Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

mengandung pengertian, bahwa seluruh bangsa Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa atau tegasnya harus beragama. 4. Dasar Struktural Yang dimaksud dengan dasar konsitusional adalah dasar UUD Tahun 2002 Pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi sebagai berikut: Negara berdasarkan atas Tuhan Yang Naha Esa, Negara menjamin tiap – tiap pendudukan untuk memeluk agamanya masing – masing dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya. Bunyi dari UUD di atas engandung pengertian bahwa bangsa Indonesia bunyi dari UUD di atas mengandung pengertian bahwa bangsa Indonesia harus beragama dalam pengertian manusia yang hidup dibumi Indonesia adalah orang – orang yang mempunyai agama. Karena itu, umat beragama khususnya umat Islam dapat menjalankan agamanya sesuai ajaran Islam, maka diperlukan adanya pendidikan agama Islam. 5. Dasar Operasional Yang dimaksud dengan dasar operasional adalah dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama Islam disekolah – sekolah di Indonesia. Menurut Tap MPR nomor IVMPR1973. Tap MPR nomor IVMPR1987 dan Tap MPR nomor IIMPR1983 tentang GBHN, “yang pada pokoknya dinyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara langsung dimasukkan kedalam kurikulum sekolah sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai dengan universitas negeri. 13 Atas dasar itulah, maka pendidikan agama Islam di Indonesia memiliki status dan landasan yang kuat dilindungi dan didukung oleh hokum serta peraturan perundang – undangan yang ada. 13 Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama…, hal. 23 6. Dasar Psikologis Yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya, manusia baik individu maupun sebagai anggota masyarakat diharapkan pada hal – hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tentram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup. 14 Semua manusia yang hidup didunia selalu membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama, mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan aanya zat Yang Maha Kuasa, tempat untuk berlindung, memohon dan tempat mereka memohon pertolongan. Mereka akan merasa tenang an tentram hatinya apabila mereka dapat mendekatkan dirinya kepada Yang Maha Kuasa. Dari uraian diatas jelaskan bahwa untuk membuat hati tenang dan tentram adalah dengan jalan mendekatkan diri kepda Tuhan. Berbicara pendidikan agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu kepada penanaman nilai – nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika social dan moralitas social. Penanaman nilai – nilai ini juga alam rangka menunai keberhasilan hidup didunia bagi siswa yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan diakhirat kelak. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mencapai suatu tujuan, tujuan pendidikan akan menentukan kearah mana siswa akan dibawa. Tujuan pendidikan juga dapat membentuk perkembangan anak untuk mencapai tingkat kedewasaan, baik biologis maupun pedagogis. Pendidikan agama Islam disekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengamalan siswa tentang agama Islam sehinga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, 14 Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004, cet. Ke-1, hal. 133 ketaqwaannya, berbangsa da bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi kurikulum PAI: 2002. 15 Menurut Zakiah Dradjat, tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapat setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan atatis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan ari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya, yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi “insane kamil” dengan pola taqwa. Insane kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup berkembang secara wajar dan normal karena taqwanya kepada Allag SWT. 16 Sedangkan Mahmud Yunus mengatakan bahwa tujuan pendidikan agama adalah mendidik anak – anak, pemuda – pemudi maupun orang dewasa supaya menjadi seorang muslik sejati, beriman teguh, beramal saleh dan berakhlak mulis, sehingga ia menjadi salah seorang masyarakat yang sanggup hidup diatas kakinya sendiri, mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada bangsa dan tanah airnya, bahkan sesame umat manusia. 