Total waktu kerja per hari yang disediakan perusahaan adalah sebesar 9,5 jam 570 menit yakni dimulai pada pukul 08.00-17.30. Rerata laporan kerusakan jaringan
telepon per hari yang diterima adalah 60 laporan. Dengan tujuh kelompok kerja, maka dapat dikatakan bahwa rerata laporan kerusakan yang dikerjakan oleh setiap kelompok
rata – rata sebesar delapan setiap harinya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa beban kerja yang dimiliki oleh
pegawai saat ini tergolong optimum. Beban kerja yang optimum berarti tuntutan yang ditimbulkan oleh suatu pekerjaan jumlahnya sama besar dengan kapasitas yang ada
pada pegawai. Pada kondisi yang demikian seorang pegawai memiliki kemungkinan menampilkan kinerja terbaiknya.
Dari sudut pandang waktu, dapat disimpulkan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan yang ada tidak melebihi waktu yang disediakan oleh
organisasi.
C. Pembahasan
Waktu normal yang dibutuhkan oleh seorang pegawai teknisi dalam bekerja adalah sebesar 40,09 menit atau 40 menit 5 detik. Ini berarti dalam menyelesaikan
sebuah kerusakan seorang pegawai yang bekerja secara wajar dalam sistem kerja terbaik membutuhkan waktu sebesar 40 menit 5 detik. Waktu baku adalah sebesar 71,79 menit
atau sekitar 71 menit 47 detik. Ini berarti dalam jangka selama 71 menit 47 detik seorangpegawai telah selesai mengerjakan satu buah kerusakan. Di samping itu dalam
jangka waktu tersebut pegawai juga telah melaksanakan kebutuhan-kebutuhan pribadi yang tak terhindarkan seperti makan dan minum, serta telah pulih dari rasa lelah yang
Universitas Sumatera Utara
dirasakannya akibat pekerjaan tersebut. Dengan kata lain jangka waktu 71 menit 47 detik telah mencakup waktu bekerja dan waktu istirahat pegawai.
Dari wawancara yang dilakukan dengan supervisor diperoleh bahwa rerata kerusakan yang dikerjakan setiap harinya adalah delapan kerusakan.Dengan kondisi
demikian, maka beban kerja pegawai adalah sebesar 100,75 . Angka ini menunjukkan bahwa beban kerja pegawai teknisi berada pada tingkat yang optimum. Beban kerja
yang optimum berarti tuntutan yang dikehendaki oleh suatu pekerjaan sesuai dengan kapasitas yang dimiliki oleh pekerjanya sehingga memberikan kemungkinan bagi
pegawai untuk menampilkan kinerja terbaiknya. Dengan kondisi tersebut, seorang pegawai akan mendorong kinerja unitdivisi dan juga akan mendorong pencapaian
tujuanmisi dari unitdivisi. Hal ini ditegaskan oleh Lysaght,et al. 1989 yang memaparkan bahwa beban kerja memiliki hubungan yang langsung terhadap performa
individu dan selanjutnya akan mempengaruhi kinerja kelompok di mana individu tersebut berada.
Namun demikian, dari pengamatan yang telah dilakukan terbukti bahwa jumlah beban kerja pegawai bervariasi jumlahnya setiap hari. Supervisor sebagai pengawas
yang mengawasi pegawai teknisi mengakui hal tersebut dalam wawancara yang telah dilakukan peneliti kepadanya.
Variasi dalam jumlah ini mengakibatkan variasi dalam tingkat beban kerja. Variasi yang terjadi yaitu kerusakan yang terjadi bisa lebih sedikit dari delapan dan
sebaliknya bisa lebih banyak dari delapan. Saat kerusakan yang terjadi kurang dari delapan, beban kerja berkurang menjadi kurang dari 100 . Sebaliknya saat kerusakan
yang terjadi lebih dari delapan, beban kerja menjadi lebih dari 100 . Pada saat beban kerja lebih dari 100 pegawai cenderung tidak mampu
menyelesaikan semua kerusakan yang ada dalam satu hari. Akibatnya perbaikan
Universitas Sumatera Utara
kerusakan melebihi tolok ukur waktu yang ada. Hal ini selaras dengan apa yang dikemukakan oleh Gopher dan Doncin 1986 bahwa kesenjangan antara tingkat
kemampuan yang diharapkan dan tingkat kapasitas yang dimiliki menyebabkan timbulnya kegagalan dalam kinerja.
Peneliti yang telah melakukan pengamatan dapat memberikan gambaran mengenai beberapa faktor yang dapat mempengaruhi jumlah kerusakan yang timbul.
Salah satu faktor tersebut adalah faktor alam. Hal ini diperoleh dari wawancara terhadap supervisor pada sebuah site operation. Ia menjelaskan bahwa kondisi alam
mempengaruhi volume kerja pegawai. Faktor alam yang berpengaruh adalah faktor angin, khususnya angin yang kencang. Kondisi angin demikian dapat mempengaruhi
kondisi perkabelanyang pada umumnya terletak di atas tanah. Kondisi tersebut umumnya timbul pada saat musim penghujan. Karena itu, menurut kebiasaan yang
terjadi, pada musim penghujan jumlah kerusakan yang terjadi lebih besar. Selain musim penghujan, daerah-daerah yang memiliki curah hujan tinggi pada
umumnya memiliki kemungkinan kerusakan lebih banyak daripada daerah-daerah yang tidak memiliki curah hujan tinggi.Hal itu menyebabkan pegawai yang menangani
daerah dengan curah hujan yang tinggi berkemungkinan memiliki volume kerja yang lebih besar daripada pegawai yang menangani daerah dengan curah hujan rendah.
