Interpretasi memungkinkan peneliti menjelaskan data dalam pemahaman teoretis yang menjadi perspektifnya.
2. Metode analisa data kuantitatif
Data  kuantitatif  berupa  angka-angka  yang  akan  dimasukkan  ke  dalam beberapa  rumus  perhitungan.  Rumus-rumus  yang  akan  digunakan  dalam
penelitian ini adalah : a.
Uji keseragaman data dan jumlah pengamatan minimum Pengukuran  pendahuluan  menghasilkan  data  yang dapat  dimasukkan  ke
dalam  pengujian  keseragaman  data  dan  penghitungan  jumlah  pengamatan minimum.  Pengujian  keseragaman  data  dilakukan  dengan  tujuan  untuk
mengetahui  apakah  suatu  sistem  kerja  berasal  dari  sistem  kerja  yang  sama. Karena  bagaimanapun  juga,  sistem  kerja  tidak  dapat  dipertahankan  terus
menerus  pada  keadaan  yang  tetap  sama  sehingga  menghasilkan  waktu penyelesaian  yang  berbeda-beda.  Namun,  perbedaan-perbedaan  yang  terjadi
masih dapat ditolerir apabila terjadi dalam batas waktu kewajaran. Dengan kata lain,  waktu-waktu  penyelesaian  yang  terjadi  masih  dapat  tergolong  seragam
Sutalaksana,  dkk.,  2006.  Oleh  karenanya  pengujian  keseragaman  waktu dilakukan  untuk  menemukan  batas  kontrol  atas  dan  batas  kontrol  bawah  dari
waktu-waktu  yang  dianggap  seragam.  Waktu-waktu  yang  dianggap  seragam tersebut  selanjutnya  dapat  digunakan  untuk  mencari  jumlah  pengamatan
minimum. Adapun batas kontrol atas dan batas kontrol bawah diperoleh melalui perhitungan statistik dari rumus berikut :
= ̿ + 3
̅
= ̿ − 3
̅
Universitas Sumatera Utara
Dengan :  BKA = batas kontrol atas BKB = batas kontrol bawah
= rata-rata dari harga subgrup
̅
= standar deviasi dari distribusi harga rata-rata subgrup
Rata – rata dari harga subgrup dapat dicari dengan persamaan berikut :
= ∑
Dengan : x
i
= harga rata-rata dari subgrup ke – i k
= harga banyaknya subgrup yang terbentuk
Standar deviasi dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut :
= ∑
− ̿ − 1
Dengan : N = jumlah pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan x
j
= waktu penyelesaian yang teramati selama pengukuran pendahuluan yang telah dilakukan
Setelah melakukan pengukuran pendahuluan, maka peneliti memperoleh bahwa batas kontrol atas dan batas kontrol bawah adalah sebesar :
BKA = 18,82 BKB = 10,3
Universitas Sumatera Utara
Dengan : = 14,56
̅
= 1,42
Jumlah  pengamatan  minimum  dibutuhkan  untuk  memperoleh  kepastian mengenai  kecepatan  rata-rata  waktu  penyelesaian  yang  sebenarnya.  Idealnya
pengukuran  dilakukan  dalam  jumlah  yang  sangat  banyak  misalnya  hingga  tak terhingga karena hanya dengan demikian diperoleh jawaban yang pasti. Namun
hal ini jelas tidak mungkin dikarenakan adanya keterbatasan waktu, tenaga dan biaya.  Sebaliknya,  jika  pengukuran  dilakukan  beberapa  kali  saja,  dapat  diduga
hasilnya  sangat  kasar.  Oleh  karena  itulah,  diperlukan  jumlah  pengukuran  yang tidak  membebankan waktu,  tenaga  dan  biaya  yang  besar  tetapi  hasilnya  tetap
dapat  dipercaya  Sutalaksana,  2006.  Jumlah  pengukuran  minimum  tersebut diperoleh melalui suatu perhitungan statistik, yaitu :
′ = 40
. ∑ − ∑
∑
Catatan : Rumus  di  atas  hanya  untuk  perhitungan  dengan  tingkat ketelitian 5 dan tingkat keyakinan 90.