17 Sedangkan Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam yang paling utama adalah beribadah dan taqarrub kepada Allah, dan kesempurnaan insane yang bertujuannya kebahagiaan dunia akhirat. 18 Adapun Muhammad Athiyah Al-Abrasy merumuska bahwa tujuan pendidikan Islam adalah mencapai akhlak yang sempurna. Pendidikan budi pekerti adalah akhlak adalah jiwa pendidikan Islam, dengan mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa keutamaan, membiasakan mereka dengan kesopanan yang tiggi, mempersiapka mereka untuk suatu kehidupan yang suci 15 Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetens,…, hal. 135 16 Zakiah Dradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi aksara, 1992, cet. Ke-2, hal. 29 17 Mahmud Yunus, Metode Khusus Pendidikan Agama, Jakarta: Pt. Hidakarya Agung, 1983, hal. 13 18 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, hal. 71 - 72 seluruhnya ikhlas dan jujur. Maka tujuan pokok dan terutama dari pendidikan Islam adalah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa. 19 Tujuan yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melakukan sesuatu kegiatan. Karena itu pendidikan Islam, yaitu sasaran yan akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan Islam. Tim penyusun buku Ilmu Pendidikan Islam mengemukakan bahwa tujuan pendidikan Islam ada 3 maca, yaitu: 1. Tujuan Umum Adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara yang lainnya. Tujuan ini meliputi aspek kemanusiaan seperti: sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada tingkat umur, kecerdasan, situasi dan kondisi, denga kerangka yang sama. Bentuk insane kamil dengan pola taqwa kepada Allah harus bergambar dalam pribadi seseorang yang sudah terdidik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah, sesuai dengan tingkah – tingkah tersebut. 2. Tujuan Akhir Pendiidkan Islam ini berlangsung selam ahidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup didunia ini telah berakhir. Tujuan umum yang berbentuk Insan Kamil dengan pola taqwa dapat mengalami naik turun, bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang. Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhinya. Karena itulah pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara da mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai. 19 Muhammad Athiyah Al-Abrasy, Dasar DasarPokok Pendidikan Islam, terjemahan Bustami Abdul Ghani dan Djohar Bahry, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1987, cet ke-5, hal. 1 3. Tujuan Sementara Adalah tujuan yang akan dicapai setelah siswa diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Tujuan operasional dalam bentuk tujuan instruksional yang dikembangkan menjadi Tujuan Instruksional umum dan Tujuan Instruksional khusus TIU dan TIK. 4. Tujuan Operasional Adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan – bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu disebut tujuan operasional. Dalam pendidikan formal, tujuan ini disebut juga tujuan instruksional yang selanjutnya dikembangkan menjadi Tujuan Instruksional umum dan Tujuan Instruksional khusus TIU dan TIK. Tujuan instruksional ini merupakan tujuan pengajaran yang direncanakan dalam unit kegiatan pengajaran. 20 Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah membimbing dan membentuk manusia menjadi hamba Allah yang saleh, teguh imannya, taat beribadah dan berakhlak terpuji. Jadi, tujuan pendidikan agama Islam adalah berkisar kepada pembinaan pribadi muslim yang terpadu pada perkembangan dari segi spiritual, jasmani, emosi, intelektual dan sosial. Atau lebih jelas lagi, ia berkisar pada pembinaan warga Negara muslim yang baik, yang percaya pada Tuhan dan agamanya, berpegang teguh pada ajaran agamanya, berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani. Oleh karena itu berbicara pendidikan agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai – nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai – nilai 20 Mahmud Yunus, Metode Khusus Pendidikan Agama,…, hal. 25 ini juga dalam rangka menunai keberhasilan hidup didunia bagi siswa yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan diakhirat kelak. Dengan demikian tujuan pendidikan merupakan pengalaman nilai – nilai Islam yang hendak diwujudkan dalam pribadi muslim melalui proses akhir yang dapat membuat siswa memiliki kepribadian Islami yang beriman, bertaqwa dan berilmu pengetahuan.

