 86

Analisis Prestise dalam Upacara Kematian pada Etnis Batak Toba di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara

11 120 91

ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA SEKTOR INFORMAL DI KELURAHAN PULO BRAYAN DARAT I KECAMATAN MEDAN TIMUR KOTA MEDAN.

0 4 45

ANALISIS PERMUKIMAN PENDUDUK DI KELURAHAN PULO BRAYAN DARAT I KECAMATAN MEDAN TIMUR.

0 1 23