Setelah  melakukan  pengujian  keseragaman  data,  peneliti  memperoleh waktu-waktu  yang  dianggap  memenuhi  syarat  untuk  dimasukkan  dalam  rumus
di  atas.  Setelah  dilakukan  perhitungan,  maka  diperoleh  bahwa  jumlah pengamatan minimum yang harus dilakukan adalah sebesar 58 kali.
Universitas Sumatera Utara
b. Tingkat ketelitian  tingkat keyakinan
Tingkat  ketelitian  dan  tingkat  keyakinan  adalah  pencerminan  tingkat kepastian  yang  diinginkan  oleh  pengukur  setelah  memutuskan  tidak  akan
melakukan  pengukuran  yang  sangat  banyak.  Tingkat  ketelitian  menunjukkan penyimpangan  maksimum  hasil  pengukuran  dari  waktu  penyelesaian  yang
sebenarnya,  sedangkan  tingkat  keyakinan  menunjukkan  besarnya  keyakinan pengukur bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi. Keduanya
dinyatakan dalam persen. Penelitian ini menggunakan tingkat ketelitian 5 dan tingkat keyakinan
90.  Ini berarti bahwa  peneliti memperbolehkan rata-rata hasil  pengukurannya menyimpang paling besar 5 dari rata-rata sebenarnya, dan kemungkinan untuk
memenuhi hasil tersebut sebesar 90.
c. Faktor penyesuaian
Menurut  metode  penyesuaian  Westinghouse  yang  dikembangkan  oleh Lowry,  Maynard  dan  Stegemarten  pada  tahun  1927,  untuk  membuat
penyesuaian yang objektif perlu dilakukan peninjauan dari empat aspek. Aspek- aspek tersebut adalah keterampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi. Setiap
aspek  terbagi  ke  dalam  beberapa  kelas  dan  setiap  kelas  memiliki  nilai  dan indikator perilaku masing-masing.
i.  Keterampilan Merupakan  kemampuan  mengikuti  cara  kerja  yang  ditetapkan.  Untuk
keperluan  penyesuaian,  keterampilan  dibagi  ke  dalam  enam  kelas,  yaitu super skill
, excellent skill, good skill, average skill, fair skill dan poor skill.
Universitas Sumatera Utara
Setiap kelas ditandai oleh indikator-indikator perilaku yang berbeda. Berikut dipaparkan  keenam  kelas  tersebut  yang  diambil  dari  Sutalaksana,  dkk.,
2006 :
Tabel 3.1. Indikator Perilaku Faktor Penyesuaian Keterampilan
Kelas Indikator Perilaku
Super Skill 1. Secara  bawaan  cocok  sekali  dengan
pekerjaannya 2. Bekerja dengan sempurna
3. Tampak  seperti  telah  terlatih  dengan sangat baik
4. Gerakan-gerakannya  halus  tetapi  sangat cepat sehingga sangat sulit untuk diikuti
5. Kadang-kadang  terkesan  tidak  berbeda dengan gerakan-gerakan mesin
6. Perpindahan  dari  satu  elemen  ke  elemen lainnya  tidak  terlampau  terlihat  karena
lancarnya 7. Tidak  terkesan  adanya  gerakan-gerakan
berpikir  dan  merencana  tentang  apa  yang dikerjakan sudah sangat otomatis
8. Secara  umum  dapat  dikatakan  bahwa pekerja  yang bersangkutan adalah pekerja
yang sangat baik
Excellent Skill 1. Percaya pada diri sendiri
2. Tampak cocok dengan pekerjaannya 3. Terlihat telah terlatih baik
4. Bekerjanya  teliti  dengan  tidak  banyak
melakukan  pengukuran  atau  pemeriksaan lagi
5. Gerakan-gerakan  kerjanya  beserta  urutan- urutannya dijalankan tanpa kesalahan
6. Menggunakan peralatan dengan baik 7. Bekerjanya  cepat  tanpa  mengorbankan
mutu 8. Bekerjanya cepat tapi halus
9. Bekerjanya berirama dan terkoordinasi
Good Skill 1. Kualitas hasil baik
2. Bekerjanya  tampak  lebih  baik  daripada kebanyakan pekerja pada umumnya
3. Dapat  memberi  petunjuk-petunjuk  pada
Universitas Sumatera Utara
pekerja  lain  yang  keterampilannya  lebih rendah
4. Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap 5. Tidak memerlukan banyak pengawasan
6. Tiada keragu-raguan 7. Bekerjanya “stabil”
8. Gerakan-gerakannya terkoordinasi dengan
