Asas-Asas Hak Tanggungan Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Secara Cross Collateral (Studi Di PT. Bank Mandiri (Persero), TBK Cabang Medan Imam Bonjol

96 jaminan ini merupakan buntut dari suatu perjanjian pokok yaitu perjanjian kredit, oleh karena itu pelaksanaan pengikatan jaminan tersebut baru dapat dilakukan setelah perjanjian kredit diselesaikan.

1. Asas-Asas Hak Tanggungan

Hak Tanggungan sebagai suatu lembaga jaminan mempunyai asas-asas yang dapat diuraikan sebagai berikut: 72 a. Hak Tanggungan memberikan hak preferent Pasal 1 ayat 1 UUHT Mencermati pengertian Hak Tanggungan yang terdapat dalam Pasal 1 UUHT, dapat disimpulkan bahwa Hak Tanggungan memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lain. Kalimat ”kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur- kreditur lain” tidak dijumpai dalam ketentuan Pasal 1 maupun penjelasannya, namun kalimat tersebut dapat diketemukan dalam penjelasan umum UUHT yang menyatakan bahwa jika debitur cidera janji, kreditur pemegang Hak Tanggungan berhak menjual melalui pelelangan umum tanah yang dijadikan jaminan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan, dengan hak mendahului daripada kreditur-kreditur lain. Kedudukan diutamakan tersebut sudah barang tentu tidak mengurangi preferensi piutang-piutang negara menurut ketentuan hukum yang berlaku. Dasar hukumnya dapat ditemukan dalam Undang-Undang nomor 9 tahun 1994 tentang Perubahan 72 Sutan Remy, Sjahdeini, Hak Tanggungan: Asas-Asas, Ketentuan-Ketentuan Pokok dan Masalah-Masalah yang dihadapi oleh Perbankan Suatu Kajian Mengenai Undang-Undang Hak Tanggungan, Bandung: Alumni, Bandung, 1999, hlm. 24. Universitas Sumatera Utara 97 Undangn-Undang nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dimana dalam Pasal ini diatur bahwa hak mendahulu tagihan pajak melebihi segala hak mendahului lainnya kecuali terhadap : 1 biaya perkara yang semata-mata disebabkan suatu penghukuman untuk melelang suatu barang 2 biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan suatu barang 3 biaya perkara yang semata-mata disebabkan pelelangan dan penyelesaian suatu warisan. Selain dalam penjelasan umum UUHT, ditemukan pula pengertian mengenai kalimat ”kedudukan yang diutamakan dari kreditur tertentu terhadap kreditur lain” dalam Pasal 20 ayat 1 UUHT yang berbunyi bahwa: Apabila debitur cidera janji, maka berdasarkan: a hak pemegang Hak Tanggungan pertama untuk menjual objek Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6; atau b titel eksekutorial yang terdapat dalam sertifikat Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat 2, objek Hak Tanggungan dijual melalui pelelangan umum menurut tata cara yang ditemukan dalam peraturan perundang-undangan untukpelunasan piutang pemegang Hak Tanggungan dengan hak mendahului daripada kreditur-kreditur lainnya. b. Hak Tanggungan tidak dapat dibagi Pasal 2 UUHT Hak Tanggungan memiliki sifat tidak dapat dibagi-bagi, hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 2 UUHT yang menyatakan bahwa: “Hak Tanggungan mempunyai sifat tidak dapat dibagi-bagi, kecuali jika diperjanjikan dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud pada ayat 2. Apabila Hak Tanggungan dibebankan pada beberapa hak atas tanah, dapat diperjanjikan dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan yang bersangkutan, bahwa pelunasan utang yang dijamin dapat dilakukan dengan Universitas Sumatera Utara 98 cara angsuran yang besarnya sama dengan nilai masing-masing hak atas tanah yang merupakan bagian dari objek Hak