81
5.3.3 Saluran Pemasaran dan Harga Komoditi Jambu Mete
Saluran pemasaran komoditi jambu mete yang dikembangkan di Kabupaten Muna, secara umum menunjukkan ada tiga model pemasaran yang
dimulai dari tingkat petani sampai ke pedagang eksportir yang berlokasi di Surabaya. Uraian selengkapnya mengenai saluran pemasaran tersebut dapat
dilihat pada Gambar 34. I
Gambar 34. Saluran Pemasaran Komoditi Jambu Mete BPMD Kabupaten Muna Pada Gambar 34, menunjukan bahwa dari tiga saluran pemasaran
komoditi jambu mete yang terpanjang adalah saluran pemasaran pertama I yang melibatkan lima pelaku pasar yaitu : petani, pedagang pengumpul tingkat
desa, pedagang kabupaten, pedagang besar dan pedagang eksportir yang berkedudukan di Ujung Pandang dan Surabaya. Saluran pemasaran tipe I
umumnya ditemukan kabupaten dalam lokasi kajian. Karakteristik dalam saluran ini ditandai oleh : petani mempunyai kendala baik dari segi kuantitas maupun
kualitas produksi yang rendah, modal untuk biaya pengangkutan dan jarak ketempat penjualan jauh. Harga jual yang diterima petani sangat rendah yaitu Rp
4.500-Rp 5.000 per kilogram, dengan kualitas kadar air berkisar antara 7–10. Saluran pemasaran II dimana petani langsung menjual hasil produksi
jambu mete ke pedagang tingkat Kabupaten. Karakteristik dalam saluran pemasaran ini ditandai oleh petani yang mempunyai produksi lebih banyak,
mempunyai modal untuk biaya pengangkutan dan biasanya lokasi petani dekat dengan tempat penjualan ke pedagang tingkat kabupaten. Harga jual komoditi
jambu mete berkisar antara Rp 5.000-Rp 5.200 per kilogram tergantung pada Petani
Pedagang Pengumpul Tingkat Desa
Pedaganga Tingkat Kabupaten
Pedagang Besar
Eksportir IIII
II Rp. 4.500 – 5.000
Rp. 5.000 – 5.200 Rp. 5.200 – 5.500
I
82
tingkat kekeringan kadar air sekitar 7 persen, presentase kerusakan buah rendah dan jumlah penawaran secara agregat. Jumlah penawaran secara
agregat ini artinya bahwa semakin banyak penawaran mete dalam skala provinsi panen awal cenderung tingkat harga lebih rendah.
Saluran pemasaran III, merupakan kelanjutan saluran pemasaran tipe II, dimana hasil produk mete dari petani dijual oleh pedagang kabupaten ke
tingkat pedagang ekspor di Surabaya tanpa melalui pedagang besar di Ujung Pandang, pola pemasaran demikian umumnya juga bersifat temporer hanya
saat produksi banyakpanen awal. Kecuali pada pedagang tertentu seperti PT. Sekar Alam yang konsisten dalam saluran pemasaran ini. Harga jual
komoditi kopra berkisar Rp 5.200-Rp 5.500 per kilogram. Dari saluran pemasaran diatas dapat memberikan gambaran bahwa
pola perubahan harga naik atau turun sepenuhnya ditentukan oleh pedagang ekspor dan juga cenderung ada gejala monopoli pasarmulai dari pedagang
pengumpul tingkat desa sampai ke pedagang besar yang sepenuhnya dimodali oleh pedagang eksportir sehingga dalam kondisi tertentu pola yang demikian
akan merugikan petani, sebab kemampuan untuk memperoleh harga yang lebih tinggi semakin sulit akibat lemahnya posisi petani dalam struktur pemasaran
produksi. 5.3.4 Saluran Pemasaran dan Harga Komoditi Kemiri
Saluran pemasaran komoditi kemiri yang dikembangkan di Kabupaten Muna, secara umum menunjukkan ada empat model pemasaran yang dimulai
dari tingkat petani sampai ke pedagang eksportir yang berlokasi di Ujung Pandang.
Pada Gambar 35 dari keempat saluran pemasaran komoditi kemiri yang terpanjang adalah saluran pemasaran pertama I yang melibatkan lima pelaku
pasar yaitu : petani, pedagang pengumpul tingkat desa, pedagang kabupaten, pedagang besar dan pedagang eksportir yang berkedudukan di Ujung Pandang.
Saluran pemasaran tipe ini umumnya ditemukan diempat kabupaten dalam lokasi kajian. Karakteristik dalam saluran ini dicirikan oleh : petani mempunyai
kendala baik dari segi kuantitas maupun kualitas produksi yang rendah, modal untuk biaya pengangkutan dan jarak ketempat penjualan jauh. Harga jual yang
diterima petani sangat rendah yaitu Rp 1.500-Rp 1.750 per kilogram, dengan
83
kualitas kadar air berkisar antara 7 persen – 15 persen. Uraian selengkapnya mengenai saluran pemasaran tersebut dapat dilihat pada Gambar 35.
Gambar 35. Saluran Pemasaran Komoditi Kemiri BPMD Kabupaten Muna Saluran pemasaran II dimana petani langsung menjual hasil produksi
kelapa ke pedagang tingkat Kabupaten. Karakteristik dalam saluran pemasaran ini ditandai oleh petani yang mempunyai produksi lebih banyak, mempunyai
modal untuk biaya pengangkutan dan biasanya lokasi petani dekat dengan tempat penjualan ke pedagang tingkat kabupaten. Harga jual komoditi kemiri
berkisar antara Rp 1.750-Rp 1.800 per kilogram kadar air sekitar 7 persen Saluran pemasaran III, agaknya spesifik karena letaknya yang terlalu
jauh ke tempat pegadang besar di Siwa salah satu lokasi pedagang besar di Ujung Pandang. Tingkat harga yang diperoleh petani pada saluran ini lebih
besar yaitu sekitar Rp 1.800-Rp 1.850 per kilogram pedagang pengumpul di Siwa. Apabila petani mampu menjual langsung ke pedagang besar maka harga
yang diterima cenderung lebih besar yaitu sekitar Rp 1.850-Rp 2.000 per kilogram, dimana semakin baik kualitas produksi kadar air kurang 7 persen,
harga yang diterima semakin tinggi, namun saluran ini hanya berlaku bagi petani yang mampu baik dari segi modal maupun jaringan pemasaran yang telah dibina
sebelumnya dengan pengusaha besar. Petani
Pedagang Pengumpul Tingkat Desa
Pedaganga Tingkat Kabupaten
Pedagang Besar
Eksportir IIII
II Rp. 1.500 – 1.750
Rp. 1.750 – 1.800
Rp. 1.800 – 1.850 I
IV Rp. 2.000 – 2.200
84
Saluran pemasaran IV sifatnya temporer yang disebabkan dua keadaan yaitu pertama, saat panen produksi kemiri sangat banyak, dan kedua pada saat
permintaan akan produk kemiri tinggi untuk memenuhi kuota ekspor pengusaha. Pemasaran kemiri pada tipe ini, para eksportir langsung turun ke lokasi-lokasi
produksi untuk membeli hasil panen petani. Setelah panen berkurang atau permintaan rendah, dengan sendirinya saluran pemasaran ini tidak berfungsi
dalam rantai tataniaga komoditi kemiri. Harga yang diterima petani cukup kompotetif yaitu sekitar Rp 2.000-Rp 2.200 per kilogram.
5.3.5 Saluran Pemasaran dan Harga Komoditi CoklatKakao