Hakikat Anak Didik 1. Pengertian

manusia menjadi makhluk yang berketuhanan dan beragama adalah karena didalam jiwa manusia terdapat instink religios atau garizah Diniyah instink percaya pada agama. Itulah sebabnya, tanpa menlalui proses pendidikan instink religios atau garizah Diniyah tersebut tidak akan mungkin dapat berkembang secara wajar. Dengan demikian pendidikan keagamaan mutlak diperlukan untuk mengembangkan kedua instink tersebut. 41 Karena itulah, anak didik memiliki beberapa karakteristik, diantaranya: 1. Belum memiliki pribadi dewasa susila, sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik. 2. Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kewenanggannya, sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik. 3. Sebagai manusia memiliki sifat – sifat dasar yang sedang ia kembangkan secara terpadu, menyangkut seperti kebutuhan biologis, rohani, social, intelengensi, emosi, kemampuan bicara, perbedaan individual dan sebagainya. 42 Dengan demikian anak didik sebagai manusia yang belum dewasa merasa tergantung kepada pendidiknya, anak didik merasa ia memiliki kekurangan tertentu, ia menyadari bahwa kemampuannya sangat terbatas dibandingkan denagn kemampuan pendidikannya. Kekurangan ini membawanya untuk mengadakan interaksi denagn pendidiknya dalam situasi pendidikan. Dalam situasi pendidikan itu jadi interaksi kedewasaan dan kebelum dewasaan. Suatu hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pendidik dalam membimbing anak didik adalah kebutuhan mereka. Ramayulis sebagaimana mengutip pendapat al-Qussy membagi kebutuhan manusia dalam dua kebutuhan pokok, yaitu: 41 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998, cet. Ke-2, hal. 86 - 89 42 Hasbullah,…, hal. 23 - 24 a. Kebutuhan primer, yaitu kebutuhan jasmani seperti makan, minum dan sebagainya. b. Kebutuhan sekunder yaitu kebutuhan rohanih. 43 Selanjutnya ia membagi kebutuhan rohaniah kepada enam macam, yaitu: 1 Kebutuhan kasih sayang. 2 Kebutuhan akan rasa aman. 3 Kebutuhan akan rasa harga diri. 4 Kebutuhan akan rasa bebas. 5 Kebutuhan akan sukses. 6 Kebutuhan akan sesuatu kekuatan. Selanjutnya Law head membagi kebutuhan manusia sebagai berikut: 1 Kebutuhan jasmani, seperti makan, minum, bernafas. Perlindungan, seksual, kesehatan, dan lain – lain. 2 Kebutuhan rohani, seperti kasih sayang, rasa aman, penghargaan, belajar, menghibur diri dengan dunia yang lebih luas, mengaktualitaskan dirinya sendiri dan lain – lain. 3 Kebutuhan yang menyangkut jasmani dan rohani, seperti istirahat, rekreasi, butuh supaya setiap potensi fisik dapat dikembangkan semaksimal mungkin, butuh agar setiap usaha dapat sukses. 4 Kebutuhan social, seperti supaya dapat diterima oleh teman – temannya secara wajar, supaya dapat diterima oleh orang lain tinggi dari dia seperti orang tuanya, guru – gurunya dan pemimpinnya, seperti kebutuhan untuk memperoleh prestasi dan posisi. 5 Kebutuhan yang lebih tinggi sifatnya merupakan tuntutan rohani yang mendalam yaitu kebutuhan untuk meningkatkan diri yaitu kebutuhan terhadap agama. 44 43 Prof. DR. H. Ramayulis, Ilmu Pendid ikan Islam,…, hal. 104 44 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,…., hal. 105 Dari kedua kutipan diatas dapat disimpulakn bahwa kebutuhan yang paling esensi adalah kebutuhan agama. Agama dibutuhkan manusia karena emmerlukan orientasi dan objek pengabdian dalam hidupnya. Oleh karena itu, tidak seorang pun yang tidak membutuhkan agama. Faktor anak didik menurut Undang – Undang Sistem Pendidikan nasional UUSPN Nomor 20 tahun 2003, BAB V pasal 12 bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai denagn agama yang dianutnya dan diajarkan oelh pendidik yang seagama. 45 Mencakup pengertian peserta didik, yaitu anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Anak adalah makhluk yang masih membawa kemungkinan untuk berkembang baik jasmani dan rohani, ia memiliki jasmani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, kekuatan maupun perimbangan bagian – bagiannya. Dalam segi rohaniah anak emmpunya bakat – bakat yang harus dikembangkan seperti kebutuhan akan ilmu pengetahuan duniawi dan keagamaan, kebutuhan akan pengertian nilai – nilai kemasyarakatan, kesusilaan, kasih sayang dan lain – lain, maka pendidikan islam lah yang harus mebimbing, menuntun, serta memenuhi kebutuhan – kebutuhan siswa dalam berbagai bidang tersebut.

4. Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Akhlak

Dalam Pendidikan Agama Islam, pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar untuk mengembangkan intelektualitas dalam arti bukan hanya meningkatkan kecerdasan saja, melainkan juga mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia, yang mencakup aspek keimanan, moral atau mental, perilaku dan sebagainya. 45 Hasbullah, Dasar – Dasar Ilmu Pendidikan,…, hal: 313 Pembinaan kepribadian atau jiwa utuh hanya mungkin dibentuk melalui pengaruh lingkungan khususnya pendidikan. Sasaran yang ditempuh atau dituju dalam pembentukan kepribadian ini adalah kepribadian yang memiliki akhlak yang mulia dan tingkat kemulian akhlak erat kaitannya denagn tingkat keimanan. Dalam pembentukan akhlak siswa, hendaknya setiap guru menyadari bahwa dalam pembentukan akhlak sangat diperlukan pembinaan dan latiahn – latihan pada siswa bukan hanya diajarkan secara teoritis, tetapi harus diajarkan kearah kehidupan praktis. Agama sebagai unsur esensi dalam kepribadian manusia dapat member peranan positif dalam perjalanan kehidupan manusia, selain kebenarannya masih dapat dinyakini secara mutlak. Dalam hal pembentukan akhlak remaja, pendidikan agama mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupannya. Pendidikan agama berperan sebagai pendali tingkah laku atau perbuatan yang terlahir dari sebuah keinginan yang berdarah emosi. Jika ajaran agama, sudah terbiasa dijadikannya sebagai pedoman dalam kehidupan sehari – hari dan sudah ditanamkannya sejak kecil, maka tingkah lakunya akan lebih terkendali dalam menghadapi segala keinginan yang timbul.

D. Kerangka Berfikir

Berdasarkan kerangka teori yang telah dikemukakan diatas, maka dapat memahami denagn jelas betapa pentingnya pendidikan bagi kelangsungan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan begitu semua bias tercerahkan serta bida member pencerahan kepada generasi penerus sehingga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena pendidikan tidak hanya menciptakan generasi yang cerdas secara intelektual saja, tapi juga generasi yang mempunyai akhlakul karimah serta sopan dalam bersosialisasi dengan lingkungannya. Pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan Al- Qur’an terhadap anak – anak terbentuk kepribadian muslim yang sempurna, sedangkan lembaga adalah tempat berlangsungnya proses bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan Al- Qur’an yang dilakukan oleh orang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia berkepribadain muslim. Pendidikan dasar bertujuan untuk member bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, anggota msyarakat, warganegara dan umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. SMK Gita Kritti 1 Jakarta sebagai salah insitusi yang menyelenggarakan pendidikan dasar diharapkan dapat memberikan motivasi bagi siswanya untuk menjadi bagisan dari Sumber Daya Manusia yang unggul di segala bidang, khususnya adalah pembentukan kepribadian muslim yang sempurna.

