101
Pengembangan komoditas perkebunan di masing-masing kecamatan dapat meningkatkan kesempatan kerja, produktivitas dan nilai tambah komoditas
perkebunan. Impikasinya, pengembangan komoditi perkebunan di tiap-tiap kecamatan diikuti pula dengan peningkatan nilai tambah komoditas perkebunan
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengembangan komoditas perkebunan indikator utamanya adalah
bahwa komoditas yang dikembangkan harus memiliki kapabilitas serapan tenaga kerja yang tinggi dan mampu dilakukan oleh tenaga kerja lokal, serta didukung
oleh kapasitas dan kesesuaian lingkungan sumberdaya alam setempat. Ukuran keunggulan komperatif komoditas tanaman perkebunan dapat diketahui dengan
melakukan Location Quotient Analysis dan Analisis Finansial Kelayakan.
5.5 Ikhtisar
Dari hasil pendataan pendudukkeluarga miskin tahun 2006 di Kabupaten Muna diperoleh rumahtangga miskin sebesar 37.563 rumahtangga.
Jumlah kepala rumahtangga miskin laki-laki sebesar 26.436 rumahtangga dan kepala rumahtangga perempuan sebesar 11.127 rumahtangga. Sebagian besar
tingkat pendidikan kepala rumahtangga miskin hanya tamat SD sebanyak 54,62 persen. Ketergantungan rumahtangga tani miskin terhadap pertanian cukup
tinggi sebesar 27.871 atau 74,20 persen. Kemiskinan di Kabupaten Muna diakibatkan oleh rendahnya
pendapatan, perumahan dan permukinan yang tidak layak huni yang tersebar pada 273 lokasi dengan luas 1.446 hektar. Rendahnya pendidikan dan
kesehatan serta rendahnya kepemilikan lahan. Komoditi unggulan masing-masing kecamatan yang berperan dalam
perekonomian di Kabupaten Muna, Kecamatan Tongkuno dapat dikembangkan komoditas jambu mete komoditas basis dan kemiri, Kecamatan Parigi dapat
dikembangkan komoditi kopi, kelapa dan kemiri, Kecamatan Bone dan Kabawo dapat dikembangkan komoditi kemiri, kopi dan jambu mete, Kecamatan
Kabangka dapat dikembangkan komoditas kopi komoditas basis, kemiri dan coklatkakao, Kecamatan Tikep dapat dikembangkan komoditas kemiri, kelapa,
coklatkakao dan kopi, Kecamatan Maginti dapat dikembangkan Coklatkakao komoditas basis, Kecamatan Tiworo Tengah dapat dikembangkan komoditas
kelapa dan jambu mete, Kecamatan Lawa dapat dikembangkan komoditas kopi, jambu mete dan kemiri, Kecamatan Sawerigadi dapat dikembangkan komoditas
102
kemiri dan coklatkakao, Kecamatan Barangka dapat dikembangkan komoditas coklatkakao dan kemiri, Kecamatan Kusambi, Kontunaga dan Watopute dapat
dikembangkan komoditas kemiri dan jambu mete. Kecamatan Katobu dapat dikembangkan satu komoditas kelapa,
Kecamatan Lohia, Duruka, Batalaiworu, Napabalano dan Lasalepa hanya dapat dikembangkan satu jenis komoditas jambu mete, Kecamatan Wakorsel dan Pasir
Putih dapat dikembangkan komoditas coklatkakao dan kelapa, Kecamatan Bonegunu dan Kambowa juga hanya dapat dikembangkan satu jenis komoditas
kelapa, Kecamatan Wakorumba dan Maligano dapat dikembangkan komoditas kopi, coklatkakao dan jambu mete, Kecamatan Kulisusu dapat dikembangkan
komoditas jambu mete, Kecamatan Kulisusu Barat dan Kulisusu Utara dapat dikembangkan komoditas kelapa komoditas basis dan coklatkakao.
Saluran pemasaran perkebunan komoditi kelapa, kopi, jambu mete, kemiri dan coklatkakako yang dikembangkan di Kabupaten Muna, secara umum
menunjukkan ada empat model pemasaran yang dimulai dari tingkat petani sampai ke pedagang eksportir yang berlokasi di Ujung Pandang dan Surabaya.
