29
2.3 Strategi Penanggulangan Kemiskinan
Badan Pusat Satistik 2005, menjelaskan bahwa beberapa strategi yang dilakukan dalam menanggulangi masalah kemiskinan adalah melalui
kebijakan makro ekonomi, pendekatan kewilayahan, dan pendekatan pemenuhan hak-hak dasar. Kebijakan makroekonomi untuk menanggulangi
kemiskinan adalah dengan cara meningkatkan pertumbuhan ekonomi, stabilitas ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Pendekatan kewilayahan yang
digunakan untuk menanggulangi kemiskinan adalah dengan percepatan pembangunan perdesaan, pembangunan perkotaan, pengembangan kawasan
pesisir, dan percepatan pembangunan daerah tertinggal. Strategi menanggulangi kemiskinan yang dilakukan melalui pendekatan pemenuhan hak-hak dasar
adalah dengan pemenuhan hak atas pangan, sandang, pendidikan, kesehatan, akses terhadap sumberdaya sosial dan ekonomi, kegiatan usaha produktif,
perumahan, air bersih dan rasa aman. Menurut Suharto 2003, dalam upaya mengatasi kemiskinan diperlukan
sebuah kajian yang lengkap sebagai acuan perancangan program kebijakan dan program anti kemiskinan. Sayangnya hampir semua pendekatan dalam
mengkaji kemiskinan masih berporos pada paradigma modernisasi modernization paradigma yang dimotori oleh Bank Dunia. Paradigma ini
bersandar pada teori–teori pertumbuhan ekonomi neoklasik orthodox neoclassical economics dan model yang berpusat pada produksi production-
centerel model. Sejak pendapatan nasional GNP mulai menjadi indikator pembangunan Tahun 1950-an, misalnya para ahli ilmu sosial selalu merujuk
pada pendekatan tersebut manakalah berbicara masalah kemiskinan di satu negara. Pengukuran kemiskinan kemudian sangat dipengaruhi oleh perspektif
income poverty yang menggunakan pendapatan sebagai satu-satunya indikator garis kemiskinan.
Suharto 2003 juga mengemukakan bahwa dibawah kepemimpinan ekonomi asal pakistan, Mahbub UI Haq, pada 1990-an UNDP memperkenalkan
pendekatan human development yang difomulasikan dalam bentuk Indeks Pembangunan Manusia Human Development Index dan Indeks kemiskinan
Manusia Human Poverty Index . Dibandingkan dengan pendekatan yang dipakai Bank Dunia, pendakatan UNDP relatif lebih komprehensif karena mencakup
bukan saja dimensi ekonomi pendapatan, melainkan pula pendidikan angka melek huruf dan kesempatan angka harapan hidup. Pendekatan kemiskinan
30
versi UNDP berporos pada padigma pembangunan populasikerakyatan popular development paradigm yang memadukan konsep pemenuhan kebutuhan dasar
dari Paul Streeten dan teori kapabilitas yang dikembangkan peraih Nobel Ekonomi 1998, Amartya Sen.
Paradigma baru studi kemiskinan sedikitnya mengusulkan empat poin yang perlu dipertimbangkan. Pertama, kemiskinan sebaiknya tidak hanya dari
karakteristik si miskin secara statis, melainkan dilihat secara dinamis yang menyangkut usaha dan kemampuan si miskin dalam merespon kemiskinannya.
Kedua, indikator untuk mengukur kemiskinan sebaiknya tidak tunggal, melainkan indikator komposit dengan unit analisis keluarga atau rumah tangga.
Ketiga, konsep kemampuan sosial social capabilities dipandang lebih lengkap dari pada konsep pendapatan income dalam memotret kondisi sekaligus
dinamika kemiskinan. Keempat, pengukuran kemampuan sosial keluarga miskin dapat difokuskan pada beberapa key indicators yang mencakup kemampuan
keluarga miskin dalam memperoleh matapencaharian livelihood capabilities, memenuhi kebutuhan dasar basic needs fulfillment, mengelola aset asset
management, menjangkau sumber-sumber access to resources, berpartisipasi dalam kemasyarakatan access to sosial capital, serta kemampuan dalam
menghadapi guncangan dan tekanan cope with shocks and stresses. Suharto, 2003
2.4 Pembangunan Perdesaan sebagai Upaya Penanggulangan Kemiskinan