E. Hipotesa

Berdasarkan tinjauan teoritis yang dikemukakan di atas, maka peneliti mengajukan pertanyaan sebgai berikut: Apakah siswa yang memperoleh nilai tinggi dalam pelajaran agama mempunyai akhlak yang lebih baik dari siswa yang memperoleh nilai rendah. Berdasarkan pertanyaan diatas maka dapat diajukan hipotesa sebagai berikut: Ho: Tidak ada perbedaan akhlak siswa antara yang memperoleh nilai tinggi dalam pelajaran agama dengan siswa yang memperoleh nilai rendah. Ha: Siswa yang memperoleh nilai tinggi dalam pelajaran agama emmiliki akhlka yang lebih baik jika dibandingkan dari siswa yang memperoleh nilai rendah. 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Gita Kritti 1 Jakarta kelas XI yang berlokasi di Jalan BRI radio Dalam, Gondangria Utara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kode Pos: 12140. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 Mei 2011sampai 31 Mei 2011, pada semester genap tahun ajaran 2010 – 2011.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek dalam penelitian. 1 Sedangkan menurut S. Margono, populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian penulis dalam sebuah ruang lingkup dan waktu yang ditentukan. 2 Adapun 1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, hal.108 2 S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, cet. Ke-4, hal. 118 36 37 yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK Gita Kritti 1 Jakarta kelas XI satu semester I satu tahun ajaran 20102011 yang berjumlah 141 orang siswa dan guru pendidikan agama Islam berjumlah 2 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti. 3 Untuk menyederhanakan proses pengumpulan dan pengolahan data, maka penulis mengambil teknik sampling dengan mengacu kepada pendapat Suharismi Arikunto, yaitu apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik di ambil semua hingga penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya lebih besar dapat diambil 10-15 atau 20-25 atau lebih. 4 Dalam penelitian ini penulis hanya mengambil 35 saja dari jumlah populasi yang ada, yaitu 50 orang siswa, penentuannya dilakukan secara acak random sampling. Teknik random sampling adalah proses penagmbilan sampling dimana seluruh aggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih. 5 Metode pengambilan sampelnya dilakukan denagn cara sukareal atau tidak ada paksaan untuk mengisi angket yang sudah penulis berikan kepada murid – murid kelas XI satu di SMK Gita Kritti 1 Jakarta, kemudian setelah mengisi kertas angket tersebut siswa mengembalikan kertas angket tersebut kepada penulis untuk dihitung hasil secara keseluruhan.

C. Variabel Penelitian

Menurut S. Margono variable dapat diartikan sebagai pengelompokan yang logis dari dua atribut atau lebih. 6 Adapun yang menjadi variabel bebas 3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,…, hal. 117 4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,…, hal. 120 5 S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan …, hal. 125 6 S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan …, hal. 133 38 yaitu mata pelajaran pendidikan agama Islam, variable ini diberikan simbol “X”. dan yang menjadi variable terikat yaitu akhlak siswa, variable ini diberikan simbol denagn huruf “Y”.

D. Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi, yaitu melihat bentuk hubungan antara variable – variable yang diteliti. Metode korelasi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antar satu variable denagn variable yang lainnya. Metode ini diharapkan dapat menemukan hubungan antar dua variable yaitu: Pengaruh Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam X Terhadap Pembentuakan Akhalak Siswa Y.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini diperlukan beberapa teknik, adapun teknik pengumpulan data yang dimaksud adalah: 1. Observasi langsung kelapangan denagn melakukan pengamatan dan pencatatan, adapun objek adalah: keadaan lingkungan sekolah, fasilitas belajar siswa, struktur organisasi, keadaan guru dan karyawan, dan keadaan siswa-siswi sendiri tentunya juga dan yang lainnya yang berkaitan denagn sekolah. 2. Dokumentasi yaitu cara data dengan mempelajari data yang sudah direkomendasikan oleh karyawan SMK Gita Kritti 1 Jakarta dan petugas perpustakaan sekolah Gita Kritti 1 Jakarta. 3. Angket, teknik ini dapat dipandang sebagai interview tertulis, dengan berbagai pertanyaan untuk dijawab tertulis pula oleh responden. Dengan berbagai pertanyaan untk dijawab tertulis p[ula oleh responden. Denagn teknik ini pula akan memudahkan didalam mengambil kesimpulan