jika tumbuh perkelahian, ia teringat kembali kelakuan anak-anaknya dulu. Berpikir dan berdoalah Raja Silahisabungan apa yang akan hendak
ia buat esok hari agar anak-anaknya takut melakukan yang tidak baik, yang tidak akan melakukan dosa di hadapan Tuhan Maha pencipta.
Pada penggalan cerita diatas disebutkan latar waktu yakni pembuatan sagu-sagu marlangan yang berisikan nasihat dan sekaligus pembuatan Batu
Sigadap. 3.
Latar Sosial Latar sosial menyarankan kepada hal-hal yang berkaitan dengan perilaku
kehidupan sosial mayarakat. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks yaitu berupa kebiasaan
hidup, adat istiadat, tradisi, spiritual dan lain sebagainya.
4.1.4 Perwatakan
Perwatakan dapat disebut juga sebagai penokohan.Perwatakan dapat digambarkan secara langsung dan tidak langsung dari tokoh-tokoh cerita Batu
Sigadap. Perwatakan dalam cerita Batu Sigadap ini dapat kita bagi berdasarkan sifat-sifat tokoh dalam cerita :
1. Raja Silahisabungan
2. Boru Batanghari
Sikripsi ini akan membahas watak-watak tokoh cerita Batu Sigadap yang sangat mendasar dalam cerita.
1. Raja Silahisabungan
Raja Silahisabungan merupakan pemeran utama dalam cerita Batu Sigadap.Raja Silahisabungan adalah putera dari Tuan Sorba Dibanua yang
Universitas Sumatera Utara
mempunyai watak yang baik hati, pemberani, penuh kasih sayang, dan hidup dalam keadilan diantara anak-anaknya.
Watak dari Raja Silahisabungan, hal ini dilihat dalam contoh berikut: sinopsis, halaman 56
“...Raja Silalahi Sabungan dohot parsonduk bolonna ima siboru Padang Batanghari lao tu huta Balna, alani daona dohot mansai loja pardalanan
ni nasida, siboru Padang Batanghari gabe loja jala dang adong be gogona mardalan alana naung mauas siboru Padang Batanghari i.
Dungi di pantikhon Raja Silahi Sabungan ma tungkot nai tu sada batu, pintor haruarma aek sian bagas batu i, ima dilehon Raja Silahi
Sabungan tu boru Padang Batanghari. Dung di inum Raja Silahi Sabungan dohot siboru Padang Batanghari aek i adong ma gogona
mardalan tu huta Balna. Terjemahan :
Raja Silahisabungan dan istrinya boru Padang Batanghari melakukan perjalanan ke desa Balna, karena perjalanan yang begitu jauh dan sulit,
boru Padang Batanghari lelah dan merasa haus. Raja Silahisabungan pun memukulkan tongkatnya ke sebuah batu, dan keluarlah air, dan air
tersebutlah yang diminum oleh boru Padang Batanghari dan Raja Silahisabungan. Setelah meminumnya Raja Silahisabungan dan boru
Padang Batanghari memperoleh kekuatannya lagi untuk melanjutkan perjalana ke desa Balna.
Kutipan cerita diatas menggambarkan tentang kebaikan hati Raja Silahisabungan terhadap istrinya.
Universitas Sumatera Utara
Lanjutannya,... “...Raja Silahi Sabungan dohot anak na Tambun Raja di huta harangan
Silalahi Nabolak. Sai ditabunihon Raja Silahisabungan dope anak nai, asa unang diboto boru Padang Batanghari alai dunghon marjanji boru
Padang Batanghari manang aha pe tona na tarbege sian Raja Silahi Sabungan tung gabe naso jadi muruk boru Padang Batanghari. Dungi
denggan ma dipaboa Raja Silahi Sabungan taringot boru Nairasaon i dohot anak na Tambun Raja.
Terjemahan : “....Raja Silahisabungan kembali ke Silalahi Nabolak bersama anaknya
Tambun Raja. Raja Silahisabungan sempat menyembunyikan keberadaan Tambun Raja dari boru Padang Batanghari, tetapi tidak beberapa lama
kemudian Raja Silahisabungan pun menceritakan keberadaan Tambun Raja kepada boru Padan Batanghari, setelah boru Padang Batanghari
berjanji tidak akan marah jika Raja Silahisabungan menceritakan yang
disembunyikannya.
2. Boru Batanghari
Boru Batanghari adalah istri pertama dari Raja Silahisabungan. Watak Boru Batanghari dalam cerita Batu Sigadap adalah Boru Batanghari
penyayang, baik hati, penurut, menerima keadaan. Hal ini dilihat dalam contoh berikut: sinopsis, halaman 56
“...alai dunghon marjanji boru Padang Batanghari manang aha pe tona na tarbege sian Raja Silahi Sabungan tung naso gabe jadi muruk boru
Padang Batanghari. Dungi denggan ma dipaboa Raja Silahi Sabungan
Universitas Sumatera Utara
taringot boru Nairasaon i dohot anak na Tambun Raja. Toho tutu ndang gabe muruk boru Padang Batanghari, gabe boru Padang Batanghari ma
mangarorot Tambun Raja songon pabalgahon na pitu ianakhon na dohot sada boruna.
Terjemahan : “....boru Padang Batanghari berjanji tidak akan marah jika Raja
Silahisabungan menceritakan yang disembunyikannya. Setelah Raja Silahisabungan menceritakannya, benarlah boru Padang Batanghari tidak
marah,sebaliknya boru Padang Batangharilah yang membesarkan Tambun Raja seperti ketujuh anak dan satu putrinya.
Raja Silahisabungan mempunyai sifat yang tegas, sehingga segala perintah dari Raja Silahisabungan selalu dituruti oleh Boru Batanghari.
Hal ini dilihat dalam contoh berikut: sinopsis, halaman 57 “...disuru Raja Silahi Sabungan ma boru Padang Batanghari ma
patupahon sagu-sagu marlangan. Dungi dipatupa boru Padang Batanghari sagu-sagu marlangan tarsongon dakdanak nahundul di
bahul-bahul. Tolupuluh ari ma leleng na siboru Padang Batanghari patupahon sagu-sagu marlangan.
terjemahan : “...Raja Silahisabunganpun menyuruh boru Padang Batanghari untuk
membuatkan sagu-sagu marlangan. Sagu-sagu marlangan, merupakan sejenis makanan yang terbuat dari tepungberas. Boru Padang Batanghari
membutkan sagu-sagu marlangan tersebut menyerupai bayi yang sedang
Universitas Sumatera Utara
duduk dalam sebuah bakul. Selama tiga puluh hari lamanya boru padang
Batanghari membuatkan sagu-sagu marlangan tersebut. 4.2 Analisis Nilai-Nilai Sosiologi Cerita Batu
Sigadap
Berdasarkan tinjauan dari unsur-unsur intrinsik di atas, dapatlah dianalisis nilai-nilai sosiologis cerita Batu Sigadap dengan menggunakan pendekatan
sosiologis tanpa menghilangkan konteks sastra karena tidak terlepas dari unsur- unsur karya sastra tersebut.
Karya sastra ini lebih menekankan pada pembahasan nilai-nilai sosiologis maka objek bahasannya adalah interaksi dari pada tokoh-tokoh dalam cerita
tersebut sehingga menghasilkan nilai-nilai sosiologis yang terdapat dalam karya sastra itu sendiri.
4.2.1 Sistem Kekerabatan