baik 9. Gerakan-gerakannya cepat
Average Skill 1. Tampak  adanya  kepercayaan  pada  diri
sendiri 2. Gerakannya cepat tetapi tidak lambat
3. Terlihat adanya
pekerjaan-pekerjaan perencanaan
4. Tampak sebagai pekerja yang cakap 5. Gerakan-gerakannya  cukup  menunjukkan
tidak adanya keragu-raguan 6. Mengkoordinasi
tangan dan
pikiran dengan cukup baik
7. Tampak  cukup  terlatih  dan  karenanya mengetahui seluk beluk pekerjaannya
8. Bekerja cukup teliti 9. Secara keseluruhan cukup memuaskan
Fair Skill 1. Tampak terlatih tetapi belum cukup baik
2. Mengenal peralatan
dan lingkungan
secukupnya 3. Terlihat  adanya  perencanaan-perencanaan
sebelum melakukan gerakan-gerakan 4. Tidak  mempunyai  kepercayaan  diri  yang
cukup 5. Tampaknya  seperti  tidak  cocok  dengan
pekerjaannya  tetapi  telah  dipekerjakan  di bagian itu sejak lama
6. Mengetahui  apa-apa  yang  dilakukan  dan harus dilakukakn  tapi tampak  tidak selalu
yakin 7. Sebagian  waktunya  terbuang  karena
kesalahan-kesalahan sendiri 8. Jika  tidak  bekerja  secara  sungguh-
sungguh outputnya akan sangat rendah 9. Biasanya
tidak ragu-ragu
dalam menjalankan gerakannya
Poor Skill 1. Tidak bisa mengkoordinasikan tangan dan
pikiran 2. Gerakan-gerakannya kaku
Universitas Sumatera Utara
3. Kelihatan ketidakyakinannya pada urutan- urutan gerakan
4. Seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan yang bersangkutan
5. Tidak  terlihat  adanya  kecocokan  dengan pekerjaannya
6. Ragu-ragu  dalam  melaksanakan  gerakan- gerakan kerja
7. Sering melakukan kesalahan-kesalahan 8. Tidak  adanya  kepercayaan  pada  diri
sendiri 9. Tidak bisa mengambil inisiatif sendiri
Sumber : Teknik Perancangan Sistem Kerja
ii. Usaha
Merupakan kesungguhan yang ditunjukkan atau diberikan pekerja ketika melakukan  pekerjaannya.  Untuk  keperluan  penyesuaian,  usaha  dibagi  ke
dalam  enam  kelas,  yaitu  excessive  effort,  excellent    effort,  good  effort, average  effort
,  fair  effort  dan  poor  effort. Setiap  kelas  ditandai  oleh indikator-indikator perilaku yang berbeda. Berikut dipaparkan keenam kelas
tersebut yang diambil dari Sutalaksana, dkk., 2006 :
Universitas Sumatera Utara
Tabel. 3.2. Indikator Perilaku Faktor Penyesuaian Usaha
Kelas Indikator Perilaku
Excessive Effort 1. Kecepatan sangat berlebihan
2. Usahanya  sangat  bersungguh-sungguh tetapi dapat membahayakan kesehatannya
3. Kecepatan  yang  ditimbulkannya  tidak dapat dipertahankan sepanjang hari kerja
Excellent Effort 1. Jelas terlihat kecepatannya sangat tinggi
2. Gerakan-gerakan lebih ekonomis daripada operator-operator biasa
3. Penuh perhatian pada pekerjaannya 4. Banyak memberi saran
5. Menerima  saran-saran  petunjuk  dengan
senang 6. Percaya
pada kebaikan
maksud pengukuran waktu
7. Tidak bertahan kebih beberapa hari 8. Bangga atas kelebihannya
9. Gerakan-gerakan yang salah terjadi sangat
jarang sekali 10. Bekerjanya sangat sistematis
11. Karena  lancarnya,  perpindahan  dari  suatu elemen ke elemen lain tidak terlihat
Good Effort 1. Bekerja berirama
2. Saat-saat  menganggur  sangat  sedikit, bahkan kadang-kadang tidak ada
3. Penuh perhatian pada pekerjaannya 4. Senang pada pekerjaannya
5. Kecepatannya baik
dan dapat
dipertahankan sepanjang hari 6. Percaya pada kebaikan waktu pengukuran
waktu 7. Menerima  saran-saran  dan  petunjuk
dengan senang 8. Dapat
memberi saran-saran
untuk perbaikan kinerja
9. Tempat kerja diatur baik dan rapih 10. Menggunakan alat-alat  yang tepat  dengan
baik 11. Memelihara dengan baik kondisi peralatan
Average Effort 1. Tidak  sebaik  good,  tapi  lebih  baik  lagi
dari poor 2.