Tanggungan, yang akan dibebankan dari Hak Tanggungan tersebut, sehingga kemudian Hak Tanggungan itu hanya membebani sisa objek Hak Tanggungan untuk menjamin sisa utang yang belum dilunasi.” Dalam penjelasan Pasal 2 UUHT tersebut dinyatakan bahwa: “Yang dimaksud dengan sifat tidak dapat dibagi-bagi dari Hak Tanggungan adalah bahwa Hak Tanggungan membebani secara utuh objek Hak Tanggungan dan setiap bagian daripadanya. Telah dilunasinya sebagian dari utang yang dijamin tidak berarti terbebasnya sebagian objek Hak Tanggungnan dari beban Hak Tanggungan untuk sisa utang yang belum dilunasi.” Ketentuan ini merupakan pengecualian dari asas yang ditetapkan pada ayat 1 satu untuk menampung kebutuhan perkembangan dunia perkreditan, antara lain untuk mengakomodasi keperluan pendanaan pembangunan kompleks perumahan yang semula menggunakan kredit untuk pembangunan seluruh kompleks kemudian akan dijual kepada pemakai satu per satu, sedangkan untuk pembayarannya pemakai akhir ini juga menggunakan kredit dengan jaminan rumah yang bersangkutan. Sesuai ketentuan ayat ini apabila Hak Tanggungan itu dibebankan pada beberapa hak atas tanah yang terdiri dari beberapa bagian yang masing-masing merupakan suatu kesatuan yang berdiri sendiri dan dapat dinilai secara tersendiri, asas tidak dapat dibagi-bagi ini dapat disimpangi asal hal itu diperjanjikan secara tegas dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan yang bersangkutan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Hak Tanggungan membebani secara utuh objek Hak Tanggungan dari setiap bagian daripadanya. Pelunasan Universitas Sumatera Utara 99 sebagian dari utang yang dijamin tidak berarti terbebasnya sebagian objek tersebut dari beban Hak Tanggungan. Melainkan Hak Tanggungan itu tetap membebani seluruh objek Hak Tanggungan untuk sisa utang yang belum dilunasi. Namun sifat tidak dapat dibagi-bagi dalam Hak Tanggungan tidak berlaku mutlak atau dapat dikecualikan misalnya dalam pemberian kredit untuk keperluan pembangunan komplek perumahan dengan jaminan sebidang tanah proyek perumahan tersebut asal diperjanjikan secara tegas dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan ”APHT”. c. Hak Tanggungan mempunyai sifat droit de suite Pasal 7 UUHT Artinya, pemegang Hak Tanggungan mempunyai hak mengikuti objek Hak Tanggungan, meskipun objek Hak Tanggungan telah berpindah dan menjadi milik pihak lain. Contoh objek Hak Tanggungan tanah dan bangunan telah dijual oleh debitur dan menjadi milik pihak lain maka kreditur sebagai pemegang jaminan tetap mempunyai hak untuk melakukan eksekusi atas jaminan tersebut jika debitur cidera janji. Asasi ini diambil dari hipotek yang diatur dalam Pasal 1163 ayat 2 dan Pasal 1198 KUH Perdata dimana asas ini memberikan hak kebendaan zakelijkrecht. Hak kebendaan dibedakan dengan hak perorangan persoonlijkrecht. Hak kebendaan adalah hak mutlak, artinya hak ini dapat dipertahankan terhadap siapa pun. Pemegang hak tersebut berhak untuk menuntut siapa pun juga yang mengganggu haknya itu. Dilihat secara pasif setiap orang wajib menghormati hak itu. Sedangkan hak perorangan adalah hak relatif, artinya hak ini hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu saja. Hak Universitas Sumatera Utara 100 tersebut hanya dapat dipertahankan terhadap debitur itu saja. Secara pasif dapat dikatakan bahwa seseorang tertentu wajib melakukan prestasi terhadap pemilik dari hak itu. d. Hak Tanggungan mempunyai sifat accesoir Pasal 10 ayat 1 dan Pasal 18 ayat UUHT Artinya Hak Tanggungan bukanlah hak yang berdiri sendiri