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Islam sebagai ilmu, mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, karena didalamnya banyak pihak yang terlihat baik secara langsug maupun tidak langsung. Adapun ruang lingkup pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut: 1. Perbuatan mendidik itu sendiri Yang dimaksud dengan perbuatan mendidik adalah seluruh kegiatan, tindakan dari sikap yang dilakukan oleh pendidikan sewaktu mengasuh siswa. Atau dengan istilah lain yaitu sikap, membimbing, memberikan pertolongan dari seseorang pendidik kepada siswa menuju kepada tujuan pendidika Islam. 2. Siswa Yaitu pihak yang merupakan objek terpenting dalam pendidikan. Hal ini disebakan tindakan mendidik itu diadakan untuk membawa siswa kepada tujuan pendidikan Islam yang kita cita – citakan. 3. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam Yaitu landasan yang menjadi fundamen serta sumber dari segala kegiatan pendidikan Islam ini dilakukan. Yaitu ingin membentuk siswa menjadi manusia dewasa yang tertaqwa kepada Allah dan kepribadian muslim. 4. Pendidik Yaitu subjek yang melaksanakan pendidikan Islam. Pendidik ini mempunyai peranan penting untuk berlangsungnya pendidikan. Baik atau tindakan pendidik berpengaruh besar terhadap hasil pendidikan Islam. 5. Materi Pendidikan Islam Yaitu bahan – bahan, pengalaman belajar ilmu agama Islam yang disusun sedemikian rupa untuk disajikan kepada siswa. 6. Metode Pendidikan Islam Yaitu cara yang paling tepat dilakuka oleh pendidikan untuk menyampaikan bahan materi pendidikan Islam kepada siswa. Metode disini mengemukakan bagaimana mengelolah, menyusun dan menyajikan materi tersebut dapat dengan mudah diterima dan dimiliki oleh siswa. 7. Evaluasi Pendidikan Yaitu memuat cara – cara bagaimana mengadakan evaluasi terhadap hasil belajar siswa. Tujuan pendidikan Islam umumnya tidak dapat dicapai sekaligus, melainkan melalui proses atau pentahapan tertentu. Apabila tahap ini telah tercapai maka pelaksanaan pendidikan dapat dilakukan pada tahap berikutnya dan berakhir dengan terbentuknya kepribadian muslim. 8. Alat – alat Pendidikan Islam Yaitu alat – alat yang dapat digunakan selama elaksanakan pendidikan Islam agar tujuan pendidikan Islam tersebut berhasil. 9. Lingkungan Yaitu keadaan – keadaan yang ikut berpengaruh dalam pelaksanaan serta hasil pendidikan Islam. 21 21 Mahmud Yunus, Metode Khusus Pendidikan Agama,…, hal. 30 Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup pendidikan Islam itu sangat luas, sebab meliputi segala aspek yang menyangkut penyelenggaraan pendidikan Islam.

B. Hakikat Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Secara bahasa kata akhlak merupakan isim jamak atau isim ghair mustagh, yang isi yang tidak mempunya akar kata, melainkan kata tersebut memang begitu adanya. Kata akhlak adalah jamak dari kata khulqun atau khuluq yang artinya sama dengan arti akhlak sebagaimana telah disebutkan diatas. Baik kata akhlak atau khuluq kedua – duanya dijumpai pemakaiannya didalam Al- Qu r’an maupun Hadits sebagai terlihat dalam berrikut ini:      “ Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” QS. Al- Qalam: 4      “ agama Kami ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu.” QS. Al- Syu’ara’: 137 “ orang mukmin yang paling sempurna keimanannya ialah orang mukmin yang paling baik budi pekertinya.” H.R. Turmuzi “ bahwasananya aku diutus Allah untuk menyempurnakan keluhuran budipekerti.” H.R. Ahmad Bertitik tolak dari pengertian bahasa di atas akhlak atau kelakuan manusia dangat beragam, dan bahwa firman Allah berikut ini dapat menjadi salah satu argument keanekaragaman tersebut.     “ Sesungguhnya usaha kamu hai manusia pasti sangat beragam.” QS. Al- Lail:4 ayat yang pertama tersebut diatas menggunakan khuluq dengan arti budi pekerti, ayat kedua menggunakan kata akhlak untuk arti adat kebiasaan. Selanjutnya hadits yang pertama menggunakan khuluq untuk arti budi pekerti, dan hadits yang kedua menggunakan kata akhlak untuk arti budi pekerti. Dengan demikian kata akhlak dan khuluq secara kebahasaan berarti budi pekerti, adat kebiasaan, perangai, muru’ah atau segala Sesutu yang sudah menjadi tabiat atau tradisi. 22 Akhlak dalam segi bahasa ini membantu kita dalam menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah. Namun demikian, pengertian akhlak dari segi bahasa ini sering digunakan untuk mengartikan secara umum. Akibatnya segala sesuatu perbuatan yang sudah dibiasakan dalam masyarakat, atau nilai – nilai budaya yang berkembang dalam masyarakat disebut akhlak. 