Bekerja dengan stabil
Universitas Sumatera Utara
3. Menerima saran-saran
tapi tidak
melaksanakannya 4. Set up dilaksanakan dengan baik
5. Melakukan kegiatan-kegiatan
perencanaan Fair Effort
1. Saran-saran  perbaikan  diterima  dengan kesal
2. Kadang-kadang  perhatian  tidak  ditujukan pada pekerjaannya
3. Kurang sungguh-sungguh 4. Tidak
mengeluarkan tenaga
dengan secukupnya
5. Terjadi  sedikit  penyimpangan  dari  cara kerja baku
6. Alat-alat  yang  dipakainya  tidak  selalu yang terbaik
7. Terlihat  adanya  kecenderungan  kurang perhatian pada pekerjaannya
8. Terlampau hati-hati 9. Sistematika kerjanya sedang-sedang saja
10. Gerakan-gerakannya tidak terencana
Poor Effort 1. Banyak membuang-buang waktu
2. Tidak  memperhatikan  adanya  minat bekerja
3. Tidak mau menerima saran-saran 4. Tampak malas dan lambat bekerja
5. Melakukan  gerakan-gerakan  yang  tidak
perlu  untuk  mengambil  alat-alat  dan bahan
6. Tempat kerjanya tidak diatur rapi 7. Tidak  peduli  pada  cocokbaik  tidaknya
peralatan yang dipakai 8. Mengubah-ubah  tata  letak  tempat  kerja
yang telah diatur 9. Set up kerjanya terlihat tidak baik
Sumber : Teknik Perancangan Sistem Kerja
iii. Kondisi Kerja Merupakan  sesuatu  yang  berada  di  luar  pekerja,  yang  diterima  apa
adanya  tanpa  banyak  kemampuan  mengubahnya.  Untuk  keperluan penyesuaian,  kondisi  kerja    dibagi  ke  dalam  enam  kelas,  yaitu  ideal,
Universitas Sumatera Utara
excellent,good , average, fair dan poor. Setiap kelas ditandai oleh indikator-
indikator perilaku  yang  berbeda. Berikut dipaparkan  keenam kelas tersebut yang diambil dari Sutalaksana, dkk., 2006 :
Tabel. 3.3. Indikator Perilaku Faktor Penyesuaian
Kondisi Kerja
Kelas Indikator Perilaku
Ideal Kondisi  yang  paling  cocok  untuk  pekerjaan
yang  bersangkutan,  yaitu  yang  memungkinkan kinerja maksimal dari pekerja
Excellent Kondisi  yang  dapat  digolongkan  terbaik  dan
mendekati  ideal,  namun  belum  mencapai kondisi ideal
Good Kondisi  lingkungan yang baik untuk  pekerjaan
yang bersangkutan Average
Kondisi  lingkungan  yang  cukup  membantu meskipun dengan adanya beberapa kekurangan
namun  tidak  terlalu  mempengaruhi  pencapaian kinerja sehingga dapat diabaikan
Fair Kondisi  lingkungan  yang  kurang  membantu
jalannya pekerjaan sehingga dapat menghambat pencapaian kinerja yang baik
Poor Kondisi  lingkungan  yang  tidak  membantu
jalannya  pekerjaan  atau  sangat  menghambat pencapaian kinerja yang baik
Sumber : Teknik Perancangan Sistem Kerja
iv. Konsistensi Merupakan  tingkat  variasi  dari  waktu  penyelesaian  pekerjaan  selama
pekerja diamati. Untuk keperluan penyesuaian, konsistensi dibagi ke dalam enam  kelas,  yaitu  perfect,  excellent,  good,  average,  fair  dan  poor.  Setiap
kelas  ditandai  oleh  indikator-indikator  perilaku  yang  berbeda.  Berikut dipaparkan  keenam  kelas  tersebut  yang  diambil  dari  Sutalaksana,  dkk.,
2006 :
Universitas Sumatera Utara
Tabel. 3.4.
