Pengaturan Perjanjian Kredit Secara Cross Collateral di PT Bank Mandiri

91 Rumusan klausula ingkar janji silang cross default yang dicantumkan dalam perjanjian kredit dapat dituliskan sebagai berikut: “Para pihak dengan ini, sepakat dan setuju untuk memberlakukan seluruh ketentuan-ketentuan yang diatur didalam ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat perjanjian kredit atas perjanjian kredit, karenanya ketentuan-ketentuan dan syarat- syarat perjanjian kredit mengikat debitur kepada bank serta merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan perjanjian kredit. Debitur dan bank sepakat bahwa debitur akan dinyatakan lalai terhadap fasilitas kredit berdasarkan akta ini; apabila telah terjadi keadaan lalai dari debitur baik berdasarkan akta ini, maupun berdasarkan akta perjanjian kredit nomor …..tanggal…. Demikian pula sebaliknya”.

2. Pengaturan Perjanjian Kredit Secara Cross Collateral di PT Bank Mandiri

Persero, Tbk Pada dasarnya segala ketentuan yang mengatur perjanjian kredit yang telah diuraikan di atas adalah juga merupakan suatu standard yang juga diterapkan di PT Bank Mandiri Persero, Tbk. Aturan mengenai sistem pemberian kredit dengan agunan bersama atau dikenal dengan Cross Collateral Joint Collateral atau disebut juga Paripasu telah tertuang dalam dokumen Standar Prosedur Kredit SPK Business Banking Edisi II PT Bank Mandiri Persero, Tbk yang berlaku sejak tanggal 20 Januari 2012 yang mengatur bahwa agunan bersama itu timbulterjadi karena: a. Agunan digunakan untuk menjamin beberapa fasilitas yang diterima oleh 1 satu debitur, atau b. Agunan digunakan untuk menjamin beberapa debitur dalam 1 satu group debitur, atau c. Agunan digunakan untuk menjamin beberapa kreditur dalam wadah sindikasi, pembiayaan bersama dan lainnya. Universitas Sumatera Utara 92 Dan ditegaskan bahwa pengikatan agunan secara joint collateral harus dicantumkan dalam akta pengikatan agunan. Ketiga hal tersebut lah yang merupakan dasar dari suatu pemberian kredit dengan jaminan secara cross collateral dapat dilaksanakan. Sehingga cross collateral bisa digunakan sebagai jaminan untuk menjamin pinjaman dari beberapa kreditur, baik itu berbeda bank maupun dalam bank yang sama, yaitu pada PT Bank Mandiri Persero, Tbk, walaupun berbeda unit bisnis. Mengingat Bank Mandiri merupakan bank pemerintah terbesar saat ini yang berkembang pesat dalam pemberian kredit, sehingga memiliki beberapa unit bisnis yang memberikan kredit dengan segmen yang berbeda-beda. Tiap unit bisnis pada Bank Mandiri memiliki struktur organisasi yang terpisah, yang merupakan suatu entitas tersendiri. Dalam pemberian kreditnya tidak jarang saling kait mengkait satu sama lain. Dalam hal pemberian kredit dari beberapa unit bisnis tersebut, dalam prakteknya bisa dilakukan secara bersamaan seperti halnya sindikasi namun dapat juga kredit tersebut diberikan tidak secara bersamaan serta pada waktu yang juga berbeda. Namun kesemuanya melahirkan yang disebut dengan jaminan silang atau disebut cross collateral. Yang perlu dikritisi adalah dalam menuangkan perjanjian kredit masing-masing unit bisnis pada Bank Mandiri, perjanjian kredit itu dibuat secara terpisah. Informasi mengenai kredit tersebut adalah merupakan cross collateraljoint collateral dilakukan hanya melalui koordinasi antara unit bisnis. Yang kemudian di dalam perjanjian diberikan memo atau catatan khusus tentang agunan Universitas Sumatera Utara 93 yang dicross-collateralkan tersebut. Mengenai perjanjian cross default dan cross collateral sebagai perjanjian tambahan accesoir belum merupakan suatu kewajiban, terutama untuk segmen kredit yang limitnya kecil. Begitu pula bila cross collateral itu timbul antara sesama unit bisnis kredit Bank Mandiri. Karena setiap jenis transaksi dan hal yang berkaitan dengan agunannya terkontrol dengan baik dalam suatu sistem yang terintegrasi. Namun untuk perjanjian cross collateral yang timbul karena sindikasi, ataupun joint financing kiranya perjanjian cross default dan cross collateral perlu dilaksanakan. Selain cross collateral, yang perlu diperhatikan adalah juga mengenai perjanjian cross default yaitu perjanjian apabila terjadi wanprestasi yang dilakukan oleh debiturnya. Selain itu security sharing agreement atau perjanjian berbagi jaminan adalah langkah yang terpenting dalam hal pembagian jaminan bila melibatkan kreditur-kreditur yang lebih dari satu dan membiayai nasabah dengan jumlah kredit yang besar. Agar memudahkan para kreditur dalam berbagi jaminan bila si debitur wanprestasi. Universitas Sumatera Utara 94