22 Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005, cet. Ke-2, hal. 25 - 26 Demikian juga aturan baik buruk yang berasal dari pemikiran manusia, seperti: etika, moral dan adat kebiasaan juga dinamakan akhlak. Persepsi ini tidak sepenuhnya tepat, sebab antara akhlak, moral, etika dan adat kebiasaan terhadap perbedaan. Akhlak bersumber dari agama, sedangkan etika, moral dan adat kebiasaan berasal dari pemikiran manusia. Perlu dijelaskan pengertian akhlak menurut istilah yang diberikan para akhlak dibidangka. Ilmu maskawih, sebagai pakar bidang akhlak terkemuka dalam kitabnya tahdzibul akhlak. Dalam masalah ini dia termasuk pemikir Islam yang terkenal. Dalam setiap pembahasan akhlak dalam Islam pemikirannya selalu menjadi perhatian orang. Hal ini karena pengalaman hidupny sendiri yang pada usia muda sering dihabiskan pada perbuatan – perbuatan yang sia – sia, telah menjadi pendorong yang kuat baginya untuk menulis kiatan tentang akhlak sebagai tuntutan untuk generasi berikutnya. Ia mengatakan bahwa akhlak adalah: “sikap yang tertanam dalmajiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukn pemikiran dan pertimbangan lagi. Dalam konsepnya akhlak adalah suatu sikap mental yang mendorong untuk berbuat tanpapikir dan pertimbangan keadaan atau sikap jiwa ini terbagi dua: ada yang berasal dari watak dan ada yang berasal dari latihan. Dengan kata lain tingkah laku manusia mengandung dua unsur: unsure watak naluri dan unsur lewat usaha dan latihan. 23 Sementara ini, Imam al-Ghazali, karena kepiawaiannya membela siswa dari berbagai paham yang menyesaykan, lebih luas lagi yang dikemukakan oleh Ibnu Maskawih diatas. Akhlak dalam konsep al-Ghazali tidak hanya terbatas apa yang dikenal dengan teori menenah dalam seperti bersifat pribadi, tapi juga menjangkau 23 Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf,… hal. 27 sejumlah sifat keutamaan akali dan amali, perorangan dan masyarakat. Semua sifat ini bekerja dalam suatu kerangka umum yang mengarah kepada suatu sasaran dan tujuan yang telah ditemukan. Akhlak menurut al-Ghazali mempunyai tiga demensi, yaitu: - Dimensi diri, yakni orang dengan dirinya dan Tuhannya, seperti ibadah dan shalat. - Dimensi social, yakni masyarakat, pemerintah dan pergaualannya dengan sesamanya. - Dimensi metafisis, yakni akidah dan pegangan dasarnya. Al-Ghazali memberikan devisi akhlak sebgai berikut: “ akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa manusia yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah gampang. Tanpa perlu kepada pikiran dan pertrmbangannya. Jika sikap yang darinyalahir perbuatan yang baik dan terpuji, bak dari segala akal dan syara’ maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika lahir darinya perbuatan yang tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk.” 24 24 Imam Ghazali, Ihya Ulumuddin, Dar Ihya, Jilid. III, hal. 52 Dengan demikian, akhlak itu mempunyai empat syarat: a. Perbuatan baik dan buruk b. Kesanggupan melakukan c. Mengetahuinya d. Sikap mental yang membuat jiwa cenderung kepada salah satu dua sifat tersebut, sehingga mudah melaksanakan yang baik atau yang buruk. Sedangkan menurut al-Farabi, ia menjelaskan bahwa akhlak itu bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan yang merupakan tujuan tertinggi yang dirindui dan diusahakan oleh setiap orang. Jika diperhatikan dengan seksama, tanpa bahwa seluruh devinisi akhlak sebagaimana tersebut diatas tidak bertentangan, melainkan saling melengkapi, yakni suatu sikap yang tertanam kuat dalam jiwa yang Nampak dalam perbuatan lahiriah yang dilakukan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran lagi dan mudah menjadi kebiasaan. 25 Selanjutnya Abuddin Nata dalam bukunya Akhlak Tasawuf mengatakan bahwa ada lima ciri yang terdapat dalam akhlak. Pertama perbuatan akhlak tersebut sudah menjadi kepribadian yang tertanam kuat dalam jiwa seseorang. Kedua perbuatan akhlak merupakan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ketiga peerbuatan akhlak merupakan perbuatan yang timbul dalam diri orang yang mengerjakan tanpa paksaan atau tekanan dari luar. Keempat perbuatan dilakukan dengan sebenarnya tanpa ada unsure sandiwara. Kelima perbuatan yang dilakukan ikhlas karena Allah, bukan karena ingin dipuji tau ingin mendapatkan sesuatu. 26 25 Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf,… hal. 29-30 26 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf , Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003, cet. Ke-4, hal. 72