Pengantar Faktor Status Sosial

66

4.4. Faktor Perbedaan Jenis Kelamin

Faktor jenis kelamin merupakan salah satu faktor pembeda sapaan dalam bahasa Manggarai. Sapaan berdasarkan jenis kelamin dalam bahasa Manggarai tidak terdapat kesulitan bagi penyapa ketika menyapa mitra bicara karena perbedaannya sangat jelas antara sapaan untuk pria dan wanita. Sapaan untuk pria yakni nana, nara, ema, bapa, opa, ema tu’a, bapa tua, e ma koe, bapa koe, amang, om, kesa, koa, kraeng, tuang dan pakpa . Sapaan untuk wanita yakni enu, weta, ende, mama, oma, ende tu’a, mama tua, ende koe, mama koe, inang, tanta, wote, ibubu . Kedua tabel berikut menjelaskan pemilihan sapaan yang berkaitan dengan faktor perbedaan jenis kelamin. 67 Tabel 4.2. Pemilihan Sapaan Berdasarkan Jenis Kelamin Laki-laki No. Penyapa Lawan Tutur Sapaan

1. Ego

Ayah kandung, Ayah kandung dari suamiistri penutur. Ema, Bapa 2. Ego Kakek kandung Ema, Opa 3. Ego Kakek bukan kandung Ema 4. Ego Adik laki-laki dari Ayah Ema koe, Bapa koe 5. Ego AdikKakak laki-laki Ibu Amang, Om 6. Ego Kakak laki-laki dari Ayah Ema tu‟a, Bapa tua 7. Ego AdikKakak laki-laki dari istri Kesa 8. Ego Suami dari adikkakak perempuan Kesa 9. Ego Menantu laki-laki Koa, Nana, EmaBapa+ nama anak pertama 10. Ego Adikkakak laki-laki kandung penutur wanita Nara, Nana, Nama diri 11. Ego Saudara laki-laki penutur wanita Nara, Nana, Nama diri 12. Ego Anak laki-laki Nana, Nama diri 13. Ego Guru, Dokter, Mantri, dsb. laki-laki Tuang, Tuang + nama profesi, Pa, Pa + nama profesi, menyebut profesi, Profesi + nama diri 14. Ego Bupati laki-laki Kraeng, Kraeng Bupati, Tuang, Tuang Bupati, Pa, Pa Bupati, Ema Bupati 15. Ego Lurah laki-laki Kraeng, Kraeng Lurah, Tuang, Tuang Lurah, Pa, Pa Lurah 16. Ego Camat laki-laki Kraeng, Kraeng Camat, Tuang, Tuang Camat, Pa, Pa Camat 68 Berikut ini contoh dialog 87, 88 pemilihan sapaan yang dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin laki-laki. Contoh dialog 87 menggambarkan seorang laki-laki memberikan titipan surat untuk suami dari saudarinya. 87 Penutur : Kesa , ho’o manga titipan surat latang ite bo. „ Kesa , ini ada titipan surat buat Anda.‟ Mitra tutur : Nggitun ko, terima kasih ge „Oh iya, terima kasih‟ Contoh dialog 88 menggambarkan seorang perempuan yang bertanya kepada saudaranya laki-laki mengenai universitas yang diinginkan mitra tutur setelah lulus SMA. 88 Penutur : Nara, eme poli lulus SMA, ngoeng lanjut nia ite ga? „ Nara , setelah lulus SMA nanti, ingin melanjutkan studi dimana?‟ Mitra tutur : Ngoeng daku lanjut ta weta one Yogyakarta, one Universitas Sanata Dharma. „Saya ingin melanjutkan studi di Yogyakarta weta , di Universitas Sanata Dharma.‟ 69 Tabel 4.3. Pemilihan Sapaan Berdasarkan Jenis Kelamin Perempuan No. Penyapa Lawan Tutur Sapaan

1. Ego

Ibu kandung, Ibu kandung dari suamiistri penutur Ende, Mama 2. Ego Nenek kandung Ende, Oma 3. Ego Nenek bukan kandung Ende 4. Ego Adik perempuan dari Ibu Ende koe, Mama koe 5. Ego AdikKakak perempuan Ayah Inang, Tanta 6. Ego Kakak perempuan dari Ibu Ende tu‟a, Mama tua 7. Ego Menantu perempuan Wote, Enu, EndeMama+ nama anak pertama 8. Ego AdikKakak kandung perempuan penutur pria Weta, Enu, Nama diri 9. Ego Saudari perempuan penutur pria Weta, Enu, Nama diri 10. Ego Anak perempuan Enu, Nama diri 11. Ego AdikKakak perempuan dari suami Ipar 12. Ego Istri dari adikkakak laki-laki Ipar 13. Ego Guru, Dokter, Bidan, dsb. perempuan Ibu, Bu, Bu + nama profesi, Profesi + nama diri, menyebut profesi, Profesi + nama diri 14. Ego Bupati perempuan Ibu, Bu, Bu Bupati, Ende Bupati 15. Ego Lurah perempuan Ibu, Bu, Bu Lurah 16. Ego Camat perempuan Ibu, Bu, Bu Camat 70 Berikut ini contoh dialog 89, 90 pemilihan sapaan yang dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin perempuan. Contoh dialog 89 menggambarkan seorang anak yang meminta ibunya untuk dibelikan pisang saat berbelanja di pasar. 89 Penutur : Mama, weli koe muku pe „Mama, belikan pisang ya‟ Mitra tutur : E ga, weli le mama tong. „Iya, nanti mama belikan.‟ Contoh dialog 90 menggambarkan seorang ibu yang berpamitan ketika hendak pulang dari rumah bu lurah. 90 Penutur : Bu Lurah, aku kole di e, diang-diang po mai ce mbaru kole. „Bu Lurah, saya pulang dahulu, kapan-kapan saya akan datang lagi.‟ Mitra tutur : Eng ga, di’a - di’a lako „Baiklah, hati-hati di jalan‟

4.5. Faktor Perbedaan Keakraban

Faktor perbedaan keakraban merupakan salah satu faktor juga yang mempengaruhi pemilihan sapaan. Faktor perbedaan keakraban menunjukan hubungan antara penutur dan mitra tutur apakah penutur mengenal baik dengan mitra tuturnya dan apakah hubungan tersebut menunjukan keakraban ataupun tidak. Dalam kaitannya dengan hal itu, pembicara akan memilih sapaan tertentu menurut akrab tidaknya perkenalan dengan mitra tutur.