Indikator Perilaku Faktor Penyesuaian Konsistensi
Kelas Indikator Perilaku
Perfect Dapat bekerja dengan waktu penyelesaian yang
boleh dikatakan tetap dari saat ke saat Excellent
Dapat bekerja dengan waktu penyelesaian yang mendekati tetap dari waktu ke waktu
Good Dapat bekerja dengan waktu penyelesaian yang
tidak  tetap  namun  tergolong  konsisten,  yaitu selisih  rata-ratanya  tidak  jauh  berbeda  satu
sama lain
Average Dapat  bekerja  dengan  waktu  yang  rata-rata
cukup konsisten, yaitu bila selisih antara waktu penyelesaian  dengan  rata-ratanya  tidak  besar
walaupun ada satu dua yang letaknya jauh
Fair Dapat
bekerja dengan
waktu rata-rata
penyelesaian  tidak  begitu  konsisten,  namun juga tidak acak seperti halnya poor
Poor Dapat
bekerja dengan
waktu-waktu penyelesaian  berselisih  jauh  dari  rata-rata
secara acak
Sumber : Teknik Perancangan Sistem Kerja
Tiap  kelas  pada  tiap  aspek  memiliki  nilainya  masing-masing.  Berikut rangkuman dari nilai-nilai tiap kelas pada tiap aspek.
Universitas Sumatera Utara
Tabel. 3.5.
Rangkuman Nilai Faktor Penyesuaian
Faktor Kelas
Lambang Penyesuaian
Keterampilan Super skill
A1 +0,15
A2 +0,13
Excellent B1
+0,11 B2
+0,08 Good
C1 +0,06
C2 +0,03
Average D
0,00 Fair
E1 -0,05
E2 -0,10
Poor F1
-0,16 F2
-0,22 Usaha
Excessive A1
+0,13 A2
+0,12 Excellent
B1 +0,10
B2 +0,08
Good C1
+0,05 C2
+0,02 Average
D 0,00
Fair E1
-0,04 E2
-0,05 Poor
F1 -0,12
F2 -0,17
Kondisi kerja Ideal
A +0,06
Excellent B
+0,04 Good
C +0,02
Average D
0,00 Fair
E -0,03
Poor F
-0,07 Konsistensi
Perfect A
+0,04 Excellent
B +0,03
Good C
+0,01 Average
D 0,00
Fair E
-0,02 Poor
F -0,04
Sumber : Teknik Perancangan Sistem Kerja
Universitas Sumatera Utara
d. Kelonggaran
Kelonggaran  diberikan  untuk  kebutuhan  pribadi,  menghilangkan  rasa fatigue
dan hambatan-hambatan  yang tak dapat dihindarkan Sutalaksana, dkk., 2006. Ketiganya merupakan hal-hal  yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja
dan  yang  mungkin  selama  pengukuran  tidak  diamati,  diukur,  dicatat  ataupun dihitung. Kelonggaran untuk suatu pekerjaan dapat berbeda dengan kelonggaran
untuk  pekerjaan  yang  lain,  tergantung  dari  sifat  pekerjaan  tersebut.  Semakin berat suatu pekerjaan, maka semakin besar pula nilai dari kelonggarannya. Nilai-
nilai  kelonggaran  telah  ditentukan  besarnya  berdasarkan  faktor-faktor  yang berpengaruh.  Berikut  nilai-nilai  kelonggaran  tersebut  dikutip  dari  Sutalaksana,
dkk., 2006:
Tabel 3.6. Nilai Kelonggaran
Faktor Contoh
pekerjaan Ekivalen
Beban kg Kelonggaran
A. Tenaga yang Dikeluarkan Pria