Selain faktor alam, kondisi jaringan di lapangan juga mempengaruhi volume kerja pegawai. Menurut penjelasan yang diberikan oleh supervisor, jarak antara kotak
Distribution Point biasanya dikenal dengan istilah kotak DP dengan jarak antara
lokasi pelanggan dapat mempengaruhi jumlah kemungkinan terjadinya kerusakan. Semakin jauh jarak antara kotak DP dengan lokasi pelanggan maka semakin banyak
titik rawan kerusakan pada kabel. Hal tersebut berarti semakin besar pula resiko kerusakan yang terjadi.
Universitas Sumatera Utara
Melalui penjelasan di atas dapat pula disimpulkan bahwa faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi volume kerja pegawai.Pada umumnya, daerah-daerah dengan
jarak yang jauh antara kotak DP dengan lokasi pelanggan adalah daerah-daerah yang terdiri dari banyak pabrik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pegawai yang
menangani daerah dengan banyak pabrik berkemungkinan memiliki volume kerja yang lebih besar daripada pegawai yang tidak menangani daerah-daerah dengan banyak
pabrik. Pengamatan yang dilakukan juga memberikan informasi mengenai beberapa hal
yang menjadi hambatan bagi pegawai dalam bekerja. Salah satunya adalah ketidaksesuaian data-data yang ada di kabinet dengan data yang diberikan oleh pihak
administrasi. Hal ini dapat dibuktikan dengan kutipan pengamatan sebagai berikut :
“Sesampainya di kabinet observee langsung membuka pintu kabinet dan melakukan pengecekan terhadap kabel primer dan sekunder. Di sini kegiatan yang sama seperti
sebelumnya diulang kembali, yakni memasangkan test tone ke kabel dan mengecek apakah sesuai atau tidak.Kegiatan ini diulanginyabeberapa kali sehingga memakan
waktu beberapa menit” PA.6E.15H.6
“Sesampainya di kabinet ia langsung mengecek kabel-kabel primer dan sekunder. Kali ini ia membutuhkan waktu yang agak lama, dikarenakan ia harus mencari kabel
sekunder yang sesuai dengan kabel primer. Ia terus mengetes kabel-kabel sekunder yang berbeda untuk menemukan pasangan kabel primer yang sesuai”
PA.30E.40H.21
“Setibanya di kabinet ia mengecek kabel-kabel yang ada di sana, kabel-kabel primer dan sekunder. Ia mengecek, mencari kabel sekunder yang sesuai dengan kabel
primer. Bagian ini memakan waktu yang cukup lama, hal ini dapat dirasakan pengamat dari lamanya waktu menunggu”
PA.38E.52H.26
Dari kutipan pengamatan di atas terlihat bahwa terdapat perbedaan antara data yang diperoleh pegawai dari petugas administrasi dengan data yang ditemukan di
Universitas Sumatera Utara
kabinet sehingga untuk menemukan data yang sesuai pegawai harus mencari data tersebut. Pencarian dipersulit dengan kondisi perkabelan yang tidak rapi sehingga hal
ini menambah jangka waktu yang dibutuhkan oleh pegawai untuk menemukan data yang sesuai.
Hal lain yang menjadi hambatan adalah keterkaitan pegawai dengan unit lain dalam menyelesaikan suatu kerusakan. Keterkaitan tersebut dapat dilihat dalam kutipan
pengamatan berikut :
“Setelah kabel yang sesuai ditemukan, ternyata mati, ia pun menghubungi pihak central dan pihak MDF. Di sini juga ia sempat menunggu sekitar beberapa menit
untuk mendapatkan kabar dari kedua pihak tersebut” PA.38E.53H.26
“Ia pun menghubungi petugas central dan petugas MDF untuk mengetahui status nomor pelapor, apakah NR nunggak rekening atau tidak”
PA.40E.57H.28
“Ia pun menghubungi petugas MDF untuk memastikan sumber kerusakan. Setelah dicek olehpetugas MDF, didapati bahwa sumber kerusakan ada di kabel-kabel
MDF” PA.50E.68H.32
Hal ini juga diperkuat oleh hasil DKT yang dilakukan terhadap beberapa pegawai. Dalam DKT tersebut pegawai menggambarkan keterkaitan dengan pihak-
pihak lain. Dalam kaitan tersebut pegawai terkadang tidak langsung memperoleh respon pihak-pihak lain yang terkait. Hal ini menyebabkan pegawai harus menunggu beberapa
saat. Pada akhirnya kerja sama yang dianggap kurang lancar tersebut membuat waktu penyelesaian pekerjaan menjadi lebih panjang.
Universitas Sumatera Utara
Selain kedua hal yang telah disebutkan di atas, pegawai terkadang juga mengalami kesulitan di dalam menemukan alamat pelapor. Hal ini terlihat dari kutipan
pengamatan berikut :
“Lokasi pelapor sendiri agak sulit dicari, observee membutuhkan waktu yang lebih lama dari biasanya untuk menemukan alamat pelapor”
PA.68E.85H.42
“observee menyusuri jalan dengan pelan dan mengamati dengan seksama tempat- tempat yang dilewatinya. Beberapa kali observee menyusuri jalan yang sama,
hingga akhirnya menemukan lokasi pelapor dalam waktu beberapa menit” PA.76E.93H.46
“Sembari mencari observee pun bercerita kepada observer bahwa ini merupakan salah satu hambatan dalam pekerjaannya, di mana alamat sulit ditemukan dan
pelapor sulit dihubungi” PA.79E.98H.49
Kutipan pengamatan di atas menunjukkan pengalaman pegawaiyang kesulitan menemukan lokasi pelapor. Terlebih, terkadang contact person pelapor tidak
memberikan respon yang cepat saat dihubungi. Hal ini berdampak pada bertambahnya jangka waktu pegawai dalam menyelesaikan kerusakan.
D. Diskusi