Keadaan Bahasa DESKRIPSI KEADAAN BAHASA MASYARAKAT MANGGARAI

33

a. Sapaan

Ema Sapaan ema dalam bahasa Indonesia artinya ayahbapak. Sapaan ema adalah sapaan yang digunakan untuk menyapa ayah kandung penutur, bisa juga digunakan untuk menyapa ayah kandung dari suami atau istri penutur. Contoh kalimat 6 berikut ini melukiskan bagaimana seorang anak mengajak ayahnya untuk makan siang. 6 Ema, mai hang leso ga „AyahBapak, ayo kita makan siang„ Pada perkembangannya sapaan ema jarang digunakan lagi untuk menyapa seorang ayah karena masyarakat Manggarai lebih banyak menggunakan sapaan bapa . Contoh 7 berikut melukiskan anak penutur menawarkan minuman kopi dan teh kepada ayahnya yang baru pulang dari ladang. 7 Bapa , ngoeng inung apa mane ho’o? Ngoeng kopi k o teh? „AyahBapak, mau minum apa sore ini? Mau kopi atau teh?‟ Sapaan ema juga mengalami perluasan penggunaan yaitu ema bisa juga digunakan oleh penutur untuk menyapa kakek kandungnya. Contoh 8 melukiskan seorang anak bertanya pada kakeknya dimana letak sarung yang hendak diambil. 8 Nia na’an towe dite ema? „Kakek, di mana kakek menyimpan sarung?„ Selain itu, sapaan ema juga bisa dipakai untuk menyapa kakek yang sudah tua tanpa adanya pertalian darah atau kekerabatan. Contoh berikut 9 adalah 34 contoh bagaimana seorang anak menyapa dan membantu seorang kakek yang hendak menyeberangi jalan. 9 Ema de di’a lako, jaga oto „Kakek hati-hati, ada mobil lewat„ Jadi sapaan ema bila diartikan kedalam bahasa Indonesia adalah ayahbapak namun karena adanya perluasan penggunaan maka sapaan tersebut dapat pula digunakan untuk menyatakan kakek tergantung keadaannya. Dalam perkembangannya sapaan ema untuk menyatakan kakek seringkali jarang digunakan khususnya di daerah perkotaan. Hal ini dikarenakan sapaan ema erat kaitannya dengan sapaan untuk kakek yang sudah tua. Masyarakat Manggarai pada zaman ini khususnya di perkotaan lebih sering menggunakan sapaan opa untuk menyapa seorang kakek baik kandung maupun tidak namun memiliki hubungan pertalian kekerabatan dengan penutur. Kaitannya dengan hal tersebut yang perlu digaris bawahi adalah adanya hubungan pertalian kekerabatan. Seorang kakek yang tidak memiliki hubungan pertalian kekerabatan dengan penutur tidak dapat dipanggil dengan sapaan opa . Contoh 10 berikut melukiskan seorang anak meminta dibelikan jajan pada kakeknya. 10 Opa, weli bombon koe aku „ Opa , belikan saya permen„ Sapaan ema yang menyatakan kakek dalam perkembangannya digunakan di perkotaan hanya untuk menyapa seorang kakek yang sudah tua dan tidak memiliki hubungan pertalian kekerabatan dengan penutur. Sapaan ema untuk menyatakan kakek lebih sering digunakan di pedesaan untuk menyapa kakek 35 kandung maupun untuk menyapa seorang kakek meskipun tidak memiliki hubungan pertalian kekerabatan dengan penutur.

b. Sapaan

Ende Sapaan ende dalam bahasa Indonesia artinya ibumama. Sapaan ende adalah sapaan yang digunakan untuk menyapa ibu kandung penutur. Sapaan ini juga bisa digunakan untuk menyapa ibu kandung dari suami atau istri penutur. Contoh kalimat 11 melukiskan bagaimana seorang anak berpamitan dengan ibunya ketika hendak berangkat ke sekolah. 11 Ende, aku ngo sekola di e „Ibu, saya berangkat ke sekolah dulu ya‟ Dalam perkembangannya sapaan ende jarang digunakan lagi untuk menyapa seorang ibu karena masyarakat Manggarai lebih banyak menggunakan sapaan mama . Contoh 12 berikut melukiskan bagaimana seorang anak meminta doa dari ibunya agar berhasil dalam ujian sekolah. 12 Mama, ngaji latang aku, ai diang aku ujian „Ibu, doakan saya karena besok saya akan mengikuti ujian‟ Sapaan ende dalam perkembangannya juga mengalami perluasan penggunaan. Sapaan ende bisa dipergunakan oleh penutur untuk menyapa nenek kandungnya. Contoh kalimat 13 bagaimana seorang anak menyuruh neneknya yang sedang berkebun untuk beristirahat. 13 Ende, emo ciwal ga, istirahat koe di „Nenek, jangan berkebun dahulu, istirahatlah sebentar„ 36 Sapaan ende juga bisa digunakan oleh penutur untuk menyapa nenek yang sudah tua meskipun tidak memiliki hubungan darah. Contoh berikut 14 melukiskan bagaimana penutur mengajak seorang nenek yang kehujanan ketika pulang dari kebun untuk mampir ke rumahnya. 14 Ende, iling ce mbaru di gereng meti usang „Nenek, mampirlah di rumah ini dulu sampai hujannya berhenti„ Jadi sapaan ende bila diartikan kedalam bahasa Indonesia adalah ibumama namun karena mengalami perluasan penggunaan sebagaimana yang dialami sapaan ema , maka sapaan ende dapat pula digunakan untuk menyatakan nenek tergantung keadaan. Sapaan ende untuk menyatakan nenek kandung dalam perkembangannya juga seringkali jarang digunakan khususnya di daerah perkotaan. Hal ini dikarenakan juga sapaan ende erat kaitannya dengan sapaan untuk nenek yang sudah tua. Masyarakat perkotaan di Manggarai lebih sering menggunakan kata sapaan oma untuk menyapa seorang nenek baik kandung maupun tidak, namun memiliki hubungan pertalian kekerabatan dengan penutur dan jarang menggunakan sapaan ende . Kaitannya dengan hal tersebut yang perlu digaris bawahi adalah adanya hubungan pertalian kekerabatan. Seorang nenek yang tidak memiliki hubungan pertalian dengan penutur tidak dapat di panggil dengan sapaan oma . Contoh 15 berikut melukiskan seorang anak meminta makan pada neneknya. 15 Oma, darem aku emi koe hang ta oma „ Oma , saya lapar Ambilkan saya makan oma „