Indikator Kemiskinan TINJAUAN PUSTAKA

26 pertumbuhan output produktivitas, tingkat upah neto, distribusi pendapatan, kesempatan kerja, jenis pekerjaan yang tersedia, inflasi, pajak dan subtitusi, investasi, alokasi serta kualitas sumberdaya alam, penggunaan teknologi, tingkat dan jenis pendidikan, kondisi fisik, hingga politik, bencana alam dan peperangan. Kalau diamati sebagai faktor tersebut juga mempengaruhi satu sama lain. Misalnya tingkat pajak yang tinggi membut tingkat upah neto rendah dan ini bisa mengurangi motivasi kerja dari pekerja yang bersangkutan hingga produktivitasnya menurun. Produktivitas menurun dapat mengakibatkan tingkat upah netonya berkurang, dan seterusnya. Dalam hal ini tidak mudah untuk memastikan apakah karena pajak naik atau produktivitasnya yang menurun membuat pekerja tersebut menjadi miskin karena upah netonya menjadi rendah.

2.2 Indikator Kemiskinan

Sajogyo 1987, mengungkapkan bahwa salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kemiskinan adalah headcount index, yaitu menghitung jumlah orang miskin sebagai proporsi dari populasi. Meskipun headcount index ini sangat bermanfaat, namun sering dikritik karena mengabaikan jumlah penduduk yang berada digaris kemiskinan. Kemiskinan dapat ditunjukan oleh dua indikator. Pertama, Human Poverty Indekx HPI, yang dilihat dari angka daya hidup 40 tahun, tingkat pendidikan dasar yang diukur berdasarkan persentase penduduk dewasa yang buta huruf dan hilangnya hak pendidikan perempuan, kriteria ekonomi. Kedua, kemiskinan dilihat dari sisi ekonomi, sosial, politik dan fisik, yakni rendahnya pendapatan, hilangnya sumberdaya material, hilangnya kesempatan, hak berpendapat, ketidakberdayaan kekuasaan, dan ketidakmampuan mengelola aset. Kuncoro 1997, mengatakan bahwa salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kemiskinan adalah Headcount Index, yaitu menghitung jumlah orang miskin seperti proporsi dari populasi. Meskipun Headcount Index ini sangat bermanfaat, namun sering dikritik karena mengabaikan jumlah penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan. Jika dilihat dari sisi ekonomi, sampai saat ini BPS menggunakan batas garis kemiskinan berdasarkan data konsumsi dan pengeluaran komoditas pangan dan non pangan. Komoditas pangan terpilih terdiri dari 52 macam, 27 sedangkan komoditas non pangan terdiri dari 27 jenis untuk kota dan 26 jenis untuk desa. Garis kemiskinan yang telah ditetapkan BPS dari tahun ke tahun mengalami perubahan. Seperti menurut Indonesia Nutrition Network INN Tahun 2003 adalah Rp 96.956 untuk perkotaan dan Rp 72.780 untuk perdesaan. Kemudian Menteri Sosial menyebutkan berdasarkan indikator BPS garis kemiskinan yang diterapkan adalah penduduknya adalah penduduk yang memiliki penghasilan dibawah Rp 150.000 per bulan. Bahkan Bappenas menetapkan batas kemiskinan yakni keluarga yang memiliki penghasilan dibawah Rp 180.000 per bulan. Badan Pusat Statistik 2004, telah menetapkan empat belas kriteria keluarga miskin seperti yang telah disosialisasikan oleh Departemen Komunikasi dan Informasi, rumah tangga yang memiliki ciri rumah tangga miskin, yaitu : 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m 2 per orang. 2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanahbambukayu murahan. 3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bamburumbiakayu berkualitas rendahtembok tanpa diplester. 4. Tidak memiliki fasilitas buang air besarbersama-sama dengan rumahtangga lain. 5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. 6. Sumber air minum berasal dari sumurmata air tidak terlindungsungaiair hujan. 7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakararangminyak tanah. 8. Hanya mengkonsumsi dagingsusuayam satu kali dalam seminggu 9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun. 10. Hanya sanggup makan sebanyak satudua kali dalam sehari. 11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di PuskesmasPoliklinik. 12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah ; petani dengan luas lahan 0,5 Ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp 600.000 per bulan. 13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolahtidak tamat SDhanya SD 28 14. Tidak tidak memiliki tabunganbarang yang mudah dijual dengan nilai Rp 500.000 seperti sepeda motor kreditnon kredit emas, ternak, kapal motor atau barang modal lainnya. Komite penggulangan kemiskinan Kabupaten Muna BAPPEDA, BPS dan BPMD, 2004, menjelaskan bahwa penentuan rumahtangga miskin di Kabupaten Muna dilakukan pada kondisi dari masing-masing kepala rumahtangga berdasarkan kreteria kepala rumahtangga miskin menyandang salah satu atau lebih masalahkreteria miskin dimana : 1. Pendapatan rendah sekali hasil konversi 20 kgkapitalbulan 2. Keadaan rumah tidak layak huni, lantai tanah atau terbuat dari pepohonanbambu, atap nipaalang-alang dan dinding terbuat dari non papan dan non beton dalam keadaaan telah rusakbocor, lapuk atau; 3. Tidak mampu berobat ke dokter jika sakit, maksimal ke puskesmas, dukun, obat tradisional dan obat warung atau; 4. Tidak mampu membiayai pendidikan anak pada tingkat dasar 9 tahun atau; 5. Pada umumya keluarga tidak dapat makan 2 kali sehari atau; 6. Anggota keluarga tidak memiliki pakaian yang berbeda untuk dirumah, tempat bekerja, bepergian dan bersekolah bagi anak atau; 7. Tidak memiliki salah satu aset produktif seperti kebun, ojek, perahu dan lain-lain; Hendrakusumaatmaja 2002, mengungkapkan bahwa kemiskinan dicirikan oleh tiga hal yaitu, pertama rendahnya penguasaan aset dimana skala usaha tidak efisien dan mengakibatkan produktivitas menjadi rendah. Kedua, rendahnya kemampuan masyarakat untuk meningkatkan kepemilikan atau penguasaan aset. Ketiga, rendahnya kemampuan dalam mengelola aset. Menurut Salim 1980, lima ciri-ciri orang miskin, yaitu : 1 umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah, modal atau keterampilan ; 2 tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri; 3 Tingkat pendidikan rata-rata rendah, tidak sampai tamat sekolah dasar; 4 kebanyakan tinggal di perdesaaan, umumnya menjadi buruh tani atau pekerja kasar diluar pertanian; 5 kebanyakan yang hidup dikota masih berusia muda dan tidak mempunyai keterampilan skill atau pendidikan. 29

2.3 Strategi Penanggulangan Kemiskinan