tetapi lahirnya, keberadaannya, atau eksistensinya, atau hapusnya tergantung perjanjian pokoknya, yaitu perjanjian kredit atau perjanjian utang lainnya. Hak Tanggungan menjadi hapus kalau perjanjian pokoknya yang menimbulkan utang-piutang hapus disebabkan karena lunasnya kredit atau lunasnya utang atau sebab lain. Asas ikutan accesoir ini memberikan konsekuensi, bahwa dalam hal piutang beralih kepada kreditur lain maka Hak Tanggungan yang menjaminnya ikut beralih kepada kreditur baru tersebut. Pencatatan peralihan Hak Tanggungan tidak memerlukan akta Pejabat Pembuat Akta Tanah ”PPAT”, tetapi cukup didasarkan pada akta beralihnya piutang yang dijamin. Pencatatan peralihan itu dilakukan pada buku tanah dan sertifikat Hak Tanggungan yang bersangkutan, serta pada buku tanah dan sertipikat hak atas tanah yang dijadikan jaminan. Penegasan terhadap asas ikutan accessoir ini dijelaskan dalam poin 8 Penjelasan UUHT yang menyatakan bahwa: “Oleh karena Hak Tanggungan menurut sifatnya merupakan ikutan atau accesoir pada suatu piutang tertentu, yang didasarkan pada suatu perjanjian utang-piutang atau perjanjian lain, maka kelahiran dan keberadaannya ditentukan oleh adanya piutang yang dijamin pelunasannya.” Universitas Sumatera Utara 101 Selain penegasan yang termuat dalam penjelasan umum poin 8 di atas, secara tegas hal ini juga diatur dalam Pasal 10 ayat 1 dan Pasal 18 ayat 1 UUHT. Dalam Pasal 10 ayat 1 UUHT dinyatakan bahwa perjanjian untuk memberikan Hak Tanggungan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian utang piutang yang bersangkutan, sedangkan Pasal 18 ayat 1 huruf a menyatakan bahwa Hak Tanggungan hapus karena hapusnya utang yang dijamin dengan Hak Tanggungan. e. Hak Tanggungan untuk menjamin utang yang telah ada atau akan ada. Salah satu keistimewaan dari Hak Tanggungan adalah diperbolehkannya menjaminkan utang yang akan ada. Artinya, fungsi Hak Tanggungan adalah untuk menjamin utang yang besarnya diperjanjikan dalam perjanjian kredit atau perjanjian utang. Utang yang dijamin Hak Tanggungan harus memenuhi syarat Pasal 3 ayat 1 UUHT yaitu : “Utang yang dijamin pelunasannya dengan Hak Tanggungan dapat berupa utang yang telah ada atau yang telah diperjanjikan dengan jumlah tertentu atau jumlah yang pada saat permohonan eksekusi Hak Tanggungan diajukan dapat ditentukan berdasarkan perjanjian utang piutang atau perjanjian lain yang menimbulkan hubungan utang piutang yang bersangkutan.” Seperti yang dikemukakan di atas, dapat dijadikannya Hak Tanggungan untuk menjamin utang yang baru akan ada dikemudian hari adalah untuk menampung kebutuhan dunia perbankan berkenaan dengan timbulnya utang dari nasabah bank sebagai akibat dilakukannya pencairan atas suatu garansi bank. Juga untuk menampung timbulnya utang sebagai akibat pembebanan bunga atas pinjaman Universitas Sumatera Utara 102 pokok dan pembebanan ongkos-ongkos lain yang jumlahnya baru dapat ditentukan kemudian. f. Hak Tanggungan dapat menjamin lebih dari 1 satu utang Pasal 3 ayat 2 UUHT menegaskan bahwa Hak Tanggungan dapat diberikan untuk suatu utang yang berasal dari satu hubungan hukum, atau untuk satu atau lebih yang berasal dari beberapa hubungan hukum. Dengan pasal ini, maka pemberian Hak Tanggungan dapat diberikan untuk: 1 Satu atau lebih kreditur yang memberikan kredit kepada satu debitur berdasarkan perjanjian masing-masing secara bilateral antara kreditur-kreditur dengan debitur. Hal ini menimbulkan hak yaitu peringkat Hak Tanggungan I untuk kreditur penerima Hak Tanggungan yang pertama dan peringkat Hak