BAB III PELAKSANAAN SISTEM PEMBERIAN KREDIT SECARA CROSS

COLLATERAL DENGAN PEMBERIAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PADA PT BANK MANDIRI PERSERO TBK

A. Hak Tanggungan sebagai Salah Satu Jaminan Kredit

Hak Tanggungan sebagai hak jaminan diatur dalam UUHT. Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria ”UUPA” berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur lain. Ada beberapa unsur pokok dari Hak Tanggungan, yaitu : 69 1. Hak Tanggungan adalah hak jaminan untuk pelunasan hutang 2. Objek Hak Tanggungan adalah hak atas tanah sesuai UUPA 3. Hak Tanggungan dapat dibebankan atas tanahnya hak atas tanah saja, tetapi dapat pula dibebankan berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu 4. Utang yang dijamin harus suatu utang tertentu 5. Memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lain. Selanjutnya diatur dalam peraturan perundangan-undangan bahwa objek Hak Tanggungan adalah : 70 1. Ditunjuk oleh UUPA jo. Pasal 4 ayat 1 UUHT Hak Milik, Hak Guna Usaha,Hak Guna Bangunan; 69 Johannes, Ibrahim, Op. Cit, hlm. 88. 70 Muhammad Yamin Lubis, et. al, Hukum Pendaftaran Tanah, CV. Mandar Maju, Bandung, 2010, hlm 337-338, 94 Universitas Sumatera Utara 95 2. Ditunjuk oleh Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun, Pasal 27 yaitu rumah susun yang berdiri diatas tanah Hak Milik, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai yang diberikan oleh negara; dan 3. Ditunjuk oleh Undang-Undang Hak Tanggungan, Pasal 4 ayat 2 yaitu Hak Pakai atas Tanah Negara yang menurut ketentuan wajib didaftar dan sifatnya dapat dipindahtangankan dalam hal ini Hak Pakai peroranganbadan hukum dengan jangka waktu tertentu. Pengikatan jaminan kredit dengan Hak Tanggungan ini dilakukan apabila seorang nasabah atau debitur yang mendapatkan kredit dari bank, menjadikan barang tidak bergerak yang berupa tanah hak atas tanah berikut atau tidak berikut benda- benda yang tidak berkaitan dengan tanah tersebut misalnya bangunan, tanaman, patung dan sebagainya sebagai jaminan tanpa debitur menyerahkan barang jaminan tersebut secara fisik kepada kreditur bank. Artinya barang jaminan tersebut secara fisik tetap dikuasai oleh orang yang bersangkutan dan kepemilikannya tetap berada pada pemilik yang semula, tetapi karena dijadikan jaminan utang dengan diadakannya perjanjian Hak Tanggungan sehingga kewenangan pemberi Hak Tanggungan untuk melaksanakan perbuatan hukum dengan pihak ketiga atau perbuatan lain yang mengakibatkan turunnya nilai jaminan itu dibatasi dengan Hak Tanggungan yang dimiliki oleh bank sebagai pemegang Hak Tanggungan tersebut. 71 Dengan demikian hak kepemilikan atas tanah tersebut tetap berada pada pemilik semula atau pemberi Hak Tanggungan, sedangkan bank hanya mempunyai Hak Tanggungan saja yang memberikan hak untuk mendapatkan pelunasan atas piutangnya terlebih dahulu dari kreditur-kreditur lainnya. Pelaksanaan pengikatan 71 Adrian, Sutedi, Implikasi Hak Tanggungan Terhadap Pemberian Kredit Oleh Bank dan Penyelesaian Kredit Bermasalah, Op. Cit, hlm. 130. Universitas Sumatera Utara 96 jaminan ini merupakan buntut dari suatu perjanjian pokok yaitu perjanjian kredit, oleh karena itu pelaksanaan pengikatan jaminan tersebut baru dapat dilakukan setelah perjanjian kredit diselesaikan.

1. Asas-Asas Hak Tanggungan