49
mengembangkan kreatifitas dan merangsang karya imajinatif. Pengadaan pajangan di kelas dapat membangkitkan semangat untuk berimajenasi dan
berkreasi.”
Selain kelebihan di atas, publikasi dalam bentuk pajangan tidak selamanya menjadi bentuk alternative publikasiyang cocok diterapkan dalam kelas atau
sekolah. Dalam pajangan hasil karya siswa biasanya tidak semua hasil karya siswa dapat dipamerkan. Artinya hanya karya-karya yang dipandang baik saja, karya
yang kurang memenuhi persyaratan tidak ikut dipublikasikan. Keadaan ini tidak akan membantu siswa yang kurang mampu berkarya untuk tampil lebih percaya
diri. Karena itu perlu dicari cara publikasi yang lain yang lebih memungkinkan semua hasil karya siswa terpublikasikan, misalnya dengan menjilid hasil karya itu,
atau mempublikasikannya dengan memanfaatkan teknologi yang ada, yaitu dengan pembuatan blog khusus siswa. Dengan menjilid semua hasil kaya siswa
dan mempulikasikannya melalui blog khusus siswa, mereka dapadan tidak merasat lebih percaya diri dan tidak merasa gagal dalam pembelajaran.
2.2.3.4.2 Ciri Pendekatan Proses dalam Pembelajaran Menulis
Banyak siswa merasa gagal menulis ketika guru memberikan tugas menulis dalam satu kali pertemuan. Kegagalan ini menyebabkan mereka kurang
berminat dengan pembelajaran menulis di sekolah. Padahal, bagaimanapun sekolah merupakan dunia mini untuk mengembangkan kemampuan menulis.
Keterampilan menulis memang tidak bisa diberikan kepada siswa dengan metode ceramah, tetapi perlu direalisasikan dalam bentuk praktik menulis.
Dengan praktik menulis diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan
50
menulisnya. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan agar pembelajaran menulis menjadi efektif.
Selama ini sebagian guru di sekolah masih menerapkan pendekatan tradisional yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran menulis. Inilah yang
menjadi penyebab gagalnya siswa dalam menulis. Guru sangat dominan dalam pembelajaran yang menerapkan pendekatan tradisional. Siswa lebih berperan
sebagai objek pembelajaran sehingga siswa kurang bisa berkembang. Kini telah muncul pendekatan dari pembelajaran menulis yang lebih efektif yaitu
pendekatan proses. Pendekatan ini lebih menitkberatkan pada proses daripada hasil akhir. Namun demikian, hasil akhir juga diperhatikan dalam pendekatan
proses. Dalam pendekatan proses, guru tidak sekedar memberikan pengetahuan tentang menulis kemudian menugaskan siswa membuat tulisan yang sekali jadi,
tetapi peran terpenting guru adalah membimbing siswa slama proses menulis berlangsung.
Menurut Tompkins lewat Zuchdi, 1997:2-4 perbedaan antara pendekatan tradisional dengan pendekatan proses dalam pembelajaran menulis adalah sebagai
berikut.
Tabel 2.1 Perbedaan Pendekatan Tradisional dengan Pendekatan Proses
Pendekatan Tradisional Pendekatan Proses
Pilihan Topik Tugas menulis kreatif yang
spesifik diberikan guru Siswa memilih topik mereka
sendiri, atau topik-topik yang diambil dari bidang studi lain
Pembelajaran Guru hanya sedikit atau tidak Guru memberikan pelajaran
51
memberikan pelajaran. Padahal siswa dituntut untuk
menulis sebaik mungkin mengenai proses menulis dan
mengenai bentuk-bentuk tulisan atau karangan
Fokus Fokusnya pada hasil tulisan
yang sudah jasi Fokusnya pada proses yang
digunakan siswa katika menulis
Rasa memiliki Siswa menulis untuk guru dan
kurang merasa memiliki tulisan mereka
Siswa merasa memiliki tulisan mereka sendiri
Pembaca Guru merupakan
pembaca utama
Siswa menulis untuk pembaca yang sesungguhya
Kerjasama Hanya sedikit atau tidak ada
kerjasama Siswa menulis dengan
kerjasama dan berbagi tulisan yang dihasilkan dengan
teman-teman dalam kelompok
Draf Siswa menulis draf tunggal
dan harus memusatkan pada isi sekaligus segi mekanik
ejaan dan tata tulis Siswa menulis draf kasar
untuk menuangkan gagasan kemudian merevisi serta
menyunting draf tersebut sebelum membuat hasil akhir
Kesalahan Mekanik
Siswa dituntut untuk menghasilkan tulisan yang
Siswa mengoreksi kesalahan sebanyak mungkin selama
52
bebas dari kesalahan menyunting,
tetapi tekanannya lebih besar pada
isi daripada segi mekanik Peranan
Guru Guru lebih banyak
memberikan tugas saja. Guru mengajarkan cara
merevisi dan mengedit Waktu Siswa
menyelesaikan tulisan
dalam waktu satu jam pelajaran
Siswa mungkin menghabiskan waktu tidak
hanya satu jam pelajaran untuk memberikan setiap
tugas menulis Penilaian
Guru menilai kualitas tulisan setelah tulisan dibuat
Guru memberikan balikan selama siswa menulis,
sehingga siswa dapat memanfaatkannya untuk
memperbaiki tulisannya. Penilaiannya terfokus pada
proses dan hasil
Pembelajaran dengan pendekatan proses member peluang lebih besar kepada siswa untuk berpikir dan bertindak kreatif. Siswa merasa tidak terbebani
dengan tuntutan menghasilkan tulisan yang bebas dari kesalahan dalam waktu singkat. Karena waktu yang diberikan lebih dari satu jam pelajaran, maka siswa
53
mendapat kesempatan untuk menyunting dan memperbaiki tulisannya. Proses menulis inilah yang dinilai oleh guru selain hasil tulisan siswa itu sendiri.
2.2.3.4.3 Pemanfaatan ICT dalam Pembelajaran Menulis Opini