Tanggungan II untuk kreditur penerima Hak Tanggungan yang sesudahnya danatau seterusnya.Perjanjian dengan hanya berupa 1 satu Hak Tanggungan bagi beberapa kreditur berdasarkan beberapa perjanjian kredit bilateral antara debitur yang sama dengan masing-masing kreditur itu hanyalah mungkin dilakukan apabila sebelumnya sebelum kredit diberikan oleh kreditur- kreditur tersebut telah disepakati oleh semua kreditur. Kesemua kreditur bersama-sama harus bersepakat bahwa terhadap kredit yang akan diberikan oleh masinng-masing kreditur bank kepada satu debitur yang sama itu, jaminannya adalah berupa 1 satu Hak Tanggungan saja bagi mereka bersama-sama kredit dari kesemua kreditur diberikan secara serentak. Bila tidak demikian halnya, para kreditur itu akan menjadi pemegang Hak Universitas Sumatera Utara 103 Tanggungan pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Masing-masing kreditur tersebut pasti akan saling mendahului untuk memperoleh hak yang diutamakan terhadap kreditur yang lain. Sistem inilah yang digunakan apabila pemberian kreditnya dilakukan secara cross collateral di Indonesia. 2 Beberapa kreditur secara bersama-sama memberikan kredit kepada satu debitur berdasarkan satu perjanjian utang piutang atau dikenal dengan kredit sindikasi. 73 Sebagai contoh : Bank A, Bank B dan Bank C secara bersama- sama memberikan kredit kepada PT X yang dimuat dalam satu perjanjian dengan jaminan Hak Tanggungan. Hak Tanggungan tersebut menjamin ketiga kreditur dengan kedudukan dan hak yang sama untuk mendapatkan pelunasan dari hasil penjualan jaminan Hak Tanggungan jika debitur cidera janji. g. Hak Tanggungan dapat dibebankan pada hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun Pada dasarnya hak atas tanah yang dapat dijadikan jaminan dan dibebankan dengan Hak Tanggungan adalah hak atas tanah sebagaimana diatur dalam UUPA yaitu hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha dan hak pakai atas tanah negara yang menurut sifatnya dapat dipindah tangankan Pasal 4 ayat 1 UUHT. Namun selain hak-hak dimaksud di atas, terdapat pengecualian sebagaimana diatur dalam Pasal 12 ayat 1 huruf a Undang-Undang nomor 16 tahun 1985 tentang Rumah Susun juncto Pasal 27 UUHT yang mengatur bahwa hak milik atas satuan rumah susun juga dapat dibebankan dengan Hak Tanggungan. 73 Johannes Ibrahim, Op. Cit, hlm 93. Universitas Sumatera Utara 104 Adapun yang menjadi obyek pokok jaminan Hak Tanggungan adalah bukan keseluruhan tanah dari rumah susun tersebut, melainkan terbatas pada satuan rumah susun, bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama sebesar bagian pemilik dari hak milik atas satuan rumah susun yang dijaminkan. Hak milik atas satuan rumah susun dapat dijadikan jaminan hutang dengan dibebani Hak Tanggungan, jika hak atas tanahnya merupakan hak milik, hak guna bangunan dan hak pakai. Berdasarkan uraian di atas, Hak Tanggungan merupakan satu- satunya lembaga hak jaminan atas tanah yang berlaku di Indonesia. h. Hak Tanggungan dapat dibebankan pada hak atas tanah berikut benda di atasnya dan dibawah tanah Maksudnya adalah pembebanan Hak Tanggungan dimungkinkan meliputi benda yang ada di atas tanah dan merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut dan bangunan di bawah permukaan tanah. Bangunan atau tanaman boleh ada pada saat pembebanan Hak Tanggungan atau yang akan ada di kemudian hari. Benda- benda yang ada di atas tanah yang merupakan satu kesatuan dengan tanah dan benda di bawah permukaan tanah ikut atau turut dibebani dengan Hak Tanggungan maka harus dinyatakan secara