Komoditas kelapa memiliki kinerja finansial yang masih layak untuk dikembangkan karena memiliki NPV Rp 559.417,29, nilai BC Ratio 0,91 yang
masih memberikan keuntungan dan nilai IRRnya 15,97 persen lebih tinggi dari suku bunga tabungan di bank. Komoditas kopi masih layak untuk dikembangkan
karena memiliki NPV Rp 528.683,97, nilai BC Ratio 0,89 yang masih memberikan keuntungan dan nilai IRRnya 15,76 persen lebih tinggi dari suku
bunga tabungan di bank. Komoditas jambu mete layak untuk dikembangkan karena memiliki NPV Rp 2.886.725,48, nilai BC Ratio 2,14 yang memberikan
keuntungan besar dan nilai IRRnya 27,87 persen lebih tinggi dari suku bunga tabungan di bank. Komoditas kemiri masih layak untuk dikembangkan karena
memiliki NPV Rp 484.836,65, nilai BC Ratio 0,87 yang masih memberikan keuntungan dan nilai IRRnya 15,48 persen lebih tinggi dari suku bunga tabungan
di bank. Komoditas coklatkakao masih layak untuk dikembangkan karena memiliki NPV Rp 450.544,68, nilai BC Ratio 0,85 yang masih memberikan
keuntungan dan nilai IRRnya 15,25 persen lebih tinggi dari suku bunga tabungan di bank.
103
IV. RANCANGAN PROGRAM STRATEGI
PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI TINGKAT PETANI MELALUI PENGEMBANGAN KOMODITAS PERKEBUNAN
Secara umum di wilayah perdesaan dan kecamatan yang merupakan sentra-sentra produksi perkebunan rakyat di Kabupaten Muna. Sebanyak
74,20 persen rumahtangga miskin di Kabupaten Muna memiliki matapencaharian sebagai petani. Sesuai dengan kondisi lahan yang merupakan tanah subur dan
sedang, perkebunan menjadi komoditas andalan bagi petani. Keadaan ini menunjukan bahwa sektor petanian khususnya sub sektor perkebunan
memegang peranan penting di perdesaan. Petani memiliki sebagai subyek pelaku ekonomi dalam tatanan perekonomian perdesaan, kondisi rumahtangga
tani perdesaan di Kabupaten Muna cukup memprihatinkan. Rendahnya tingkat kesejahteraan menyebabkan rumahtangga tani di Kabupaten Muna akan hidup
miskin karena terbatas untuk mengkonsumsi ataupun mendapatkan sesuatu yang dinginkan sehingga peluang untuk terpenuhinya kebutuhan dasar seperti
sandang, pangan dan papan tidak akan terpenuhi. Mereka dihadapkan pada berbagai permasalahan yang saling berkaitan.
Permasalahan utama dari rumahtangga tani dalam mengembangkan komoditi perkebunan di Kabupaten Muna adalah rendahnya pengetahuan yang
dimiliki rumahtangga tani dalam teknologi budidaya, dan tingginya ketergantungan terhadap hasil usahatani produk sehingga pertumbuhan dan
produksi tanaman komoditi unggulan petani menjadi tidak optimal serta rendahnya harga produksi.
Pengembangan komoditas perkebunan berarti memberikan perhatian khusus kepada upaya peningkatan usaha perkebunan produktif yang berpotensi,
yaitu dengan memberikan perhatian khusus terhadap langkah-langkah strategi yang diarahkan secara langsung pada perluasan akses masyarakat terhadap
sumber daya pembangunan perkebunan, diserta dengan penciptaan peluang bagi masyarakat lapisan bawah untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan
ekonomi perkebunan yang mampu mengatasi kondisi keterbelakangan dari kemiskinan.
Pengembangan potensi perkebunan berpusat pada upaya mendorong percepatan perubahan struktur pemberdayaan masyarakat sehingga
memperkuat kedudukan dan peran ekonomi petani, secara langsung harus