72
Berdasarkan Tabel 17 memperlihatkan bahwa komoditi perkebunan kelapa, kopi, jambu mete, kemiri dan coklatkakao layak untuk diusahakan
karena nilai Net Present Value NPV masih mengguntungkan dengan tingkat suku bunga tabungan sebesar 12 persen yang berlaku dilokasi kajian.
5.2.2.1 Analisis Finansial Usahatani Kelapa
Pada usahatani kelapa di Kabupaten Muna secara finansial layak untuk diusahakan walaupun sangat sensitif karena nilai NPV yang diperoleh hanya
Rp 559.417,29, nilai Net BC Ratio 0,91 serta nilai IRR 15,97 persen. Nilai IRR yang diperoleh masih sedikit besar dari suku bunga tabungan yang berlaku di
lokasi kajian yaitu sekitar 12 persen. Artinya dari pada modal yang dimiliki disimpan di Bank maka akan lebih bermanfaat kalau diinvestasikan pada
usahatani kelapa walaupun selisinya sangat kecil. Namun nilai IRR tersebut masih jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan suku bunga pinjaman yang
berlaku dilokasi kajian yaitu sekitar 18 persen. Kondisi ini mengidentifikasikan bahwa bila usahatani kelapa harus menggunakan dana pinjaman atau kredit
Bank maka dapat dikatakan tidak layak untuk diusahakan. Nilai IRR tersebut dapat juga mengandung makna pada tingkat suku bunga atau tingkat diskonto
sebesar nilai IRR tersebut maka manfaat keuntungan yang dihasilkan NPV adalah bernilai nol. Sedangkan nilai Net BC Ratio sebesar 0,91 mengandung
makna untuk setiap satu rupiah yang diinvestasikan atau dikeluarkan akan memberikan manfaat masing-masing sebesar Rp 0,91 atau dengan kata lain
manfaat yang diperoleh adalah 0,91 kali lipat dari biaya yang dikeluarkan. Nilai NPV sebesar Rp 559.417,29, artinya usahatani kelapa rakyat di
Kabupaten Muna memberikan keuntungan sebesar nilai NPV tersebut selama kurun waktu 15 tahun menurut nilai sekarang per satu hektar kebun kelapa. Nilai
NPV tersebut relatif sangat rendah, jika dibandingkan dengan resiko kegagalan yang akan dihadapi selama kurun waktu produksi 15 tahun.
Dengan net BC kecil 0,91 dan IRR besar 15,97 serta NPV yang relatif rendah Rp 559.417,29 belum mampu mengatasi permasalahan
kemiskinan petani kelapa di Kabupaten Muna. Oleh karena itu nilai net BC dan IRR dari usahatani kelapa perlu ditingkatkan melalui peningkatan teknologi,
penciptaan pasar produk kelapa yang kompetitif, adanya diversifikasi produk dan pemanfaatan produk samping oleh petani akan dapat meningkatkan nilai tambah
73
dan pendapatan petani yang selanjutnya diharapkan akan dapat mengurangi kemiskinan petani kelapa.
Kecilnya nilai NPV tersebut karena harga kelapa yang masih rendah di tingkat petani yaitu sebesar Rp 1.500kg. Kecilnya nilai NPV, net BC dan IRR
menunjukan bahwa usahatani yang diguluti oleh petani kelapa selama ini belum dapat meningkatkan kesejahteraan mereka, hanya mampu mencukupi
kebutuhan pokok minimal mereka. Untuk meningkatkan kesejahteraan petani kelapa perlu memperbaiki teknologi dan posisi tawar terhadap mitra usaha.
Selain itu tingkat produktivitas komoditi kelapa masih rendah yaitu rata-rata 0,75 tonha.
5.2.2.2 Analisis Finansial Usahatani Kopi