tegas oleh para pihak dalam akta pembebanan Hak Tanggungan. Sifat ini dijelaskan dalam Pasal 4 ayat 4 UUHT. i. Hak Tanggungan berisi hak untuk melunasi utang dari hasil penjualan benda jaminan dan tidak memberikan hak bagi kreditur untuk memiliki benda jaminan Pasal 12 UUHT Sifat ini sesuai dengan tujuan Hak Tanggungan, yaitu untuk menjamin pelunasan utang jika debitur cidera janji dengan mengambil hasil Universitas Sumatera Utara 105 penjualan benda jaminan itu, bukan untuk dimiliki kreditur sebagai pemegang Hak Tanggungan. Bila debitur setuju memberikan atau mencantumkan janji bahwa benda jaminan akan menjadi milik kreditur jika debitur cidera maka janji ini oleh UUHT dinyatakan batal demi hukum. j. Hak Tanggungan mempunyai kekuatan eksekutorial Pasal 6 UUHT Artinya, kreditur pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk mengeksekusi jaminan jika debitur cidera janji. 74 Hak untuk menjual objek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri merupakan salah satu perwujudan dari kedudukan diutamakan yang dipunyai oleh pemegang Hak Tanggungan atau pemegang Hak Tanggungan pertama, dalam hal terdapat lebih dari satu pemegang Hak Tanggungan. Hanya pemegang Hak Tanggungan yang mempunyai hak ini. Pasal 14 ayat 1, 2 dan 3 UUHT menegaskan sertifikat Hak Tanggungan yang memuat irah-irah dengan kata-kata ”Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum k. Hak Tanggungan mempunyai sifat spesialitas dan publisitas 1. Sifat spesialitas Sifat spesialitas adalah uraian yang jelas dan terperinci mengenai objek Hak Tanggungan yang meliputi rincian mengenai sertipikat hak atas tanah. 74 Muhammad Yamin Lubis, et. al, Op. Cit, hlm 343, menjelaskan bahwa titel eksekutorial ada pada sertipikat Hak Tanggungan. Janji dikukuhkan menjadi hak kreditur sebagi perwujudan kemudahan eksekusi yang disediakan bagi kreditur tanpa melalui gugatan di Pengadilan Negeripermohonan perintah eksekusi oleh Ketua Pengadilan Negeri. Universitas Sumatera Utara 106 Misalnya hak atas tanah hak milik, atau hak guna bangunan, atau hak guna usaha, tanggal penerbitannya, tentang luas letaknya, batas- batasnya dan hal- hal terkait lainnya. Jadi dalam Akta Hak Tanggungan harus diuraikan secara spesifik hak atas tanah yang dibebani Hak Tanggungan. 2 Sifat publisitas Sifat publisitas adalah ketentuan mengenai Akta Hak Tanggungan yang harus didaftarkan di Kantor Pertanahan di mana tanah yang dibebani Hak Tanggungan berada Pasal 13 ayat 1 UUHT. Bahwa pemberian Hak Tanggungan wajib didaftarkan pada Kantor Pertanahan selambat-lambatnya 7 tujuh hari kerja setelah penandatanganan APHT. PPAT wajib mengirimkan APHT yang bersangkutan dan warkah lain yang diperlukan kepada Kantor Pertanahan. Pendaftaran Hak Tanggungan dilakukan oleh Kantor Pertanahan dengan membuatkan buku tanah Hak Tanggungan dan mencatatnya dalam buku tanah hak atas tanah yang menjadi objek Hak Tanggungan serta menyalin catatan tersebut pada sertipikat hak atas tanah yang bersangkutan. l. Hak Tanggungan dapat diberikan dengan disertai janji-janji tertentu Asas Hak Tanggungan dapat diberikan dengan diserta janji-janji tertentu diatur dalam Pasal 11 ayat 2 UUHT yang menyatakan sebagai berikut: Dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan dapat dicantumkan janji-janji antara lain: Universitas Sumatera Utara 107 ajanji yang membatasi pemberian Hak Tanggungan untuk menyewakan objek Hak Tanggungan danatau menentukan atau mengubah jangka waktu sewa danatau menerima uang sewa di muka, kecuali dengan persetujuan tertulis lebih dahulu dari