62
Pada Tabel 12 pekerjaan pokok sebagai petani terbanyak terdapat pada Kecamatan Tongkuno sebanyak 2.484 KK. Kecamatan Tongkuno adalah
sebagai penghasil komoditi jambu mete terbesar di Kabupaten Muna. Pendapatan rumahtangga tani di kecamatan tersebut hanya dihasilkan dari
perkebunan jambu mete tersebut. Tingginya ketergantungan terhadap satu pendapatan rumahtangga tani
rentan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada komoditas yang dihasilkan akibat dari gejolak perekonomian. Apabila harga-harga produk
pertanian dan perkebunan sedang mengalami penurunan maka pendapatan rumahtangga tani cenderung menurun pula. Menurunnya perolehan pendapatan,
mengakibatkan setiap rumahtangga tani selalu berada dalam lingkaran kemiskinan. Oleh sebab itu untuk meningkatkan pendapatan, sangat diperlukan
pengembangan keragaman usahatani ditengah masyarakat agar terjadinya diversifikasi mata pencaharian.
5.1.2 Penguasaan Lahan Rumahtangga Tani
Lahan merupakan faktor utama bagi rumahtangga petani perkebunan untuk melakukan usahataninya. Kondisi luas lahan sangat berpengaruh terhadap
tingkat pendapatan keluarga tani, apakah pendapatan tersebut dari lahan perkebunan maupun dari lahan pertanian. Semakin besar luas lahan yang
dimiliki oleh rumahtangga petani makin tinggi produktivitas perkebunan yang dihasilkan sehingga pendapatan yang diterima oleh petani perkebunan semakin
meningkat sehingga peluang untuk hidup diatas garis kemiskinan semakin besar. Sebaliknya petani yang memiliki lahan yang sempit akan mengurangi
pendapatan diakibatkan produktivitas rendah. Menurut Sinaga dan White 1979 yang dikutip oleh Sajogyo 2002, petani yang mempunyai lahan cukup luas
berpeluang mempunyai pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan petani yang mempunyai lahan lebih kecil.
Status kepemilikan lahan juga dapat menentukan tingkat kepastian dan keamanan khususnya dalam usahatani serta dapat mempengaruhi tingkat
intensitas penggunaan lahan. Sebagian besar rumahtangga tani memiliki luas lahan lebih 1 hektar sebesar 89,10 persen yang digunakan untuk usaha
perkebunan dan 10,50 persen memiliki luas lahan lebih kecil dari 1 hektar BPMD Kabupaten Muna, 2005. Penggunaan lahan pertanian rumahtangga tani miskin
di Kabupaten Muna dapat dilihat pada Tabel. 13
63 Tabel. 13 Jumlah Rumahtangga Tani Miskin Penggunan Lahan Pertanian
di Kabupaten Muna Tahun 2006
Rumahtangga Pertanian No Kecamatan
Jumlah Rumah Tangga Tani
Miskin Rumahtangga
Pertanian Bukan
Pengguna Lahan
Pengguna Lahan
1 Tongkuno 2.910
2.484 654
1.830 2 Parigi
1.109 1.352
410 942
3 Bone 718
623 338
285 4 Kabawo
2.116 1.755
615 1.140
5 Kabangka 1.456
871 318
553 6 Tikep
1.249 810
390 420
7 Maginti 1.528
1.134 314
820 8 Tiworo Tengah 1.076
572 272
300 9 Lawa
1.862 1.779
434 1.345
10 Sawerigadi 1.005
951 448
503 11 Barangka
799 733
201 532
12 Kusambi 1.368
958 283
675 13 Kontunaga
1.193 586
109 477
14 Watopute 1.341
805 324
481 15 Katobu
2.066 505
10 495
16 Lohia 1.136
547 162
385 17 Duruka
1.158 871
220 651
18 Batalaiworu 867
490 11
479 19 Napabalano
1.958 1.079
233 846
20 Lasalepa 890
750 210
540 21 Wakorsel
776 590
323 267
22 Pasir Putih 546
951 470
481 23 Bonegunu
1.404 839
318 521
24 Kambowa 1.064
724 322
402 25 Wakorumba
896 879
423 456
26 Maligano 816
942 446
496 27 Kulisusu
2.247 1.507
553 954
28 Kulisusu Barat 1.091
912 409
503 29 Kulisus Utara
918 872
307 565
Jumlah 37.563
27.871 9.527
18.344 Presentase
74,20 34,18
65,82 Sumber : BPMD Kabupaten Muna
Pada Tabel 13 status kepemilikan lahan rumahtangga tani miskin sebanyak 65,82 persen memiliki lahan sendiri sedangkan 34,18 persen tidak
memiliki lahan, atau biasa disebut dengan sistim sewa. Status lahan sewa di Kabupaten Muna memiliki sistem bagi hasil dengan perbandingan 1 : 2, dimana
dua bagian untuk untuk pemilik lahan dan satu bagian bagi penyewa buru tani. Status penguasaan lahan yang sebagian besar milik sendiri tersebut ternyata
belum mampu meningkatkan kesejahteraan rumahtangga tani, dikarenakan produksi rata-rata hasil perkebunan rumahtangga tani tergolong rendah yaitu
3,37 BPMD Kabupaten Muna, 2005.
64
Rendahnya hasil produksi disebabkan beberapa alasan dari petani; 1 kekurangan modal untuk mengembangkan lahan tersebut, 2 kurangnya
ketersediaan peralatan dan input produksi bibitbenih. Kurangnya dukungan finansilapermodalan bagi dunia perkebunan
rakyat di Kabupaten Muna, selama ini koperasi dan bank sebagai pemegang otoritas keuangan kurang sekali dalam menguncurkan kredit bagi usaha-usaha
perkebunan sehingga perkebunan di wilayah penelitian sulit untuk berkembang karena kesulitan finansial. Bantuan ini menjadi penting mengingat mengingat
sebagian besar rumahtangga petani perkebunan di Kabupaten Muna tidak mempunyai cadangan modal untuk melakukan investasi. Lamanya hasil panen
sebagian besar komoditi perkebunan menyebabkan investasi dilahan akan lama sementara keperluan jangka pendek petani sangat mendesak. Kredit lunak
sarana produksi untuk petani di Kabupaten Muna akan sangat membantu rumahtangga petani perkebunan dalam mengintensifikasikan usahatani mereka.
Kurangnya ketersediaan peralatan dan input produksi bibitbenih yang masih terbatas serta keadaan petani yang masih tradisional menyebabkan mutu
hasil perkebunan yang dicapai juga rendah. Kondisi ini memerlukan kerjasama dari pemerintah pengusaha pedagang dan petani perkebunan itu sendiri untuk
meningkatkan hasil perkebunan yang baik sehingga keuntungan dapat dicapai oleh semua pihak.
5.1.3 Pendidikan Rumahtangga Tani Miskin