Saluran Pemasaran dan Harga Komoditi CoklatKakao

84 Saluran pemasaran IV sifatnya temporer yang disebabkan dua keadaan yaitu pertama, saat panen produksi kemiri sangat banyak, dan kedua pada saat permintaan akan produk kemiri tinggi untuk memenuhi kuota ekspor pengusaha. Pemasaran kemiri pada tipe ini, para eksportir langsung turun ke lokasi-lokasi produksi untuk membeli hasil panen petani. Setelah panen berkurang atau permintaan rendah, dengan sendirinya saluran pemasaran ini tidak berfungsi dalam rantai tataniaga komoditi kemiri. Harga yang diterima petani cukup kompotetif yaitu sekitar Rp 2.000-Rp 2.200 per kilogram.

5.3.5 Saluran Pemasaran dan Harga Komoditi CoklatKakao

Saluran pemasaran komoditi coklatkakao yang dikembangkan di Kabupaten Muna, secara umum menunjukkan ada empat model pemasaran yang dimulai dari tingkat petani sampai ke pedagang eksportir yang berlokasi di Ujung Pandang. Uraian selengkapnya mengenai saluran pemasaran tersebut dapat dilihat pada Gambar 36. Gambar 36. Saluran Pemasaran Komoditi coklatkakao BPMD Kabupaten Muna Pada Gambar 36 dari keempat saluran pemasaran komoditi coklatkakao yang terpanjang adalah saluran pemasaran pertama I yang melibatkan lima pelaku pasar yaitu : petani, pedagang pengumpul tingkat desa, pedagang kabupaten, pedagang besar dan pedagang eksportir yang Petani Pedagang Pengumpul Tingkat Desa Pedaganga Tingkat Kabupaten Pedagang Besar Eksportir IIII II Rp. 2.000 – 2.200 Rp. 2.200 – 2.300 Rp. 2.300 – 2.400 I II Rp. 2.300 – 2.500 85 berkedudukan di Ujung Pandang. Saluran pemasaran tipe ini umumnya ditemukan diempat kabupaten dalam lokasi kajian. Karakteristik dalam saluran ini dicirikan oleh : petani mempunyai kendala baik dari segi kuantitas maupun kualitas produksi yang rendah, modal untuk biaya pengangkutan dan jarak ketempat penjualan jauh. Harga jual yang diterima petani sangat rendah yaitu Rp 2.000-Rp 2.200 per kilogram, dengan kualitas kadar air berkisar antara 7 persen – 15 persen. Saluran pemasaran II dimana petani langsung menjual hasil produksi kelapa ke pedagang tingkat Kabupaten. Karakteristik dalam saluran pemasaran ini ditandai oleh petani yang mempunyai produksi lebih banyak, mempunyai modal untuk biaya pengangkutan dan biasanya lokasi petani dekat dengan tempat penjualan ke pedagang tingkat kabupaten. Harga jual komoditi coklatkakao berkisar antara Rp 2.200-Rp 2.300 per kilogram kadar air sekitar 7 persen Saluran pemasaran III, agaknya spesifik karena letaknya yang terlalu jauh ke tempat pegadang besar di Siwa salah satu lokasi pedagang besar di Ujung Pandang. Tingkat harga yang diperoleh petani pada saluran ini lebih besar yaitu sekitar Rp 1.800-Rp 1.850 per kilogram pedagang pengumpul di Siwa. Apabila petani mampu menjual langsung ke pedagang besar maka harga yang diterima cenderung lebih besar yaitu sekitar Rp 2.200-Rp 2.400 per kilogram, dimana semakin baik kualitas produksi kadar air kurang 7 persen, harga yang diterima semakin tinggi, namun saluran ini hanya berlaku bagi petani yang mampu baik dari segi modal maupun jaringan pemasaran yang telah dibina sebelumnya dengan pengusaha besar. Saluran pemasaran IV sifatnya temporer yang disebabkan dua keadaan yaitu pertama, saat panen produksi coklatkakako sangat banyak, dan kedua pada saat permintaan akan produk coklatkakao tinggi untuk memenuhi kuota eksport pengusaha. Pemasaran coklatkakao pada tipe ini, para eksportir langsung turun ke lokasi-lokasi produksi untuk membeli hasil panen petani. Setelah panen berkurang atau permintaan rendah, dengan sendirinya saluran pemasaran ini tidak berfungsi dalam rantai tataniaga komoditi kemiri. Harga yang diterima petani cukup kompotetif yaitu sekitar Rp 2.300-Rp 2.500 per kilogram. 86 Dari saluran pemasaran diatas dapat memberikan gambaran bahwa pola perubahan harga naik atau turun sepenuhnya ditentukan oleh pedagang ekspor dan juga cenderung ada gejala monopoli pasarmulai dari pedagang pengumpul tingkat desa sampai ke pedagang besar yang sepenuhnya dimodali oleh pedagang eksportir sehingga dalam komndisi tertentu pola yang demikian akan merugika petani, sebab kemampuan untuk memperoleh harga yang lebih tinggi semakin sulit akibat lemahnya posisi petani dalam struktur pemasaran produksi

5.4 Pengembangan Komoditas Perkebunan tiap Kecamatan

Pengembangan komoditas perkebunan tiap kecamatan di Kabupaten Muna, dilakukan dengan pendekatan basis perwilayahan LQ dan indikator finansial NPV, IRR dan Net BC 1. KecamatanTongkuno Gambar 3. Hubungan Location Quotient LQ dan Net BC Berdasarkan Gambar 3 menunjukkan bahwa di Kecamatan Tongkuno komoditas kemiri memiliki potensi paling tinggi untuk dikembangkan, dilihat dari nilai LQ sebesar 1,90 dan nilai Net BC sebesar 0,87, walaupun harga kemiri relatif rendah namun masih memberikan keuntungan dari biaya yang dikeluarkan. 0,07 ; 0,85 1,90 ; 0,87 0,46 ; 0,89 0,15 ; 0,91 1,66 ; 2,14 - 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 1,60 1,80 2,00 0,85 0,87 0,89 0,91 2,14 Net BC LQ Kemiri CoklatKakao Kopi Kelapa Jambu Mete