pemegang Hak Tanggungan; bjanji yang membatasi kewenangan pemberi Hak Tanggungan untuk mengubah bentuk atau tata susunan objek Hak Tanggungan, kecuali dengan persetujuan tertulis lebih dahulu dari pemegang Hak Tanggungan; cjanji yang memberikan kewenangan kepada pemegang Hak Tanggungan untuk mengelola objek Hak Tanggungan berdasarkan penetapan Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi letak objek Hak Tanggungan apabila debitur sungguh- sungguh cidera janji; d janji yang memberi kewenangan kepada pemegang Hak Tanggungan untuk menyelamatkan objek Hak Tanggungan, jika hal itu diperlukan untuk pelaksanaan eksekusi atau untuk mencegah menjadi hapusnya atau dibatalkannya hak yang menjadi objek Hak Tanggungan karena tidak dipenuhi atau dilanggarnya ketentuan undang-undang; e janji bahwa pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual atas kekuasaan sendiri obyek Hak Tanggungan apabila debitor cidera janji; f janji yang diberikan oleh pemegang Hak Tanggungan pertama bahwa obyek Hak Tanggungan tidak akan dibersihkan dari Hak Tanggungan; gjanji bahwa pemberi Hak Tanggungan tidak akan melepaskan haknya atas obyek Hak Tanggungan tanpa persetujuan tertulis lebih dahulu dari pemegang Hak Tanggungan; hjanji bahwa pemegang Hak Tanggungan akan memperoleh seluruhatau sebagian dari ganti rugi yang diterima pemberi Hak Tanggungan untuk pelunasan piutangnya apabila obyek Hak Tanggungan dilepaskan haknya oleh pemberi Hak Tanggungan atau dicabut haknya untuk kepentingan umum; i janji bahwa pemegang Hak Tanggungan akan memperoleh seluruhatau sebagian dari uang asuransi yang diterima pemberi Hak Tanggungan untuk pelunasan piutangnya, jika obyek Hak Tanggungan diasuransikan; j janji bahwa pemberi Hak Tanggungan akan mengosongkan obyek Hak Tanggungan pada waktu eksekusi Hak Tanggungan; kjanji yang dimaksud dalam Pasal 14 ayat 4. l Janji-janji yang disebutkan dalam Pasal 11 ayat 2 UUHT itu bersifat fakultatif dan limitatif. Bersifat fakultatif karena janji-janji itu boleh dicantumkan atau tidak dicantumkan. Baik Seluruhnya maupun sebagiannya. Bersifat tidak limitatif, karena dapat pula diperjanjikan janji-janji lain, selain dari janji-janji yang telah disebutkan dalam Pasal 11 ayat 2 UUHT. m. Hak Tanggungan tidak boleh diperjanjikan untuk dimiliki sendiri oleh pemegang Hak Tanggungan apabila cidera janji Asas Hak Tanggungan yang mencantumkan Universitas Sumatera Utara 108 tidak boleh diperjanjikan untuk dimiliki sendiri oleh pemegang Hak Tanggungan bila cidera janji, sebenarnya beralasan dari asas yang tercantum dalam Hipotek sesuai dengan ketentuan Pasal 1178 KUH Perdata. Janji demikian disebut vervalbeding. Pengaturan asas Hak Tanggungan yang tidak memperbolehkan objek jaminan Hak Tanggungan menjadi milik kreditur sendiri apabila debitur cidera janji diatur dalam Pasal 12 UUHT yang menyatakan bahwa: ”janji yang memberikan kewenangan kepada pemegang Hak Tanggungan untuk memiliki objek Hak Tanggungan apabila debitur cidera janji, batal demi hukum.” Dalam penjelasan Pasal 12 UUHT dinyatakan bahwa, ketentuan ini diadakan dalam rangka melindungi kepentingan debitur dan pemberi Hak Tanggungan lainnya, terutama jika nilai objek Hak tanggungan melebihi besarnya utang yang dijamin. Pemegang Hak Tanggungan dilarang secara serta merta menjadi pemilik objek jaminan Hak Tanggungan karena debitur cidera janji. Walaupun demikian tidaklah dilarang bagi pemegang Hak Tanggungan untuk menjadi pembeli objek Hak Tanggungan asalkan melalui prosedur yang diatur dalam Pasal 20 UUHT.

2. Objek Hak Tanggungan